Masyarakat kabupaten Manggarai Barat terdiri atas beragam suku, termasuk Mayoritas Suku Manggarai, dan suku lain. Sementara di Labuan Bajo, mayoritas penduduk adalah suku Manggarai Barat . Bahasa yang digunakan, selain bahasa resmi nasional bahasa Indonesia, keseharian penduduk juga memakai bahasa Manggarai dialek Manggarai Barat.[5] Suku Manggarai kebanyakan bekerja bercocok tanam di ladang dan sawah. Tanaman yang mereka tanam diantaranya adalah padi, ubi kayu, jagung, buah dan sayur. Selain itu, mereka juga beternak hewan seperi kerbau, sapi, kuda, babi, anjing, ayam, dan ada juga yang bekerja sebagai nelayan yaitu suku bajo.[5]
Agama
Tahun 2022, jumlah penduduk kelurahan Labuan Bajo sebanyak 6.973 jiwa, dengan kepadatan 506 jiwa/km². Pada umumnya masyarakat suku Manggarai memeluk agama Katolik, dan Protestan, sementara masyarakat suku Pendatang Bajo beragama Islam. Adapun persentasi penduduk kelurahan Labuan Bajo berdasarkan agama yang dianut, data Kementerian Dalam Negeri 2022, yakni Mayoritas pemeluk agama Kristen 81,46% [Katolik 80,76% & Protestan 0,70%], kemudian islam 17,94% Kemudian yang beragama Hindu 0,46% dan Buddha 0,14%.[1]. Masuknya Agama Katolik ke Manggarai Barat tidak terlepas dari peran para Misionaris Yesuit (SJ) (1910-1914) dan Misionaris Societas Verbi Divini (SVD) pada tahun 1914.
Fasilitas umum
Kota kecil di pinggir pantai paling barat Pulau Flores ini, banyak memiliki fungsi strategis, antara lain;
Pusat pemerintahan; ibu kota kabupaten dan kecamatan. Kantor Bupati Manggarai Barat, Kantor DPRD, Kantor Camat dan Kantor Dinas pemerintahan.
Pusat pendidikan; 4 sekolah lanjutan atas(SMAN 1 Komodo, SMKN 1 Komodo, SPM, SMA Katolik Loyola,SMAK Seminari St.Yohanes Paulus II), 4 sekolah lanjutan pertama (SMPN 1 Komodo, SMPK Loyola, SMPK Arnoldus, MTs )
Pusat perdagangan; sejak dulu Mbajo (sebutan oleh orang lokal) merupakan tempat berlabuhnya para pedagang dari Makassar(Bajo dan Bugis), hingga dibangunnya Dermaga Ferry, Pelabuhan PELNI
Pusat Pariwisata; tempat-tempat pariwisata banyak terdapat di Labuan Bajo, antara lain; Pantai Pede, Pantai Gorontalo, Puncak Waringin, Gua Batu Cermin, dan beberapa objek wisata pantai di pulau-pulau sekitar Labuan Bajo, seperti; Wae Cicu, Pulau Bidadari, Batu Gosok/Kanawa, dan Taman Nasional Komodo,Pulau Padar, Pulau Sebayur, Pulau Rinca, Siaba, Taka Makasar, Gili Lawa, Manta Point, Pulau Kalong, Manjarite, Pink Beach/Long Beach.
Daya Tarik Wisata
Batu Karang Strawberry
Di sekitar Labuan bajo terdapat banyak gugusan pulau salah satunya Pulau Rinca yang memiliki daya tarik wisata, salah satunya Strawberry Rock Stone atau diterjemahkan secara bebas Batu Karang strawberry. Diberi nama seperti itu karena bentuk gugusan karang berwarna merah muda di kawasan perairan Labuan Bajo. Berada di desa Pasir Panjang, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai barat- NTT. Bahasa setempat menamai lokasi tersebut Nisa Purung yang berarti pulau terbakar,namun banyak masyarakat menyebutnya karang strawberry karena dominan yang berwarna merah muda di karang tersebut.
Untuk berkunjung ke daerah tersebut , satu- satunya dapet ditempuh melalui laut dengan perahu kayu, boat dan Kapal Pinisi. Akses jalan darat sampai saat ini belum tersedia. Pengunjung dapat menggunakan perahu kayu dan kapal kayu (pinisi) dengan jarak tempuh sekitar 30 menit. Kapal kayu/ pinisi memiliki program untuk mengunjungi pulau- pulau di sekitar kawasan Labuan Bajo dengan durasi berlayar mulai dari 3 hari 2 malam termasuk salah satunya mengunjungi Pulau Rinca.
Tiba di pulau Rinca, pengunjung di arahkan berjalan ke loket masuk. setelah itu akan dipandu untuk naik perahu boat ke strawberry Rock stone dengan berjalan 5 menit di sepanjang pantai. menuju ke area ini pengunjung melewati kawasan trekking alami dan dapat melihat sunset di salah satu sudut pulau tersebut[6]
Desa Wisata Melo Desa Lian Ndara
Kampung Melo adalah salah satu desa traditional dan telah ditetapkan menjadi desa wisata. Kampung Melo memiliki kekayaan seni dan budaya serta keindahan alam. Penduduknya ramah kepada setiap wisatawan yang datang berkunjung. Di sini wisatawan bisa melihat langsung cara hidup masyarakat setempat khususnya bercocok tanam, membuat kerajinan tangan seperti tenun songket, keranjang.
Kampung Melo merupakan desa yang letaknya tidak jauh dari labuan bajo dan posisinya berada pada ketinggian. Untuk menuju ke desa ini kita bisa menempuh perjalanan melalaui trans flores dengan estimasi waktu tiba di desa ini 30 menit perjalanan dari pusat kota labuan bajo. Sesampainya di kampung Melo , kita akan disambut oleh tetua adat beserta warga kampung dengan ritual adat dari desa ini dengan sikap dan perilaku yang ramah serta diiringi dengan musik tradisional. Setelah itu kita akan diiberikan selendang khas kampung Melo yang akan langsung dipakaikan oleh pedamping tetua atau ketua adatnya langsung. Ini merupakan salah satu tanda resmi bahwa kita telah diterima di kampung Melo , selamjutnya kita akan diajak menuju rumah ditengah kampung yang disebut rumah gedang dan digunakan sebagai ritual adat lanjutan setelah penyambutan. Di rumah gendang ketua adat akan memlakukan ritual khusus menggunakan bahasa adat dari manggarai, setelah itu kita akan diberikan minuman khusus yaitu tuak / sopi dan memakan pinang berisi kapur dan sirih. Dalam pelaksanaan ritual sebisa mungkin kita mengikuti rangkaian proses ritual dari awal hingga selesai. Ini sebagai bentuk dari toleransi dari adat istiadat dari kampung Melo .
Letaknya yang berada pada ketinggian membuat kampung Melo memiliki keindahan alam yang sangat indah dan masih asri. Sejauh mata memandang kita akan disuguhi dengan pemandangan alam yang hijau dengan deretan perbukitan yang berderet rapi[7].Suhu di kampung ini bisa mencapai 20-10 derajat celcius