Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN adalah pertemuan puncak antara pemimpin-pemimpin negara anggota ASEAN dalam hubungannya terhadap pengembangan ekonomi, politik, keamanan, serta sosial dan budaya antar negara-negara Asia Tenggara.[1] Selain itu, setiap KTT berperan sebagai konfensi regional (Asia) dan internasional yang terkemuka, dengan para pemimpin dunia mendiskusikan berbagai masalah dan isu global, memperkuat kerjasama antar-negara, dan menciptakan suatu keputusan.[1][2] Penyelenggaraan KTT ASEAN menunjukan kesuksesan dan kemampuan ASEAN untuk memberikan suatu hasil di tingkat global, sehingga dipuji oleh para pemimpin dunia.[3]
Sejak dibentuknya ASEAN telah berlangsung 43 kali KTT resmi,[4] 4 KTT tidak resmi, dan 1 KTT Luar Biasa. ASEAN saat ini berhubungan langsung dengan negara lain yang ikut serta dalam misi dan visi ASEAN. Pertemuan resmi diadakan dengan negara lain dan berbagai organisasi internasional secara kolektif sebagai Mitra Dialog ASEAN atau ASEAN+3. Ketiga negara tersebut adalah Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.
Pertemuan resmi diadakan selama tiga hari. Rencana perjalanan yang biasa dilakukan adalah sebagai berikut:
Para pemimpin ASEAN menghadiri pertemuan internal organisasi.
Para pemimpin ASEAN mengadakan konferensi bersama dengan para Menteri Luar Negeri dari Forum Regional ASEAN.
Para pemimpin Tiga Mitra Dialog ASEAN (dikenal pula sebagai ASEAN+3), yakni Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan, mengadakan pertemuan dengan para pemimpin ASEAN.
Sebuah pertemuan terpisah diadakan untuk para pemimpin Dua Mitra Dialog ASEAN (ASEAN+CER), yakni Australia dan Selandia Baru.
Sejarah
KTT ASEAN yang pertama diselenggarakan pada Februari 1976 di Bali, Indonesia.[5] Pada KTT ini, ASEAN menyatakan komitmen untuk "mengembangkan hubungan yang bermanfaat" dan kerja sama yang saling menguntungkan dengan negara-negara lain di kawasan.[6] Para pemimpin ASEAN menandatangani Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara. KTT ASEAN ke-2 yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia pada Agustus 1977 merupakan kesempatan pertemuan puncak pertama antara Jepang dan ASEAN. Jepang menyatakan niatnya untuk mempromosikan kerja sama dengan ASEAN.[7]
Pada KTT ASEAN ke-9 pada Oktober 2003 di Bali, Indonesia, para pemimpin negara-negara anggota menandatangani deklarasi yang dikenal sebagai Bali Concord II, di mana mereka sepakat untuk mengejar integrasi ekonomi yang lebih erat pada tahun 2020. Menurut deklarasi tersebut, "Masyarakat ASEAN" akan ditetapkan pada tiga pilar, "kerja sama politik dan keamanan, kerja sama ekonomi, dan kerja sama sosial-budaya; untuk mewujudkan tujuan memastikan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran bersama yang tahan lama di kawasan ini." Rencana tersebut membayangkan wilayah dengan populasi 500 juta dan perdagangan tahunan sebesar US$720 miliar. Kawasan perdagangan bebas juga akan didirikan di wilayah tersebut pada tahun 2020. Para pemimpin ASEAN juga membahas pembentukan komunitas keamanan di samping komunitas ekonomi, meskipun tanpa aliansi militer formal.
Pada pertemuan yang sama, Tiongkok dan ASEAN juga sepakat untuk bekerja lebih cepat menuju perjanjian perdagangan timbal balik yang akan menciptakan pasar terpadat di dunia, dengan 1,7 miliar konsumen. Jepang juga menandatangani perjanjian yang berjanji untuk mengurangi hambatan tarif dan non-tarif dengan anggota ASEAN.
KTT ke-15 ASEAN diselenggarakan pada Oktober 2009 di Hua Hin dan Cha-am, Thailand.[8] Pertemuan tersebut melibatkan para pemimpin negara-negara anggota ASEAN bersama dengan mitra dialog mereka dari Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, India, Australia, dan Selandia Baru. Kesibukan pertemuan di antara para pemimpin Asia pada hari terakhir meningkatkan kemungkinan untuk menempa pakta perdagangan bebas regional, yang kemungkinan akan diangkat pada KTT APEC 2009.
KTT ke-28 dan ke-29 ASEAN diselenggarakan pada September 2016 di Vientiane, Laos. Tahun 2016 juga menandai dimulainya implementasi Visi Komunitas ASEAN 2025. Selain dua KTT utama, KTT sampingan lainnya di bawah payung ASEAN juga diadakan. Ada sembilan KTT dengan Mitra Dialog ASEAN di bawah kerangka kerja sama ASEAN Plus One, ASEAN Plus Three, dan KTT Asia Timur. Di bawah kerangka kerja sama sub-regional, KTT Mekong-Jepang diadakan. Kesempatan ini juga memberikan platform bagi para pemimpin ASEAN untuk bertemu dengan perwakilan-perwakilan ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA), ASEAN Youth, dan ASEAN Business Advisory Council. Tema utama yang dibahas pada KTT tersebut adalah mengenai komitmen lebih lanjut untuk implementasi Visi Komunitas ASEAN 2025 dan tiga Cetak Biru komunitas. Para Pemimpin ASEAN juga menandatangani Deklarasi ASEAN tentang Satu ASEAN, Satu Respons: ASEAN Menanggapi Bencana sebagai Satu di Kawasan dan Di Luar Kawasan.
MasalahLaut Cina Selatan juga menjadi topik teratas di antara agenda penting di KTT tersebut. Pada kesempatan tersebut, Filipina dan Jepang menyatakan keprihatinan serius atas klaim teritorial maritim Tiongkok dan pembangunan pulau-pulau buatan di Laut Cina Selatan. Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, menyerukan penyelesaian damai perselisihan antara Tiongkok dan Filipina. Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, menegaskan kembali pada pertemuan itu bahwa perselisihan harus diselesaikan "dalam batas-batas hukum, mengacu pada putusan arbitrase di bawah kasus Filipina v. Tiongkok oleh Pengadilan Arbitrase Permanen pada Juli 2016. Rancangan pernyataan pertemuan itu termasuk kritik suam-suam kuku atas tindakan Tiongkok di Laut China Selatan. Namun, tidak ada pernyataan tentang posisi ASEAN terhadap putusan arbitrase.[9] Tidak ada pernyataan multilateral yang dibuat dengan jelas untuk mencerminkan suara komunitas ASEAN secara keseluruhan tentang masalah Laut Cina Selatan. Tiongkok menegaskan kembali bahwa seharusnya tidak ada campur tangan dan masalah harus ditangani secara bilateral.
Lokasi pertemuan
KTT ASEAN diselenggarakan oleh 10 negara Asia Tenggara setiap tahunnya. Berdasarkan Piagam ASEAN, KTT ASEAN dilakukan dua kali dalam setahun dilaksanakan oleh negara anggota yang memegang Keketuaan ASEAN pada tahun tersebut. KTT Luar Biasa dapat dilaksanakan bila diperlukan dipimpin oleh negara yang memegang Keketuaan saat itu dan dilaksanakan di lokasi yang disepakati seluruh negara anggota.
1 Ditunda dari tanggal sebelumnya 10‒14 Desember 2006 akibat Badai Seniang
2 Menjadi tuan rumah setelah Myanmar mundur karena ditekan AS dan Uni Eropa
3 KTT Ke-14 dilaksanakan dua bagian. Bagian Pertama ditunda dari tanggal sebelumnya 12‒17 Desember 2008 akibat krisis politik Thailand 2008. Bagian Kedua pada Maret dibatalkan akibat aksi unjuk rasa di lokasi pertemuan.
4 Indonesia berganti posisi Keketuaan dengan Brunei karena bertindak sebagai tuan rumah untuk KTT APEC 2013, serta kemungkinan menjadi tuan rumah KTT G20 2013 meskipun pada akhirnya diambil oleh Rusia.
5 KTT dilaksanakan secara daring sebagai akibat pandemi COVID-19, kota tersebut sebagai lokasi kedudukan Ketua ASEAN serta pemimpin KTT.[13]
6 Myanmar memilih untuk tidak hadir dalam KTT ASEAN ke-38 hingga ke-43, setelah para pemimpin politiknya dilarang menghadiri KTT, sebagai akibat dari kudeta Myanmar 2021 dan gelombang protes yang menentangnya. ASEAN meminta 'perwakilan non-politik' sebagai 'sanksi' atas kudeta tersebut, namun junta militer memilih untuk tidak hadir.[14][15][16] Pada KTT ke-44 dan 45, Myanmar memilih untuk mengutus Sekretaris Permanen Luar Negeri, namun para pimipinan junta militer tetap dilarang menghadiri KTT.[17]
7 KTT ke-42 sampai ke-45 mengikutsertakan negara pengamat ASEAN, Timor Leste
Pada KTT Ke-5 di Bangkok, para kepala pemerintahan melaksanakan 'pertemuan tak resmi' secara terpisah diantara KTT resmi.
Menanggapi hal-hal kritis, para kepala pemerintahan melakukan pertemuan luar biasa atau istimewa yang dilaksanakan di Kantor Sekretariat ASEAN di Jakarta. Menanggapi kondisi pandemi COVID-19, KTT Istimewa dilaksanakan secara daring dibawah kepemimpinan Vietnam sebagai pemegang jabatan Keketuaan ASEAN saat itu.
Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa ASEAN
Nama
Tanggal
Negara
Tuan rumah
Ref
1
Pertemuan Istimewa Pemimpin ASEAN untuk Dampak Gempa dan Tsunami
1 Pertemuan dilakukan secara daring, Vietnam bertindak selaku Ketua ASEAN saat itu. 2 Termasuk didalamnya Konsensus Lima Poin untuk Myanmar
Hasil resmi
Konferensi Tingkat Tinggi
KTT ke-1
Deklarasi Kerukunan ASEAN; Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara (TAC); serta Persetujuan Pembentukan Sekretariat ASEAN.
KTT ke-2
Pencetusan Bali Concord 1.
KTT ke-3
Mengesahkan kembali prinsip-prinsip dasar ASEAN.
Solidaritas kerjasama ASEAN dalam segala bidang.
Melibatkan masyarakat di negara-negara anggota ASEAN dengan memperbesar peranan swasta dalam kerjasama ASEAN.
Usaha bersama dalam menjaga keamanan stabilitas dan pertumbuhan kawasan ASEAN.
KTT ke-4
ASEAN dibentuk Dewan ASEAN Free Trade Area (AFTA) untuk mengawasi, melaksanakan koordinasi.
Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan Skema Tarif Preferensi Efektif Bersama (Common Effective Preferential Tariff/CEPT) menuju Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN.
KTT ke-5
Membicarakan upaya memasukkan Kamboja, Laos, Vietnam menjadi anggota serta memperkuat identitas ASEAN di mata dunia.
KTT ke-6
Pemimpin ASEAN menetapkan Statement of Bold Measures yang juga berisikan komitmen mereka terhadap AFTA dan kesepakatan untuk mempercepat pemberlakuan AFTA dari tahun 2003 menjadi tahun 2002 bagi enam negara penandatangan skema CEPT, yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand.
KTT ke-7
Mengeluarkan deklarasi HIV/AIDS.
Mengeluarkan deklarasi Terorisme, karena menyangkut serangan terorisme pada gedung WTC di Amerika.
Pencetusan Bali Concord II yang akan dideklarasikan itu berisi tiga konsep komunitas ASEAN yang terdiri dari tiga pilar, yaitu Komunitas Keamanan ASEAN (ASC), Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC) dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASSC).
KTT ke-10
Program Aksi Vientiane (Vientiane Action Program) yang diluluskan dalam konferensi tersebut menekankan perlunya mempersempit kesenjangan perkembangan antara 10 negara anggota ASEAN, memperluas hubungan kerja sama dengan para mitra untuk membangun sebuah masyarakat ASEAN yang terbuka terhadap dunia luar dan penuh vitalitas pada tahun 2020.
KTT ke-11
Perjanjian perdagangan jasa demi kerja sama ekonomi yang komprehensif dengan Korea Selatan, memorandum of understanding (MoU) pendirian ASEAN-Korea Center, dan dokumen hasil KTT Asia Timur yang diberi label Deklarasi Singapura atas Perubahan Iklim, Energi, dan Lingkungan Hidup.
KTT ke-12
Membahas masalah-masalah mengenai keamanan kawasan, perundingan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), keamanan energi Asia Tenggara, pencegahan dan pengendalian penyakit AIDS serta masalah nuklir Semenanjung Korea.
KTT ke-13
Penandatanganan beberapa kesepakatan, antara lain seperti perjanjian perdagangan dalam kerangka kerjasama ekonomi dan penandatangan kerjasama ASEAN dengan Korea Center, menyepakati ASEAN Center.
KTT ke-14
Penandatanganan persetujuan pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-Australia-Selandia Baru.
Konferensi Tingkat Tinggi Tak Resmi
KTT tidak resmi ke-1
Kesepakatan untuk menerima Kamboja, Laos, dan Myanmar sebagai anggota penuh ASEAN secara bersamaan. (BASKARA)
KTT tidak resmi ke-2
Sepakat untuk mencanangkan Visi ASEAN 2020 yang mencakup seluruh aspek yang ingin dicapai bangsa-bangsa Asia Tenggara dalam memasuki abad 21, baik di bidang politik, ekonomi maupun sosial budaya.
KTT tidak resmi ke-3
Kesepakatan untuk mengembangkan kerja sama di bidang pembangunan ekonomi, sosial, politik dan keamanan serta melanjutkan reformasi struktural guna meningkatkan kerja sama untuk pertumbuhan ekonomi di kawasan.
KTT tidak resmi ke-4
Sepakat untuk pembangunan proyek jalur kereta api yang menghubungkan Singapura hingga China, bahkan Eropa guna meningkatkan arus wisatawan.
Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa / Istimewa
KTT Luar Biasa (Jakarta, 6 Januari 2005)
Pembahasan bagaimana penanggulangan dan solusi menghadapi gempa atau tsunami Samudera Hindia 2004.