Panembahan di Darat
Pangeran Dipati Anom I (Pangoran De Patty Anom[1] atau radja de Patty Anom[2]) bergelar mangkubumi Pangeran di Darat terakhir bergelar Panembahan di Darat (bin Sultan Mustain Billah) adalah mangkubumi (kepala pemerintahan) Kesultanan Banjar sekitar tahun 1642-1652.[1][2][3])Panembahan di Darat adalah keturunan ke-10 dari Lambung Mangkurat dan juga keturunan ke-10 dari pasangan Puteri Junjung Buih dan Maharaja Suryanata. Maharaja Suryanata (nama lahir Raden Putra) dijemput dari Majapahit sebagai jodoh Puteri Junjung Buih (saudara angkat Lambung Mangkurat).[3] Ia menggantikan Kiai Tumenggung Raksanagara (d/h Kiai Tanu Raksa). Ia menjabat mangkubumi mendampingi Sultan Inayatullah bin Sultan Mustain Billah (abangnya) dan sultan berikutnya yaitu Sultan Saidullah bin Sultan Inayatullah (keponakannya).[3]Dia merupakan Pangeran (anak raja) pertama kali yang menjabat mangkubumi di Kesultanan Banjar, pada masa sebelumnya mangkubumi tidak dijabat oleh keturunan raja, tetapi dijabat oleh seorang yang bergelar Kiai dari kalangan non-bangsawan. Sejak itu berlaku tradisi di kesultanan Banjar bahwa di antara putera-putera dari seorang Sultan yang sedang berkuasa, maka putera sulung dari permaisuri akan dilantik sebagai Pangeran Mahkota (Pangeran Dipati Tuha) dan Pangeran kedua (Pangeran Dipati Anom) putera kedua dari permaisuri akan berpeluang besar untuk dilantik sebagai mangukubumi (Kepala pemerintahan) untuk menggantikan mangkubumi sebelumnya yang meninggal dunia.[3] Sebagai Mangkubumi untuk Sultan SaidullahSetelah kematian Sultan Inayatullah (Sultan Ratu Agung) ia tetap menjabat mangkubumi sampai akhir hayatnya untuk Sultan Saidullah (keponakannya) selama 5 (lima) tahun. Sewaktu menjadi mangkubumi bagi Sultan Saidullah (Sultan Ratu Anom) nama pangkatnya diubah menjadi Panembahan di Darat yang juga diberikan oleh Ketua Dewan Mahkota pada saat itu yang masih dijabat oleh Pangeran Dipati Anta-Kasuma yang juga masih menjadi raja muda di Kerajaan Kotawaringin. Setelah kemangkatannya maka jabatan mangkubumi tersebut dilanjutkan oleh Pangeran Dipati Anta Kasuma sendiri. Pada masa itu Pangeran Dipati Anta Kasuma telah berdomisili kembali di Banjarmasin, setelah ia menyerahkan tahta kerajaan Kotawaringin kepada puteranya yang bernama Ratu Amas (Pangeran Mas Dipati).[3] Sebagai Mangkubumi untuk Sultan InayatullahNama semasa kecilnya tidak diketahui, namun dalam Hikayat Banjar disebutkan nama atau gelarnya sebelum memegang jabatan mangkubumi (kepala pemerintahan) adalah Pangeran Dipati Anom (ke-1). Kemudian ia menjabat selama 7 (tujuh) tahun bertugas sebagai mangkubumi bagi Sultan Inayatullah (Sultan Ratu Agung/Pangeran Dipati Tuha 1) ketika itu nama pangkatnya adalah Pangeran di Darat yang diberikan oleh Ketua Dewan Mahkota pada saat itu yaitu Pangeran Dipati Anta-Kasuma yaitu saudara sekandungnya yang bertahta sebagai raja Kerajaan Kotawaringin. Di kalangan priyayi dan kaum bangsawan perubahan nama atau gelar menunjukkan adanya pergantian rezim dan perubahan kepada gelar pangkat yang lebih tinggi.[3] Keturunan
Pangeran yang menyandang gelar Pangeran Mangkubumi 1. Rakyatullah dari Banjar Pangeran Dipati Mangkubumi (Raden Halit), mangkubumi Banjar pada masa Sultan Saidullah dari Banjar Saidullah 1657-1660 2. Pangeran Mas Dipati, mangkubumi Banjar tahun 1660-1663. 3. Pangeran Mangkoe Boemi Tamjidullah 1734-1758 Sepuh dari Banjar 4. Pangeran Nata Mangkoe Boemi 1761-1801 Sunan Nata Alam 5. Pangeran Ismail Ratu Anum Mangku Dilaga Sukma Dilaga Ratoe Anom Mangkoe Boemi Ismail dilantik oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda,ditahan kemudian dibunuh oleh Sultan Sulaiman karena diduga akan melakukan kudeta.Jabatan mangkubumi kemudian dipegang oleh Pangeran Husein dengan gelar Pangeran Mangkubumi Nata putera Sultan Sulaiman sendiri 6. Pangeran Mangkoe Boemi Nata (Pangeran Husin), mangkubumi Banjar 1823-1842 7. Pangeran Noch Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana dilantik oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk menggantikan Pangeran Husin Pangeran Mangkubumi Nata . 8. Pangeran Tamjidillah II dilantik oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda berdasarkan besluit per tanggal 13 November 1851 No. 2 untuk menggantikan Pangeran Noch Ratoe Anom Mangkoe Boemi Kentjana 9. Hidayatullah II dari Banjar , dilantik oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk menggantikan Pangeran Tamjidillah II 1856 -`1860 sebagai pangeran Mangkubumi namun 1857 -September 1859 pecah Perang Gerilya berakhir September 1859 Dinobatkan Jadi Sultan Banjar. untuk Pemerintahan Mangkubumi Pangeran Wira Kasoema 10. Wirakusuma II dari Banjar dilantik oleh oleh sultan Hidayatullah II dari Banjar memerintah:1859 -1862 (memerintah: 1857-1862) 11. Pangeran Muhammad Said adalah mangkubumi Kesultanan Banjar (Pagustian) dan sekaligus seorang pejuang perang Banjar(memerintah: 1862-1875) 12. Pangeran Perbatasari adalah mangkubumi Kesultanan Banjar (Pagustian) dan sekaligus seorang pejuang perang Banjar. (memerintah: 1875-1885) Hubungan Silsilah dengan Raja Sumbawa Di bawah ini adalah hubungan silsilah Raja Banjar dengan Raja Sumbawa. Tertulis dalam buku Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde volume 14 (1864:503):[4]
Catatan kaki
|
Portal di Ensiklopedia Dunia