Nalahia adalah salah satu dari tujuh negeri yang termasuk ke dalam wilayah kecamatan Nusalaut, Maluku Tengah, Maluku, Indonesia. Luasnya mencapai 5,25 km2 atau setara dengan 16,15% dari total luas keseluruh Pulau Nusalaut.[4] Negeri ini tergolong sebagai negeri pesisir.[5] Menurut BPS tahun 2018, berstatus sebagai negeri atau desa swakarsa.[6]
Sebagai sebuah negeri atau desa adat, Nalahia dipimpin oleh seorang raja yang berkedudukan layaknya kepala desa. Raja Nalahia bergelar sebagai tuan patti (patih). Apabila raja belum terpilih, tampuk kepemimpinan dijabat oleh pejabat negeri. Jabatan raja di Nalahia dipangku oleh fam (matarumah parentah) Leiwakabessy. Raja yang menjabat sebagai kepala pemerintahan Nalahia saat ini adalah Raja Otje Leiwakabessy[7]
Geografi dan iklim
Nalahia berada di tepi pantai dengan ketinggian sekitar 50 m.dpl.[8] Wilayahnya berbatasan langsung dengan Laut Banda sehingga iklim pun dipengaruhi oleh iklim tropis laut dan iklim musim. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni dan Juli setiap tahun.[9] Di Nalahia terdapat sebuah pelabuhan yang melayani rute Nusalaut=Umeputih sejauh 19 mil serta Nusalaut-Amahai sejauh 23 mil). Aktivitas di Pelabuhan Nalahia dilayani oleh KM. Samandar.[10]
Administrasi
Negeri berteun Risapori Henalatu ini terbagi ada tiga sektor yang dikenal pula sebagai wijk (wayk). Jarak dari Nalahia ke pusat pemerintahan kecamatan di Ameth lebih kurang 3 km.
Adat dan budaya
Agama
Penduduk Nalahia beragama Kristen Protestan.
Fam di Nalahia
- Berhitu
- Haurissa
- Hetharie
- Basaur
- Leiwakabessy
- Lewerissa
- Manuputty
- Matulessy
- Pasanea
- Rikumahu
- Saamena
- Sapulette
- Siaila
- Simaela
- Soselisa
- Syaranamual
- Tapilatu
- Pattiasina
Hubungan sosial
Nalahia memiliki hubungan pela dengan Negeri Waraka yang terletak di Pulau Seram. Satu ciri unik dari hubungan pela kedua negeri adalah adanya larangan bagi orang Nalahia maupun Waraka untuk saling tinggal dan mendiami negeri pela-nya. Menurut kepercayaan masyarakat, pelanggar sumpah akan mendapat kutukan berupa kematian. Hubungan pela antarkedua negeri terbilang kuat. Ritual panas pela terakhir yang diadakan oleh kedua negeri basudara diselenggarakan di Nalahia pada 19 Desember 2017.[11][12]
Selain dengan Waraka, beberapa data seperti (Tentative) List of Pela Relationships Involving Villages in the Pasisir Region of the Central Moluccas menyebutkan bahwa Nalahia juga memiliki hubungan pela dengan Negeri Ureng, Ouw, dan Kailolo. Namun, hubungan dengan ketiga negeri pela ini tidak sekuat hubungan dengan Waraka. Khususnya hubungan dengan Kailolo sedang dalam proses menuju ketidakaktifan.[13]
Nalahia seperti halnya seluruh negeri di Pulau Nusalaut, memiliki ikatan gandong dengan seluruh desa/negeri di Pulau Ambalau.
Referensi