Ranu Pani adalah salah satu titik berangkat untuk pendaki yang akan melakukan pendakian ke Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 mdpl.[2] Desa Ranu pani merupakan desa terakhir sebelum Gunung Semeru.[3] Desa ini dihuni oleh warga suku Tengger dan berada di ketinggian 2.100 mdpl. Setiap tahun, warga di desa selalu menggelar bersih desa dan ritual unan-unan yang dipimpin dukun adat.[4] Penduduk desa Ranu Pani sebagai Suku Tengger, merupakan keturunan asli masyarakat Jawa yang hidup di era Kerajaan Majapahit.[3]
Beberapa warga desa berprofesi sebagai pemandu pendakian Gunung Semeru atau dikenal sebagai porter.[5] Porter menyediakan jasa pembawa barang sekaligus pengantar para pendaki menuju puncak gunung.[5] Profesi porter ini sering pula menjadi pekerjaan yang turun temurun.[5] Semua porter Gunung Semeru tergabung dan dikoordinasi dalam sebuah paguyuban.[5] Pendaki yang akan menuju Gunung Semeru akan melewati dua danau di sekitar Ranu Pani, yaitu Ranu Regulo yang berada di desa Ranu Pani, dan Ranu Kumbolo yang terletak di lereng atas sekitar 5 jam berjalan kaki dari Ranu Pani.[6]
Konservasi
Kegiatan pertanian dianggap sebagai salah satu faktor menyempitnya luas danau Ranu Pani, pembukaan perbukitan sebagai lahan pertanian menyebabkan terjadinya erosi.[3] Fungsi pepohonan besar untuk menahan pengikisan tanah tidak dapat digantikan oleh tanaman pertanian.[3]
Selain itu banyaknya pendaki maupun pengunjung yang membuang sampah sembarangan, mengakibatkan menumpuknya berbagai macam limbah dan mengakibatkan kedalaman danau semakin berkurang.[3] Bahkan beberapa kali pendaki kerap membakar sampahnya.[7] Sebelumnya pada tahun 1998 kedalaman Danau Ranu Pani mencapai 12 meter, pada tahun 2013 danau menjadi semakin dangkal pada tengah danau kedalaman hanya mencapai 7 meter.[3] Usaha pembersihan tanaman liar di sekitar Ranu Pani dinilai tidak efektif, sehingga dilakukan program perbaikan lingkungan di sekitar danau dan penanaman pagar hidup di perbatasan danau dengan pemukiman penduduk untuk mengurangi sedimentasi dan masuknya sampah ke danau.[2]
Sejak tahun 2010, TNBTS bekerja sama dengan Universitas Brawijaya dan Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) berupaya mengembalikan fungsi danau seperti semula.[2]
Referensi
^"TNBTS". bromotenggersemeru.org. Diakses tanggal 2018-10-18.