Pemandu lalu lintas udara
Pemandu Lalu Lintas Udara (bahasa Inggris: Air Traffic Controller, ATCer, bahasa Belanda: luchtverkeersleiding) atau Pemandu Lalu Lintas Penerbangan adalah merupakan profesi pekerjaan yang umumnya berfungsi memberikan layanan pemanduan lalu lintas di udara, terutama terhadap lalu lintas penerbangan pesawat udara, seperti pesawat terbang, helikopter, dan lainnya. Pesawat udara harus melalui jalur-jalur penerbangan yang telah ditentukan dan sama sekali tidak diperkenankan menyimpang dari airways [2][3] kecuali dengan izin dari ATC.[3] Ada alat bantu navigasi di darat dan peralatan navigasi di pesawat yang dapat dijadikan panduan agar pesawat berada pada jalur yang benar. [3] ATC mengawasinya antara lain dengan radio komunikasi antara pengawas penerbangan dengan pilot atau penerbang dan dibantu juga dengan menggunakan radar[3] agar proses navigasi pesawat dapat terbantu dari titik keberangkatan hingga tujuan, demikian pula keperluan pengamatan terhadap penerbangan. Peran Pemandu Lalu Lintas Udara merupakan komponen penting dalam pemberian pelayanan lalu lintas penerbangan, pencegahan agar pesawat udara tidak terlalu dekat satu dan lainnya, pencegahan terjadinya tabrakan antar pesawat udara, pencegahan terjadinya tabrakan antar pesawat udara dengan halangan dan rintangan yang ada di sekitarnya selama beroperasi. Pemandu lalu lintas udara juga memiliki peran penting dalam efisiensi serta kelancaran arus lalu lintas penerbangan. ATC adalah rekan kerja terdekat pilot selama di udara, peran ATC sangat besar dalam mencapai tujuan keselamatan penerbangan. ATC membantu pilot dalam mengendalikan keadaan-keadaan darurat, memberikan informasi yang dibutuhkan pilot selama penerbangan seperti informasi cuaca, informasi navigasi penerbangan, dan informasi lalu lintas udara. Air Traffic Controller adalah salah satu profesi termuda di dunia.[4] Seperti profesi modern lainnya, Air Traffic Controller telah berkembang dari kesederhanaan menuju kompleksitas & teknologi tinggi nan canggih.[4] Profesi ini tidak ditemukan (discovered) atau diciptakan (invented), tetapi berevolusi secara bertahap, didorong oleh kebutuhan.[4] Meskipun saat ini peran Air Traffic Controller sangat dibutuhkan, masih banyak orang yang tidak mengenal profesi Air Traffic Controller.[4] Air Traffic Controller adalah pekerjaan dengan keterampilan khusus yang memiliki risiko tinggi dan kecepatan pengambilan keputusan ditentukan per detik (by seconds). Semua aktivitas penerbangan di dalam ruang udara terkontrol diharuskan memiliki komunikasi dua arah dengan unit-unit pemanduan lalu lintas penerbangan yang terkait, untuk mendapat otoritasi dari Air Traffic Controller, kemudian Air Traffic Controller akan memberikan informasi, instruksi, kepada pilot atau penerbang sehingga tercapai tujuan keselamatan penerbangan, semua komunikasi itu dilakukan dengan peralatan yang sesuai dan memenuhi standar yang berlaku pada masing-masing negara. Air Traffic Controller juga merupakan salah satu media strategis untuk menjaga kedaulatan suatu wilayah/suatu negara.[5] Sejarah di Dunia [4]Bila ditarik ke belakang, sejarah air traffic control mungkin dimulai dua dekade setelah Wright bersaudara menemukan pesawat pada 1903. Tidak lama setelah Perang Dunia Pertama berakhir orang mulai menyadari bahwa pesawat terbang memiliki potensi keuntungan dan komersial.Pada saat inilah beberapa perusahaan penerbangan komersial terbentuk. Pada akhir tahun 1920, telah terdapat beberapa perusahaan penerbangan komersial di Eropa seperti KLM di Belanda, dua perusahaan penerbangan Prancis, satu di Belgia, dan delapan di Inggris. Pada 1922 setelah terjadi minor collision di Bandara Croydon, London, pihak DGCA Inggris mengeluarkan NOTAM 62/1922 yang isinya memberitahukan kepada Pilot yang akan berangkat untuk mendapat urutan keberangkatan dan sinyal sebagai izin take off dari controller. Sinyal ini adalah lambaian bendera merah. Segera setelah ditemukan bahwa bendera ini tidak dapat terlihat pada beberapa tempat di Croydon karena memiliki slope miring pada satu sisi, posisi bendera ini dipindahkan ke salah satu balkon pada gedung tertinggi. Pada bulan Juli 1922 di Croydon dibangun sebuah tempat observasi yang sekelilingnya bermaterial kaca. Bangunan ini sebenarnya dimaksudkan untuk menguji arah peralatan komunikasi nirkabel. Selanjutnya, tower ini menjadi pusat komunikasi bagi seluruh penerbangan di bandara Croydon. Sang operator menusukkan pin pada peta yang tersedia tidak lama setelah menerima laporan posisi pesawat, dan berdasarkan perhitungannya sendiri, menjalankan pin tersebut sesuai dengan rute pesawat yang bersangkutan. Apabila diperkirakan dua pesawat akan saling melewati, sang operator akan menginformasikan hal tersebut kepada pilot. Inilah lahirnya Advisory Service yang pertama. Selanjutnya pada NOTAM 109/1924 mengenai peraturan untuk take off berbunyi, "When the aircraft is visible from the control tower, permission to depart will be given from the tower…". Inilah pertama kali terminologi control tower dipakai. Pada 1926 sistem pengendalian lalu lintas udara mendapat nama baru yaitu Wireless Traffic Control dan petugasnya disebut Control Officers. Mulai saat itu terminologi control secara resmi digunakan, tetapi hubungan Pilot/Controller masih berupa gentlements agreements. Hal ini berubah pada tahun 1927 saat disepakati bahwa controller tidak hanya memberi informasi pada pilot mengenai keberadaan traffic lain, tetapi berhak memberikan arah terbang (direction) untuk menghindari traffic lawan. Jadi siapakah air traffic controller pertama di dunia? Jika melihat pada salah satu prinsip tugas air traffic control yaitu menjaga keselamatan pesawat terbang di bandara dan sekitarnya, sekiranya sah-sah saja jika menyebut Wilbur Wright sebagai air traffic controller pertama dunia. Dan Orville Wright menjadi yang kedua. Karena sementara Orville Wright melakukan 12 detik penerbangan pertama dalam sejarah manusia pada tanggal 17 Desember 1903 di Kitty Hawk, California, Wilbur Wright melakukan apa yang mungkin saat ini kita sebut sebagai operational watch. Untuk dapat take off pada kecepatan 20 mil/jam, Wilbur berlari mengikuti pesawat terbang pertama dunia itu sambil memegang wingtips-nya dan menyeimbangkan pesawat tersebut sampai airborne. Kemudian Wilbur memerhatikan dengan sangat saksama penerbangan tersebut sampai akhirnya Orville mendarat kurang lebih 120 kaki di depannya. Selanjutnya saat Wilbur bertindak sebagai pilot, dan terbang selama 59 detik, giliran Orville Wright yang memerhatikan penerbangan yang dilakukan saudaranya dengan saksama sampai akhirnya mendarat 852 kaki di depannya! Tempat ATC BekerjaPada umumnya Air Traffic Controller melakukan aktivitas pekerjaannya di wilayah terbatas yang ada di suatu bandar udara.Mereka bekerja di belakang layar radar, di ruang kendali lalu lintas udara dan di atas menara. Menara ATC biasanya merupakan bangunan tertinggi di lingkungan bandara.[6] Menara ATC bandara besar biasanya beroperasi selama 24 jam. Semakin luas dan besar bandaranya dan semakin panjang landasannya menara ATC yang ada ada pada umumnya akan lebih tinggi.[6] Pemandu lalu lintas udara melaksanakan pekerjaannya pada ruang-ruang operasi atau Menara pemanduan lalu lintas udara sesuai dengan rating yang dimiliki. Yang melaksanakan pekerjaannya diatas Menara ATC pada umumnya adalah unit Aerodrome Control Tower, agar dapat melihat dengan jelas keadaan Movement Area, Manoeuvring Area di bandar udara dan ruang udara disekitarnya.Aerodrome Control Tower adalah suatu unit Air Traffic Control yang dibentuk untuk memberikan pelayanan pengendalian lalu lintas penerbangan kepada lalu lintas penerbangan di lapangan terbang.[7] Unit Aerodrome Control Tower berfungsi memberikan Aerodrome Control Sevice, yang tanggungjawabnya adalah ruang udara Aerodrome Traffic Zone. Pengaturan hanya sebatas jarak pandang Air Traffic Controller di Tower. Selain di Tower, Air Traffic Controller juga ada yang melaksanakan pekerjaannya di ruang kendali lalu lintas udara. Pada umumnya ruangan itu juga masih berada di sekitar Tower. Setelah pesawat berhasil airborne dari suatu lapangan terbang dan akan/telah meninggalkan ruang udara Aerodrome Traffic Zone (ATZ), maka tanggung jawab pemberian pelayanan akan dipindahkan oleh unit Aerodrome Control Tower (TWR) kepada Approach Control Unit (APP) sampai dengan ketinggian tertentu sebelum ditransfer ke unit selanjutnya yang memberikan pelayanan pada ruang udara yang lebih tinggi lagi. Approach Control Unit (APP) adalah unit yang dibentuk untuk memberikan pelayanan pengendalian lalu lintas penerbangan kepada penerbangan dikendalikan yang datang ke atau berangkat dari satu atau lebih lapangan terbang.[8] Pelayanan yang diberikan oleh Approach Control Unit adalah Approach Control Unit (APP). Dibeberapa lokasi, ada juga unit Aerodrome Control Tower (TWR) yang tergabung menjadi satu kesatuan dengan Approach Control Unit (APP) dan melaksanakan pemanduan dari atas Menara / Tower.Approach Control Unit (APP) bertanggungjawab memberikan pelayanan pada dua jenis ruang udara, yaitu Terminal Control Area (TMA) dan Control Zone (CTR). Sebelum pesawat yang dipandu meninggalkan ruang udara yang dilayani oleh Approach Control Unit (APP), transfer pemanduan akan disampaikan kepada unit selanjutnya yakni Area Control Center (ACC). Unit Area Control Center (ACC) pada umumnya beroperasi di dalam ruangan operasi yang telah dilengkapi oleh berbagai peralatan pelayanan lalu lintas penerbangan yang canggih. Air Traffic Controller yang bekerja pada unit Area Control Center (ACC) pada umumnya adalah yang telah memiliki kompetensi keilmuan dan pengalaman yang tinggi dalam bidang lalu lintas udara. Unit Area Control Center (ACC) bertangggungjawab dalam pemberian Area Control Service dan ruang udara yang menjadi wilayah tanggungjawabnya adalah Control Area (CTA) . Beban Kerja ATCPekerjaan ATC membutuhkan aktivitas mental (dimensi Mental Demand) yang tinggi seperti berpikir, memutuskan, menghitung, mengingat, dan melihat atau memantau dalam melakukan pekerjaannya.[9] ATC dianggap sebagai salah satu pekerjaan yang memiliki tuntutan kerja tinggi dan merupakan salah satu profesi yang memiliki tingkat stres tinggi dikarenakan beban tanggung jawab pekerjaan ATC sangat berat yang mempertaruhkan nyawa penumpang pesawat udara dan seluruh awak pesawat.[10] Stress merupakan efek dari beban kerja yang tinggi.[10] Stress akan meningkat jika terjadi sesuatu hal seperti cuaca yang buruk untuk penerbangan dan peralatan navigasi dan komunikasi yang tidak berfungsi dengan baik, sistem rotasi shift yang tidak sesuai atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.[10] Disiplin dan tanggung jawab yang tinggi, jam kerja ATC diatur secara bergiliran berdasarkan "possition log" atau “shift”.[11] Pada Aerodrome Control Tower, bidang pekerjaannya yang dibagi dalam beberapa unit, di antaranya Clearance Delivery, unit yang memberi informasi semua Rute Pelayanan Lalu Lintas Udara/ ATS Route, ketinggian pesawat yang diminta atau diizinkan untuk terbang ke tujuan. Ground Control, mengatur semua pergerakan mulai pesawat itu push back, sampai pesawat ke taxiway, menanti di ujung landas pacu untuk lepas landas. Assistant Tower Controller, tugasnya membantu aktivitas tower controller. Tower Controller sendiri mengatur lepas landa dan mendaratnya pesawat. Sekalipun jam kerja sudah diatur, setiap rutinitas pasti ada kejenuhannya. Namun karena pekerjaan yang mempertaruhkan nyawa penumpang pesawat, dengan fokus dan tanggung jawab profesi, ATC diharuskan untuk tidak merasakan kejenuhan ketika bekerja. Pada hal ini Penyedia layanan pemanduan lalu lintas udara wajib menerapkan pola manajemen stress pada beban kerja ATC dan manajemen keselamatan. Menurut Dokumen 9426 Air Trafic Planning Manual, pemimpin unit pemandu lalu lintas udara (unit chief controllers) dan para petugas evaluasi perlu selalu waspada atas tanda–tanda stres pada anggota stafnya dan mestinya tidak ragu–ragu untuk membantu meringankannya.[12] Pada langkah ini, suatu diskusi informal supervisor dengan pegawai pelaksana sering dapat menghindari hilangnya kecakapan secara progresif. Ini dapat juga meningkatkan keselamatan operasi unit yang terkait.[12] Solusi untuk mengurangi tingkat beban kerja mental yang tinggi dengan mempercanggih sistem peralatan radar, pengaturan shift kerja, dan perbaikan kebiasaan individual operator ATC ketika bekerja.[9] Waktu KerjaSebanding dengan beban kerja yang tinggi, waktu bekerja ATC dibatasi secara internasional. Dalam sehari, pada umumnya ATC bekerja selama 6 (enam) hingga 7 (tujuh) jam, dengan perhitungan bekerja setiap 2 (dua) jam lalu kemudian diselingi istirahat.[13] Selain batasan harian, waktu bekerja untuk juga dibatasi sekitar 30 (tiga puluh) jam seminggu dan diberikan waktu istirahat 45 menit setelah 2 jam melaksankan controlling dan juga diberikan istirahat selama 45 (empat puluh lima) menit setelah melaksanakan assistant controlling.[14] Pemandu Lalu Lintas udara di IndonesiaMenjadi ATC di IndonesiaPemandu lalu lintas udara di Indonesia, dalam peraturan yang berlaku Indonesia disebut sebagai Pemandu Lalu Lintas Penerbangan. Pemandu lalu lintas penerbangan adalah merupakan bagian dari Personil Navigasi Penerbangan,[15][16] adapun Personil Navigasi Penerbangan terdiri dari:
Warga Negara Indonesia, untuk menjadi pemandu lalu lintas penerbangan yang dapat melaksanakan kewenangannya di Wilayah Indonesia adalah wajib memliki lisensi yang sah dan rating yang masih berlaku sebagaimana diundangkan dalam Undang-Undang Penerbangan Nomor 1 Tahun 2009 dan peraturan-peraturan yang berlaku. Lisensi yang dimaksud, akan diterbitkan oleh Menteri apabila telah memenuhi syarat-syaratnya.[17] Warga Negara Asing, untuk menjadi pemandu lalu lintas penerbangan yang dapat melaksanakan kewenangannya di Wilayah Indonesia adalah harus memiliki lisensi yang disahkan dan divalidasi oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara,[18][19] begitupula dengan lisensi personel navigasi penerbangan yang diterbitkan oleh negara lain, akan dinyatakan sah apabila telah divalidasi atau proses pengesahan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara.[20] Sementara, persyaratan pemohon lisensi pemandu lalu lintas penerbangan yang harus dipenuhi adalah seperti:
Lisensi pemandu lalu lintas penerbangan di Indonesia hanya diterbitkan 1 (satu) kali, pemegang lisensi harus mempertahankan kompetensi, rating, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara.[22] Dalam memenuhi persyaratan-persyaratan penerbitan lisensi bagi pemohon lisensi pemandu lalu lintas penerbangan, khususnya untuk mendapatkan sertifikat kompetensi dibidang pemanduan lalu lintas penerbangan, ada tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh pemohon lisensi, seperti mengikuti pelatihan khusus yang diselenggarakan oleh organisasi pelatihan yang telah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Perhubungan Udara dan mengikuti pelatihan bekerja (on the job training) sebagai personel pemandu lalu lintas penerbangan dibawah supervisi personel pemandu lalu lintas penerbangan yang memiliki rating selama paling singkat 3 (tiga) bulan.[23] Beberapa lembaga pendidikan dan pelatihan ataupun lembaga pendidikan tinggi di Indonesia yang telah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Perhubungan Udara untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kompetensi bagi calon Air Traffic Controller adalah sebagai berikut:
Selain pemenuhan atas persyaratan kompetensi, pemegang lisensi pemandu lalu lintas penerbangan di Indonesia untuk melakukan tugas dan kewenangannya harus memiliki sertifikat kesehatan yang berlaku[24] dan wajib memiliki kemampuan berbahasa inggris yang menunjukkan kemampuan untuk berbicara dan memahami bahasa inggris yang sesuai dengan standar internasional yang ditetapkan dalam persyaratan kompetensi bahasa dalam Appendix 1 dan Attachment A pada ICAO Annex 1 Personnel Licensing.[25] Kemampuan berbahasa inggris itu dibuktikan dengan adanya sertifikat ICAO Language Proficiency yang dimiliki paling rendah level 4 (empat) yang masih berlaku.[25] Apabila persyaratan-persyaratan tersebut telah dipenuhi oleh pemegang lisensi pemandu lalu lintas penerbangan, selanjutnya adalah tahapan pengambilan rating, rating yang telah disahkan oleh ATC Cheker harus dimiliki oleh pemegang lisensi pemandu lalu lintas penerbangan untuk dapat melaksanakan kewenangannya di wilayah udara Indonesia.[26] Yang dimaksud dengan rating adalah merupakan batasan kewenangan bagi pemegang lisensi pemandu lalu lintas penerbangan pada suatu unit pelayanan lalu lintas penerbangan.[27] Masa berlaku rating pemandu lalu lintas penerbangan di Indonesia adalah selama 6 (enam) bulan.[22] Jenis-jenis rating yang dapat dimiliki pemegang lisensi pemandu lalu lintas penerbangan di Indonesia adalah seperti:
Gaji ATC di IndonesiaDibeberapa negara maju, profesi ATC banyak diberitakan sebagai profesi dengan penghasilan kategori tertinggi. Penghasilan itu sebanding dengan beban kerja yang dimiliki. Kesejahteraan petugas air traffic control (ATC) di Indonesia, sejak kelahiran Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau yang biasa disebut Airnav Indonesia meningkat signifikan.[28] Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia atau disebut Airnav Indonesia adalah badan usaha yang menyelenggarakan pelayanan navigasi penerbangan di Indonesia, berbentuk Badan Usaha Milik negara. Sebelum Airnav Indonesia berdiri, gaji petugas ATC di Indonesia sangat rendah, apalagi dibandingkan dengan negara-negara lain.[28] Gaji ATC untuk fresh graduate sekitar Rp 6 juta per bulan, sedangkan untuk senior, mencapai Rp 22 juta per bulan.[28] Asosiasi Profesi Pemandu Lalu Lintas Udara Indonesia
Sekilas Tentang Pelayanan Lalu Lintas UdaraPelayanan Lalu Lintas Udara (bahasa Inggris: en:Air Traffic Service, ATS) adalah istilah umum yang memiliki berbagai macam arti seperti pelayanan informasi penerbangan (bahasa Inggris: en:Flight Information Service, FIS), pelayanan berjaga-jaga (bahasa Inggris: en:Alerting Service, ALR), pelayanan saran lalu lintas penerbangan (bahasa Inggris: en:Air Traffic Advisory Service, ATS), pelayanan ATC pada ruang udara jelajah (bahasa Inggris: en:Area Control Service, ATS), pelayanan ATC pada zona pendekatan (bahasa Inggris: en:Approach Control Service), dan pelayanan ATC pada Bandar Udara terkontrol (bahasa Inggris: en:Aerodrome Control Service)[30] Tujuan Pelayanan Lalu Lintas UdaraSemua peraturan tentang layanan lalu lintas udara mengacu pada 5 tujuan utama.[31] Dalam perjanannya, kelima konsep tersebut akhirnya dijadikan sebagai tugas utama bagi ATC. Berikut ini adalah tujuan pelayanan lalu lintas udara :
atau disebut dengan istilah 5 objective of ATS dalam dokumen ICAO ANNEX 11 tentang Air Traffic Service :
Jenis Pelayanan Lalu Lintas UdaraSesuai dengan tujuan pemberian Air Traffic Services, Annex 11, International Civil Aviation Organization (ICAO), 1998, Pelayanan Lalu Lintas Udara terdiri dari 3 (tiga) layanan , yaitu:
Pembagian Tugas Pemberian Pelayanan Lalu Lintas Udara
BahasaBahasa Inggris adalah kemampuan yang mutlak dibutuhkan oleh sumber daya manusia penerbangan, termasuk pemandu lalu lintas udara (ATC). Sesuai yang disyaratkan oleh International Civil Aviation Organization (ICAO), operasi pemanduan lalu lintas udara menggunakan English language atau bahasa yang digunakan oleh Ground Station. [34] Bahasa ibu suatu wilayah sering juga digunakan dalam pelaksanaannya, namun English language diatur dalam standar bahasa yang dikenal sebagai Phraseologies harus digunakan jika diminta untuk menghindari kesalahpahaman dalam berkomunikasi.[34] Setiap petugas pelayanan dan pemanduan lalu lintas udara wajib mengenal dan mahir menggunakan standar Phraseologies (bahasa Inggris: en:Phraseology) Air Traffic Control Indonesia di mata dunia
Catatan Kaki
Daftar Pustaka
Pranala luar
Kotak NavigasiGaleri Pemandu Lalu Lintas Udara (klik untuk buka)
|
Portal di Ensiklopedia Dunia