Shinzō AbeShinzō Abe (安倍 晋三 , Abe Shinzō, pengucapan bahasa Jepang: [abe ɕindzoː]) (21 September 1954 – 8 Juli 2022)[1][2] adalah seorang politikus Jepang yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang selama 4 periode, menjadikannya sebagai perdana menteri dengan masa jabatan terlama sepanjang sejarah Jepang. Periode pertamanya adalah sejak 26 September 2006 hingga 26 September 2007. Sebelumnya, ia adalah Kepala Sekretaris Kabinet Jepang dari Perdana Menteri Junichiro Koizumi. Sejak pengunduran diri pendahulunya, Yasuo Fukuda, dari perebutan jabatan presiden partai, ia menjadi kandidat utama untuk menggantikan Koizumi yang pensiun pada September 2006. Ia mengumumkan pencalonannya sebagai perdana menteri pada 1 September 2006 dan dilantik pada 26 September. Saat masa pemerintahannya sebagai perdana menteri hampir mencapai setahun, Abe mengumumkan pengunduran dirinya pada 12 September 2007, namun ia terus menjabat hingga penggantinya, Yasuo Fukuda terpilih sebagai Ketua LDP pada 23 September 2007 sebelum terpilih sebagai Perdana Menteri Jepang, 25 September 2007. Yasuo Fukuda mulai menjabat dan mengumumkan susunan kabinet pada keesokan harinya (26 September 2007). Pada 26 Desember 2012, ia kembali terpilih menjadi Perdana Menteri Jepang menggantikan Yoshihiko Noda, setelah dipilih oleh parlemen untuk menduduki jabatan yang sama. Terpilihnya Shinzō Abe ini menyusul setelah partainya, Partai Demokrat Liberal (LDP) memenangkan pemilu di awal bulan Desember 2012.[3] Pada 28 Agustus 2020, ia mengumumkan pengunduran dirinya sebagai perdana menteri karena kolitis ulseratif. Abe tetap akan menjabat sebagai perdana menteri hingga penggantinya, Yoshihide Suga terpilih sebagai Ketua Partasi Demokrat Liberal (LDP) dan juga terpilih sebagai Perdana Menteri Jepang pada 14 September 2020.[4][5][6] Abe ditembak pada 8 Juli 2022 saat menyampaikan pidatonya di Nara, dua hari sebelum pemilihan dewan penasihat Jepang diadakan. Ia dilaporkan mengalami henti jantung dan tidak menunjukkan tanda-tanda vital setelah penembakan.[7] Ia meninggal tak lama kemudian akibat luka tembak yang diterimanya.[8] Karier politikAbe dilahirkan di lingkungan keluarga politik. Kakeknya, Kan Abe dan ayahnya, Shintaro Abe, adalah politikus. Shintaro memimpin fraksi di lingkungan Partai Demokrat Liberal, memegang berbagai jabatan di kabinet dan partai, dan menjadi kandidat utama untuk jabatan Perdana Menteri. tetapi ia terlibat dalam Skandal rekrut dan juga kemudian jatuh sakit; ia meninggal dunia pada 1991. Istri Shintaro adalah Yoko Kishi, anak perempuan PM Nobusuke Kishi, yang juga merupakan saudara lelaki PM Eisaku Sato. Jadi, Shinzō mempunyai hubungan keluarga dengan politikus tingkat tinggi di kedua sisi keluarganya. Shinzō terpilih mewakili distrik satu dari Prefektur Yamaguchi pada 1993 setelah kematian ayahnya pada 1991, dan memperoleh suara terbanyak dari pemilu manapun dalam sejarah prefektur itu. Pada 1999 ia menjadi Direktur Divisi Urusan Sosial, Wakil Kepala Sekretaris Kabinet dalam Kabinet Mori dan Koizumi dari 2000–2003, dan sesudah itu ia diangkat menjadi Sekjen Partai Demokrat Liberal. Abe adalah juru runding utama untuk pemerintah Jepang atas nama keluarga-keluarga Jepang yang diculik dan dibawa ke Korea Utara. Pada 31 Oktober 2005, ia dicalonkan menjadi Sekretaris Kabinet dari Kabinet kelima Koizumi, menggantikan Hiroyuki Hosoda. Pada 20 September 2006, ia terpilih sebagai ketua Partai Demokrat Liberal. Kandidat untuk Perdana MenteriShinzō Abe dianggap (pada September 2006) sebagai kandidat utama untuk menggantikan Koizumi setelah masa jabatannya sebagai perdana menteri berakhir. Sadakazu Tanigaki, yang juga telah menyatakan pencalonan dirinya, serta Taro Aso juga merupakan calon-calon yang kuat. Dalam sebuah pengumpulan pendapat Juni 2006 di antara 403 anggota parlemen LDP, memperoleh dukungan dari 130 orang, diikuti oleh Fukuda dengan 30.[9] Mantan PM Yoshiro Mori, dari fraksi yang sama dengan Abe dan Fukuda, pernah mengatakan bahwa fraksi itu condong kepada Abe.[10] Abe dianggap konservatif dalam masalah kebijakan luar negeri dan mengambil sikap konfrontatif terhadap negera-negara Asia Timur lainnya seperti Republik Rakyat Tiongkok, Korea Selatan dan, khususnya, Korea Utara. Ia menyatakan bahwa ia akan melanjutkan kunjungan yang kontroversial ke kuil Yasukuni bila ia terpilih sebagai Perdana Menteri. Pemimpin LDP dan sekutu lama Koizumi Koichi Kato pernah menyatakan bahwa sikap keras Abe tentang Yasukuni dapat merugikan kesempatannya untuk menggantikan Koizumi, dan bahwa Fukuda, yang menentang kunjungan ke Yasukuni, merupakan "ancaman" bagi Abe dalam hal ini.[11] Ia juga berpandangan konservatif dalam masalah kontroversi suksesi kekuasaan Kekaisaran Jepang, dan mengatakan bahwa ia menentang usaha mengamendemen hukum Jepang untuk memungkinkan perempuan menduduki Takhta Krisantemum sebagai Maharani. Pada 4 Agustus 2006, media Jepang melaporkan bahwa Shinzō Abe telah mengunjungi kuil itu pada bulan April. Abe mengklaim bahwa kunjungan itu bersifat pribadi dan tidak resmi, seperti yang telah dilakukan Koizumi pada masa lalu. Pemerintah Tiongkok dan Korea Selatan mengungkapkan keprihatinan terhadap kunjungan itu.[12] [13] Pada 1 September 2006, Abe resmi mengumumkan pencalonannya untuk menjadi perdana menteri.[14] Sebagai Perdana MenteriKoizumi mengundurkan diri pada 26 September dan kemudian digantikan Abe. Dukungan publik baginya melorot setelah beberapa skandal yang dimulai sejak akhir tahun yang sama. Empat menteri dalam kabinetnya terpaksa mundur dan satu lagi, menteri pertanian, bunuh diri pada Mei 2007 akibat terlibat skandal keuangan. Pada 12 September 2007, Abe mengumumkan bahwa ia akan mundur dari jabatannya sebagai perdana menteri karena menganggap bahwa perdana menteri yang baru diperlukan agar dapat meneruskan dukungan Jepang kepada operasi militer AS di Afganistan.[15] Pada 26 September 2007, Abe secara resmi mengakhiri masa jabatanya, setelah Yasuo Fukuda resmi menjabat sebagai perdana menteri baru Jepang. Pada 26 Desember 2012, Abe secara resmi terpilih kembali sebagai perdana menteri oleh Diet, dengan dukungan dari 328 dari 480 anggota DPR.[16] Kemudian Abe menjabat sebagai perdana menteri selama 3 periode berturut-turut, juga pada periode berikutnya, 2014-2017[17] dan periode 2017-2021.[18] Namun, Abe mengundurkan diri untuk kedua kalinya pada tanggal 28 Agustus 2020 dikarenakan masalah kesehatan, setelah 7 tahun lebih menjabat sebagai perdana menteri.[5][6] Kehidupan pribadiKakak laki-laki Abe, Hironobu Abe, menjadi presiden dan direktur utama Mitsubishi Shōji Packaging Corporation, sementara adiknya, Nobuo Kishi, menjadi Wakil Menteri Senior Urusan Luar Negeri. Abe menikah dengan Akie Matsuzaki, seorang sosialita dan mantan radio disjoki pada tahun 1987. Dia adalah putri presiden Morinaga, produsen cokelat. Dia dikenal sebagai "partai oposisi domestik" karena pandangannya yang blak-blakan, yang sering bertentangan dengan suaminya. Setelah tugas pertama suaminya sebagai perdana menteri, dia membuka izakaya organik di distrik Kanda, Tokyo, tetapi tidak aktif dalam manajemen karena desakan ibu mertuanya.[19] Pasangan ini tidak memiliki anak, setelah menjalani perawatan kesuburan yang gagal di awal pernikahan mereka.[20] Selain bahasa Jepang asalnya, Abe fasih menuturkan bahasa Inggris.[21][22][23] Menanggapi larangan nanas Tiongkok pada 1 Maret 2021, Jepang mengimpor 6.000 ton nanas Taiwan yang mencapai rekor.[24] Pada 28 April, Abe mengtwit foto dirinya dengan lima buah nanas. Dalam lima jam itu menjadi viral dengan 694.000 suka, 2.055 kutipan twit, dan 119.000 retwit.[24] Presiden RT Taiwan Tsai Ing-wen menanggapi dalam bahasa Jepang dengan mengatakan bahwa dia akan mengirim lebih banyak nanas kapan saja.[24] PembunuhanPada tanggal 8 Juli 2022 pukul 11:30 JST, Abe tak sadarkan diri setelah ditembak dua kali dari belakang saat menyampaikan pidato di dekat Stasiun Yamato-Saidaiji di Kota Nara.[25][26] Penembakan tersebut dilakukan menggunakan senjata rakitan, tembakan pertama mengenai bagian leher, sedangkan tembakan kedua yang cukup fatal tepat mengenai dadanya. Pasca penembakan, Abe segera dilarikan ke Rumah Sakit Universitas Kedokteran Nara yang bekerja sama dengan Universitas Kedokteran Nara (Jepang: 奈良県立医科医大学). Evakuasi medis dilakukan menggunakan helikopter. Insiden tersebut menyebabkan Abe mengalami pendarahan di dekat dadanya dan gagal jantung. Abe dinyatakan meninggal dunia di usia 67 tahun pada pukul 17.03 sore waktu setempat setelah upaya transfusi darah oleh tim dokter tidak berhasil menyelamatkan nyawanya. Pelaku pembunuhan Abe adalah seorang pria berusia 41 tahun yang merupakan mantan anggota Angkatan Laut Bela Diri Jepang bernama Tetsuya Yamagami.[27][28] Rujukan
Pranala luar
|