Open Society Foundations (OSF), sebelumnya Open Society Institute, adalah jaringan hibah internasional yang didirikan oleh tokoh bisnis George Soros.[2]Open Society Foundations merupakan bagian dari jaringan Soros Foundation dan membantu kelompok masyarakat sipil di seluruh dunia secara finansial. Yayasan ini aktif di bidang kehakiman, pendidikan, kesehatan publik, dan media independen.[3][4]
Sejak didirikan pada tahun 1993, OSF telah melaporkan pengeluaran lebih dari $ 11 miliar.[7] Nama yayasan ini terinspirasi dari buku karya Karl Popper tahun 1945 The Open Society and Its Enemies.[8]
Sejarah
Pada tanggal 28 Mei 1984, Soros menandatangani kontrak antara Soros Foundation (New York) dan Hungarian Academy of Sciences, akta pendirian Soros Foundation Budapest.[9] Hal ini diikuti oleh beberapa yayasan di kawasan tersebut dalam membantu negara-negara untuk menjauhi komunisme.[10]
Pada tahun 1991, yayasan ini bergabung dengan Fondation pour une Entraide Intellectuelle Européenne, sebuah afiliasi dari Congress for Cultural Freedom yang didirikan pada tahun 1966 untuk mengilhami para ilmuwan Eropa Timur "yang non-konformis" dengan ide-ide anti-totaliter dan kapitalis.[11]
Pada bulan Agustus 2010, mulai digunakan nama Open Society Foundation (OSF) untuk lebih mencerminkan peran dermawannya bagi kelompok masyarakat sipil di negara-negara di seluruh dunia.[12]
Soros meyakini tidak akan ada jawaban mutlak untuk pertanyaan politik karena prinsip refleksivitas yang sama berlaku seperti di pasar keuangan.[13]
Pada tahun 2012, Christopher Stone bergabung dengan OSF sebagai presiden kedua. Ia menggantikan Aryeh Neier, yang menjabat sebagai presiden dari 1993 hingga 2012.[14] Stone mengumumkan pada September 2017 bahwa ia mengundurkan diri sebagai presiden.[15]
Pada 2016, OSF dilaporkan menjadi target serangan dunia maya. Dokumen-dokumen dan informasi diduga milik OSF diterbitkan oleh sebuah situs Web. Pelanggaran keamanan dunia maya ini dikatakan memiliki kesamaan dengan serangan yang terkait dengan Rusia dan menargetkan lembaga-lembaga lain, seperti kasus kebocoran surat elektronikDemocratic National Committee pada 2016.[16]
Pada 2017, Soros mentransfer dana senilai $ 18 miliar kepada Yayasan ini.[17]
Aktivitas
Open Society Foundations melaporkan pengeluaran tahunan sebesar $827 juta pada 2014.[18] Anggaran $873 juta pada tahun 2013, digolongkan sebagai anggaran filantropi swasta terbesar kedua di Amerika Serikat, setelah Bill & Melinda Gates Foundation dengan anggaran sebesar $3,9 miliar.[19]
Menurut situs web yayasan ini, pengeluaran tahun 1993–2014 termasuk:[18]
$2,9 miliar untuk membela hak asasi manusia, terutama hak-hak perempuan; hak minoritas (etnis, ras, dan agama minoritas); pengguna narkoba; tuna susila; dan komunitas LGBTQ;
$1.5 miliar di Amerika Serikat untuk mempromosikan reformasi dalam peradilan pidana, kebijakan obat, perawatan paliatif, pendidikan, imigrasi, persamaan hak, dan pemerintahan yang demokratis;
$737 juta untuk masalah kesehatan masyarakat seperti HIV dan AIDS, TB, perawatan paliatif, pengurangan dampak buruk, serta hak-hak pasien;
$214 juta untuk memajukan hak masyarakat Roma di Eropa.
Dalam jumlah total ini, OSF telah memberikan setidaknya $33 juta kepada organisasi hak-hak sipil dan keadilan sosial di Amerika Serikat.[20] Pendanaan ini termasuk untuk kelompok-kelompok seperti Organization for Black Struggle dan Missourians Organising for Reform and Empowerment yang mendukung protes atas kejadian penembakan Trayvon Martin, kematian Eric Garner, penembakan Tamir Rice dan penembakan Michael Brown.[21][22][23] Menurut Center for Responsive Politics, OSF menghabiskan banyak sumber dayanya untuk perkara-perkara demokratis di seluruh dunia, dan juga berkontribusi pada kelompok-kelompok seperti Tides Foundation.[24]
OSF telah menjadi pendukung keuangan utama reformasi imigrasi AS, termasuk jalur kewarganegaraan bagi imigran gelap.[25]
Proyek-proyek OSF telah memasukkan Kampanye Keamanan Nasional dan Hak Asasi Manusia dan Lindesmith Center, yang melakukan penelitian tentang reformasi obat-obatan.[3]
Pada tahun 2007, Nicolas Guilhot (peneliti senior dari French National Centre for Scientific Research) menulis dalam Critical Sociology bahwa OSF berperan mengabadikan institusi yang memperkuat tatanan sosial yang ada, seperti yang telah dilakukan yayasan-yayasan terdahulu Ford Foundation dan Rockefeller Foundation. Guilhot berpendapat bahwa kendali atas ilmu sosial oleh kepentingan-kepentingan uang telah mendepolitisasi bidang ini dan memperkuat pandangan kapitalis atas modernisasi.[28]
Upaya OSF pada tahun 2008 di wilayah Danau Besar Afrika yang bertujuan untuk menyebarkan kesadaran hak asasi manusia di kalangan prustitusi di Uganda dan negara-negara lain di daerah tersebut tidak diterima dengan baik oleh pemerintah Uganda yang menganggap upaya tersebut sebagai cara untuk melegalkan dan melegitimasi prostitusi.[29]
Open Society Foundation telah dikritik editorial-editorial pro-Israel, Tablet Magazine, Arutz Sheva dan Jewish Press, karena mengucurkan dana untuk kelompok-kelompok aktivis Adalah dan I'lam yang mereka anggap sebagai anti-Israel dan mendukung Boikot, Divestasi dan Sanksi. Di antara dokumen-dokumen yang dirilis oleh DCleaks, laporan OSF berbunyi "Karena berbagai alasan, kami ingin membangun portofolio hibah yang beragam dan berurusan dengan Israel serta Negara Palestina, mendanai baik kelompok Yahudi Israel maupun PCI (Warga Palestina Israel) serta membangun portofolio hibah Palestina dan dalam semua kasus untuk menjaga jarak relatif serta low profile—terutama di depan advokasi".[30][31][32]
NGO monitor, sebuah LSM Israel melaporkan, "Soros sering mengkritik kebijakan pemerintah Israel, dan tidak menganggap dirinya seorang Zionis, tetapi tidak ada bukti bahwa ia atau keluarganya memiliki permusuhan atau pertentangan khusus terhadap keberadaan negara Israel. Laporan ini akan menunjukkan bahwa dukungan mereka, dan bahwa Open Society Foundation, tetap sebagai organisasi dengan agenda semacam itu." Laporan itu mengatakan tujuannya adalah untuk menginformasikan OSF, menyatakan: "Bukti menunjukkan bahwa pendanaan Open Society memberikan kontribusi signifikan terhadap kampanye anti-Israel dalam tiga hal penting: 1. Aktif dalam 'strategi Durban'; 2. Pendanaan ditujukan untuk melemahkan dukungan AS terhadap Israel dengan mengalihkan opini publik mengenai konflik Israel-Palestina dan Iran; 3. Mendanai kelompok-kelompok oposisi politik Israel di pinggiran masyarakat Israel, menggunakan retorika hak asasi manusia untuk mengadvokasi tujuan politik marjinal." Laporan tersebut menyimpulkan, "Namun, seberapa jauh Soros, keluarganya, dan Open Society Foundation menyadari dampak kumulatif terhadap Israel dan perang politik yang dilakukan oleh banyak penerima manfaat mereka adalah sebuah pertanyaan terbuka."[33]
Pada 2017, Open Society Foundations dan LSM lain yang mempromosikan pemerintahan terbuka dan membantu pengungsi menjadi target tindakan keras pemerintah-pemerintah otoriter atas sinyal dorongan semangat dari Administrasi Trump. Beberapa politisi di Eropa Timur, termasuk Liviu Dragnea di Rumania dan tokoh sayap kanan Szilard Nemeth di Hungaria, Nikola Gruevski di Makedonia, yang menyerukan "de-Sorosization", dan Jaroslaw Kaczynski di Polandia yang menyebut bahwa kelompok-kelompok yang didanai Soros menginginkan "masyarakat" tanpa identitas", menganggap banyak kelompok-kelompok LSM sebagai sesuatu yang mengganggu dan mengancam.[34] Beberapa kelompok advokasi yang dibiayai Soros di wilayah itu mengatakan serangan baru tersebut adalah pelecehan dan intimidasi, yang menjadi lebih terbuka setelah pemilihan Donald Trump di Amerika Serikat. Stefania Kapronczay dari Hungarian Civil Liberties Union, yang menerima setengah dari pendanaannya dari yayasan yang didukung Soros, mengklaim bahwa pejabat Hungaria sedang "menguji perairan" dalam upaya untuk melihat "apa yang bisa mereka lakukan".[34]
Pada 16 Mei 2018, OSF mengumumkan bahwa mereka akan memindahkan kantornya dari Budapest ke Berlin di tengah-tengah campur tangan pemerintah Hungaria.[35][36][37]
^Hoduski-Abbott, Bernadine E., Lobbying for Libraries and the Public's Access to Government Information, Lanham: Scarecrow, 2003. p. 75
^Guilhot, Nicolas (1 Januari 2006). "A Network of Influental Friendships: The Fondation Pour Une Entraide Intellectuelle Europeene and East-West Cultural Dialogue, 1957-1991". Minerva. 44 (4): 379–409. JSTOR41821373. ((Perlu berlangganan (help)).
Carothers, Thomas (1999), Aiding Democracy Abroad: The Learning Curve, Washington DC: Carnegie Endowment for International Peace.
Krizsán, Andrea; Zentai, Viola, ed. (2003), Reshaping Globalization: Multilateral Dialogues and New Policy Initiatives, Budapest: Central European University Press.
Miniter, Richard (September 9, 2011), "Should George Soros be allowed to buy US foreign policy?", Forbes, Soros, through foundations and his Open Society Institutes, pours some $500 million per year into organizations in the former Soviet world... And Soros gets results. Through strategic donations, Soros helped bring down the communist government in Poland, toppled Serbia's bloodstained strongman Slobodan Milosevic, and fueled the "Rose Revolution" in Georgia. Soros has also funded opposition parties in Azerbaijan, Belarus, Croatia, Georgia, and Macedonia, helping them into either power or prominence. All of these countries were once Russian allies..
Palley, Thomas (2003), "The Open Institute and Global Social Policy", Global Social Policy, 3 (1): 17–18, doi:10.1177/1468018103003001312.
Roelofs, Joan (2003), Foundations and Public Policy: The Mask of Pluralism, Albany: SUNY.
Stone, Diane (2010), Transnational Philanthropy or Policy Transfer? The Transnational Norms of the Open Society Institute, Policy and Politics, 38 (2), hlm. 269–87.
Stone, Diane (2013), Knowledge actors and transnational governance: The private-public policy nexus in the global agora, Palgrave Mcmillan
Stone, Diane (July 2007), "Market Principles, Philanthropic Ideals and Public Service Values: The Public Policy Program at the Central European University", PS: Political Science and Politics: 545–51.
Peizer, Jonathan (2005), "The Internet Program: Web Surfing a Revolution", The Dynamics of Technology for Social Change, Ingram Book Group, hlm. 1–26.