Muḥkam dan Mutasyābih (bahasa Arab: محکم و متشابه) dalam tafsir Al-Qur'an adalah pembagian kategori ayat berdasarkan status kejelasannya (muhkam) atau ketidakjelasannya (mutasyābih).[1]
Pengertian atas kedua istilah itu masih kontroversial. Beberapa mufassir menganggap perbedaannya adalah apakah ayat-ayat tersebut memerlukan interpretasi atau refleksi lebih lanjut atau tidak jika hendak dibaca. Pada umumnya, orang memaknai ayat muhkam sebagai ayat-ayat dengan satu makna dan mutasyabih sebagai ayat dengan lebih dari satu makna (dan yang maknanya paling tepat perlu ditakwil).[2]
Contoh ayat mutasyabih adalah penggambaran antropomorfik Tuhan (Allah), misalnya "tangan", "wajah", atau "di atas Arasy". Pertanyaan apakah istilah-istilah ini harus dimaknai secara harfiah atau majas telah diperdebatkan secara luas di abad-abad awal Islam, dan terus diperdebatkan.[2]
Ayat Al-Qur'an
Ayat Al-Qur'an berikut membahas pembagian ayat muhkam dan mutasyabih:[2]
Dialah yang menurunkan Kitab (Alquran) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muḥkamāt, itulah pokok-pokok Kitab (Alquran) dan yang lain mutasyābihāt. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyābihāt untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, "Kami beriman kepadanya (Alquran), semuanya dari sisi Tuhan kami." Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal.[3]
Komentar
Tafsir at-Tustari meriwayatkan perkataan yang dinisbahkan kepada Ali:
[Mereka yang mendalam ilmunya] adalah orang yang dilindungi oleh ilmu-ilmunya dari kesesatan mengikuti hawa nafsunya atau dengan pendapat yang ditetapkan tanpa menyadari adanya perkara yang gaib.[4]