Pasukan nasi bungkus

Istilah pasukan nasi bungkus berasal dari anggapan bahwa massa bayaran sering diberi konsumsi nasi bungkus

Pasukan nasi bungkus, panasbung, atau nasbung adalah istilah yang ditujukan kepada orang-orang yang mendukung calon tertentu dalam pemilihan pejabat pemerintahan. Pasukan nasi bungkus adalah pendukung yang dibayar untuk membantah segala hal negatif dan menyampaikan hal positif mengenai calon yang membayarnya, serta menyampaikan hal negatif mengenai calon lawannya.[1][2] Menggunakan akun palsu atau anonim, pasukan nasi bungkus melakukan aksinya di dunia maya, mulai dari media sosial, kolom komentar di situs berita, hingga forum internet.[3] Istilah ini berasal dari nasi bungkus, yang biasanya diberikan sebagai makanan konsumsi bagi pendemo bayaran. Sebutan pasukan nasi bungkus awalnya muncul di forum Kaskus, lalu menyebar ke berbagai media sosial lainnya seperti Facebook dan Twitter.

Sejarah

Istilah nasi bungkus sebagai sindiran bermula di forum Kaskus, tepatnya di subforum Berita dan Politik, dan sasaran awalnya adalah Front Pembela Islam (FPI). Banyak pengguna Kaskus menuduh para anggota FPI kerap kali memperoleh konsumsi nasi bungkus setelah melakukan tindakan anarkis. Pada pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2012, di mana dua calon terkuatnya adalah Joko Widodo (Jokowi) dan Fauzi Bowo, sindiran tersebut berkembang menjadi pasukan nasi bungkus dan sasarannya pun berubah. Ketika itu para pendukung Jokowi menuduh bahwa akun-akun pendukung Fauzi Bowo di Kaskus merupakan akun bayaran dan sejak itu pendukung Fauzi Bowo disebut sebagai pasukan nasi bungkus. Pendukung Fauzi Bowo membalas dengan menyebut pendukung Jokowi sebagai pasukan nasi kotak (panastak atau nastak), diambil dari pakaian motif kotak-kotak yang sering dikenakan oleh Jokowi selama berkampanye. Sementara itu, menurut Yose Rizal dari PoliticalWave, istilah pasukan nasi bungkus dipopulerkan pertama kali oleh sebuah akun anonim di Twitter untuk menyerang pendukung Jokowi.[4]

Pemilihan umum presiden Indonesia 2014

Dalam pemilihan umum presiden Indonesia 2014, di mana Prabowo Subianto dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) bersaing dengan Jokowi, istilah pasukan nasi bungkus, yang mulai menyebar dari Kaskus ke media sosial lainnya seperti Facebook dan Twitter.

Pasukan nasi bungkus sebagai pendukung Prabowo diuraikan oleh Majalah Detik, yang memberitakan kesaksian seseorang yang mengaku dibayar 2,5 juta rupiah per bulan, ditambah makan dan minum, untuk menangkis berita negatif tentang Prabowo yang muncul di Facebook dan Twitter. Ia, beserta beberapa puluh orang lain, memperoleh tempat kerja dan jadwal tetap serta diberikan fasilitas yang dibutuhkan seperti komputer dan jaringan internet. Selain membela Prabowo, mereka juga bertugas memberi komentar-komentar negatif mengenai Jokowi.[5]

Pasukan Nasi Bungkus

Kami pasukan nasi bungkus
Laskar cyber pejuang di belakang komputer
Senjata kami facebook dan twitter
Menyerang lawan tak pernah gentar
Patuh setia pada yang bayar

Kami pasukan nasi bungkus
Hidup dari cacian dan fitnah harian
Tetap gagah bertopeng relawan
Tak kenal menyerah selalu melawan
Identitas diri jarang ketahuan

Kami pasukan nasi bungkus
Punya sejuta akun siluman
Bagai pedang terhunus
Siap menghujam setiap orang

Kami pasukan nasi bungkus
Tak takut dosa apalagi neraka
Kami bisa tertawa di balik luka
Demi sebungkus nasi dan kiriman pulsa

Fadli Zon[6]

Hal sebaliknya disampaikan oleh Fadli Zon, wakil ketua umum Gerindra, yang justru menyindir para relawan Jokowi di media sosial sebagai pasukan nasi bungkus. Sindiran ini ia sampaikan melalui sebuah puisi berjudul Pasukan Nasi Bungkus:[6][7] Selain itu, Fadli juga berharap adanya tindakan tegas oleh institusi yang berwenang terhadap akun-akun yang dianggapnya sebagai pasukan nasi bungkus tersebut.[8] Puisi Fadli membuat istilah pasukan nasi bungkus menjadi semakin terkenal di berbagai media sosial, salah satunya di twitter, di mana diskusi tentang pasukan nasi bungkus ini menjadi sangat ramai, bahkan muncul tagar #panasbung yang di-retweet ratusan kali.[2]

Menanggapi tuduhan Fadli tersebut, Kubu Jokowi menyampaikan bantahan dan menyatakan bahwa relawan mereka di media sosial tidak dibayar. Juru bicara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yang mencalonkan Jokowi, Eva Kusuma Sundari mengatakan, "...Salah kalau nasi bungkus, kita makan prasmanan sayur lodeh...".[9][10] Sementara itu, para pendukung Jokowi di media sosial, yang menyebut diri mereka Jokowers, juga membantah sindiran Fadli dan menyatakan bahwa pendukung Prabowolah yang merupakan pasukan nasi bungkus. Hal ini didasarkan dari penyelidikan yang mereka lakukan terhadap ratusan akun yang sering memberikan komentar negatif terhadap Jokowi. Mereka mendapati bahwa sebagian besar akun tersebut punya kecenderungan alamat Protokol Internet (IP) yang terkonsentrasi, dengan 7-9 IP induk, menunjukkan bahwa banyak akun yang dikelola oleh satu orang dan bahwa akun-akun tersebut dikelola dan diatur dari beberapa tempat secara terkonsentrasi.[11][12][13]

Tanggapan

Pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Agung Suprio, mengatakan bahwa sindiran pasukan nasi bungkus untuk akun bayaran muncul dari upah yang dianggap setara nasi bungkus, dan bahwa keberadaan panasbung menunjukkan simbiosis mutualisme antara orang-orang yang membutuhkan uang dengan para calon yang membutuhkan dukungan. Agung menambahkan bahwa pasukan nasi bungkus memiliki kemiripan dengan jenis pendukung lainnya, yaitu akun-akun yang mendukung seseorang secara berlebihan berdasarkan ikatan ideologis. Namun ada perbedaan di antara keduanya, yaitu bahwa pasukan nasi bungkus menggunakan akun-akun yang rata-rata adalah anonim. [14][15]

Juru bicara Jokowi dalam pemilu 2014, Anies Baswedan, mengaku baru mendengar istilah pasukan nasi bungkus setelah dipopulerkan oleh puisi Fadli Zon. Terkait hal ini, Anies mengimbau agar diskusi politik dilakukan dengan cerdas dan bermartabat karena kampanye pemilu turut memberikan pendidikan politik bagi masyarakat. Anies juga menegaskan bahwa relawan Jokowi memberikan dukungan dengan rasa kebersamaan dan ketulusan tanpa dibayar.[16] Sementara Hatta Rajasa, calon wakil presiden pasangan Prabowo Subianto, memberikan komentar bahwa siapa pun boleh mengeluarkan opini di dunia maya tetapi tidak boleh menyampaikan hoax. Hatta menambahkan bahwa kebebasan menyuarakan pendapat merupakan hak setiap orang, dan, dengan kemajuan zaman, semua orang dapat mengakses dunia maya dan mengungkapkan suaranya melalui media tersebut.[1]

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ a b Khafifah, Nur (21 April 2014). "Hatta Turut Buka Suara Soal Puisi Pasukan Nasi Bungkus". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-21. Diakses tanggal 20 Agustus 2014. 
  2. ^ a b Sunda, Ujang (23 April 2014). "Pasukan Nasi Bungkus Itu Punya Jokowi atau Prabowo?". Rmol.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-21. Diakses tanggal 20 Agustus 2014. 
  3. ^ Soemohardjo, Suyanto (24 April 2014). "Perang Dunia Maya di Tahun Politik, Jadi Sasaran "Pasukan Nasi Bungkus" Juga "Rapopo"". Tabloid Bintang. Diakses tanggal 20 Agustus 2014. 
  4. ^ Dariyanto, Erwin (22 April 2014). "Begini Asal Muasal Munculnya Istilah 'Pasukan Nasi Bungkus'". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-19. Diakses tanggal 18 Agustus 2014. 
  5. ^ Bhawono, Aryo (9–15 Juni 2014). "Kesaksian Mantan Pasukan Nasi Bungkus" (PDF). detikcom. 
  6. ^ a b Halimatus Sa'diyah (24 April 2014). "Jokowi dan Pasukan Nasi Bungkus". Republika Online. Diakses tanggal 17 Agustus 2014. 
  7. ^ Ramadhiani, Arimbi (22 April 2014). Wiwoho, Laksono Hari, ed. "Fadli Zon Sindir Akun Palsu dengan Puisi "Pasukan Nasi Bungkus"". Kompas.com. Diakses tanggal 18 Agustus 2014. 
  8. ^ Prabowo, Dani (23 April 2014). Margianto, Heru, ed. "Gerindra Mengaku Jadi Korban "Pasukan Nasi Bungkus"". Kompas.com. Diakses tanggal 18 Agustus 2014. 
  9. ^ Sutrisno, Elvan Dany (25 April 2014). "Jokowi Tak Kenal 'Pasukan Nasi Bungkus', Adanya Sayur Lodeh". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-19. Diakses tanggal 18 Agustus 2014. 
  10. ^ Sutrisno, Elvan Dany (24 April 2014). "Pasukan Nasi Bungkus, Nasi Kotak, atau Sayur Lodeh?". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-21. Diakses tanggal 20 Agustus 2014. 
  11. ^ Aji, Yogi Bayu (25 April 2014). "Pencinta Jokowi Bantah Disebut Pasukan Nasi Bungkus". Metrotvnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-21. Diakses tanggal 20 Agustus 2014. 
  12. ^ Aji, Yogi Bayu (25 April 2014). "Jokowers Balik Tuduh Jokowi Haters Sebagai Panasbung". Metrotvnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-09-02. Diakses tanggal 18 Agustus 2014. 
  13. ^ Syahni, Meidella (25 April 2014). Margianto, Heru, ed. "Penjelasan "Jokowers" soal Panasbung". Kompas.com. Diakses tanggal 20 Agustus 2014. 
  14. ^ ""Pasukan Nasi Bungkus" Tempatkan Jokowi di Atas Manusia". Indonesia Today. 25 April 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-20. Diakses tanggal 20 Agustus 2014. 
  15. ^ Prabowo, Danang Setiaji (24 April 2014). "Pasukan Nasi Bungkus Percaya Jokowi Adalah Juru Selamat". Tribunnews.com. Diakses tanggal 20 Agustus 2014. 
  16. ^ Pratama, Fajar (8 Mei 2014). "Fadli Zon Panggil Pendukung Jokowi 'Panasbung', Anies Baswedan: Astagfirullah!". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-21. Diakses tanggal 20 Agustus 2014. 

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 5

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Trying to get property of non-object

Filename: wikipedia/wikipediareadmore.php

Line Number: 70

 

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Undefined index: HTTP_REFERER

Filename: controllers/ensiklopedia.php

Line Number: 41