Letusan Gunung Semeru 2021
Letusan Gunung Semeru 2021 terjadi pada 4 Desember 2021 di Jawa Timur, Indonesia. Setidaknya 51 orang tewas,[2] 169 orang terluka,[3] dan 22 orang hilang.[4] 45 orang mengalami luka bakar karena letusan tersebut.[5][6] Jembatan Gladak Perak, jembatan penghubung jalur selatan antara Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang terputus akibat diterjang lahar dingin letusan gunung Semeru.[7] Aliran piroklastik dan lahar merusak sedikitnya 5.205 rumah dan beberapa bangunan umum.[8][9] Latar belakangGunung Semeru adalah salah satu dari lebih dari 100 gunung berapi aktif di Indonesia. Puncak Gunung Semeru disebut Mahameru, yang memiliki ketinggian 3676 meter di atas permukaan laut (mdpl). Hal ini membuat Gunung Semeru menyandang predikat puncak tertinggi di Pulau Jawa. Gunung Semeru berada dalam dua wilayah yaitu Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Gunung Semeru juga gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia, setelah Gunung Kerinci (3805 mdpl) dan Rinjani (3726 mdpl). Gunung ini mempunyai 3 danau, yakni Ranu Kumbolo, Ranu Pani, dan Ranu Regulo. Dari ketiganya, yang paling terkenal adalah Ranu Kumbolo.[10] Gunung berapi ini merupakan bagian dari rangkaian pegunungan vulkanik yang membentang dari utara Sumatera hingga Kepulauan Sunda Kecil. Vulkanisme utama di Indonesia terhubung dengan lepas pantai subduksi dari Lempeng Australia di bawah Lempeng Sunda. Tercatat bahwa letusan tertua terjadi pada tahun 1818. Sejak saat itu, letusan besar telah terjadi pada tahun 1941, 1942, 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955–1957, 1958, 1959, 1960, 1977, dan 1978–1989.[11] Letusan kecil terjadi pada Januari 2021 terjadi dan dikabarkan tidak memakan korban. Letusan 4 Desember adalah yang terbaru dari serangkaian letusan eksplosif di gunung berapi sejak tahun 2014. Letusan baru-baru ini di gunung berapi telah disertai dengan aliran piroklastik, gumpalan debu vulkanik, dan tanah longsor.[10] Peristiwa sebelumnyaLetusan paling mematikan Gunung Semeru terjadi pada 29 Agustus 1909 ketika aliran piroklastik dan lava menghancurkan 38 pemukiman dan 600-800 hektar lahan pertanian. Letusan itu merenggut 208 korban jiwa. Sejak saat itu, sebagian besar aktivitas letusan gunung berapi terbatas pada letusan strombolian kecil. Letusan pada tahun 1994 menyebabkan kematian tiga orang.[12] ErupsiLetusan diperkirakan dimulai ketika kubah lava di kawah puncak runtuh karena curah hujan yang tinggi. Seorang ahli vulkanologi di Institut Teknologi Bandung mengatakan aliran puing letusan merupakan akumulasi material dari letusan masa lalu. Hujan deras mengikis material vulkanik di puncak, membuat kubah lava tidak stabil. Kubah yang runtuh memicu serangkaian aliran piroklastik yang menuruni lereng gunung berapi. Menurut laporan dari departemen geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, semburan tingginya mungkin bisa mencapai 45 km, meski ada yang mengklaim tingginya hanya 11 km. Investigasi sedang berlangsung untuk menentukan ketinggian asap. Antara tanggal 5 dan 9 Desember, delapan aliran piroklastik menempuh jarak 3 km atau lebih dari puncaknya. Arus mengalir ke arah tenggara. Lihat pulaReferensi
|