Kition (bahasa Mesir: kꜣṯꜣj;[3]bahasa Fenisia: 𐤊𐤕, kt,[4] atau 𐤊𐤕𐤉, kty;[5]bahasa Yunani Kuno: Κιτιον, translit. Kition[6]) adalah kerajaan kecil di pesisir selatan Siprus (kini bagian Larnaka). Menurut tulisan pada lempengan yang paling dekat dengan lubang penggalian situs Kathari (as of 2013), daerah ini didirikan pada abad ke-13 SM oleh pendatang dari Yunani (Akhaia) setelah perang Troya.
Penduduknya yang paling terkenal, dan mungkin hanya diketahui, adalah Zenon, lahir k. 334 SM di Kition dan menggagas mazhab filsafat Stoikisme yang dia ajarkan di Kota Athena sekitar 300 SM.
Nama
Kition (Κιτιον), merupakan helenisasi dari nama Fenisia yang dibuktikan dalam bentuk 𐤊𐤕 (kt) dan 𐤊𐤕𐤉 (kty),[5] yang memiliki bukti tertulis paling awal sebagai kꜣṯꜣj dalam prasasti berbahasa Mesir yang ditulis pada zaman pemerintahan Firaun Ramses III (1198–1116 SM) yang ditemukan di kuil Medinet Habu di antara nama kota Siprus lainnya, dan dianggap merujuk ke Kition.[3][7]Flavius Yosefus menyebut kota itu dengan nama Kittim, yang digunakan oleh orang Ibrani untuk menyebut seluruh Siprus dan bahkan daratan lebih jauh ke barat.[8]
Unsur-unsur budaya baru yang muncul antara 1200 SM dan 1000 SM (benda pribadi, tembikar, bentuk dan gagasan arsitektur baru) merupakan petunjuk perubahan politik yang berpengaruh setelah kedatangan bangsa Akhaia.[11]
Pada awal abad ke-12 SM kota ini dibangun kembali dalam skala yang lebih besar; tembok kota bata lumpurnya digantikan oleh tembok siklop.[12] Sekitar 1000 SM, bagian agamis kota ini ditinggalkan, meskipun kehidupan tampaknya berlanjut di daerah lain seperti yang ditunjukkan oleh penemuan di beberapa makam.[7]
Bukti sastra menunjukkan kehadiran Fenisia awal juga di Kition yang berada di bawah kekuasaan orang Tirus pada awal abad ke-10 SM.[13] Beberapa saudagar Fenisia yang diyakini berasal dari Tirus menjajah daerah tersebut dan memperluas pengaruh politik Kition. setelah k. 850 SM tempat suci [di situs Kathari] dibangun kembali dan digunakan kembali oleh orang Fenisia.[11]
Kerajaan ini berada di bawah kekuasaan Mesir dari tahun 570 hingga 545 SM.[14]Bangsa Persia memerintah Kition dari tahun 545 SM.[14] Raja-raja kota disebut namanya dari tahun 500 SM dalam abjad Fenisia yang tertera pada koin.[15]
Marguerite Yon mengklaim bahwa naskah sastra dan prasasti menunjukkan bahwa pada periode Klasik, Kition adalah salah satu kekuatan utama setempat, bersama dengan tetangganya, Salamis.[15] Pada tahun 499 SM, kerajaan-kerajaan Siprus (termasuk Kition) bergabung dalam Pemberontakan Ionia melawan Persia.[16]
Kekuasaan Persia atas Siprus berakhir pada 332 SM. Ptolemaios I menaklukkan Siprus pada tahun 312 SM dan membunuh Poumyathon, raja Kition Fenisia, dan membakar kuil-kuil.[14] Tidak lama kemudian kota-kerajaan Siprus dibubarkan dan Dinasti Fenisia Kition dihapuskan. Setelah peristiwa ini, wilayah tersebut kehilangan nuansa agamisnya.[17]
Namun, sebuah koloni perdagangan dari Kition yang didirikan di Piraeus menjadi makmur. Hingga tahun 233 SM, penduduk Kition meminta dan mendapat izin untuk membangun sebuah kuil yang dipersembahkan kepada Astarte".[18]
Kition ditaklukan oleh Romawi pada tahun 58 SM.[19]
Gempa bumi yang kuat melanda kota itu pada tahun 76 M dan tahun-tahun berikutnya,[1] tetapi kota itu tampak makmur selama zaman Romawi. Seorang bendahara kota, dikirim ke Kition dari Roma pada masa pemerintahan Septimius Severus.[19]
Gempa bumi tahun 322 dan 342 M "menyebabkan kehancuran tidak hanya di Kition tetapi juga di Salamis dan Pafos".[1]
Referensi
Catatan kaki
^ abcFlourentzos, Paulos (1996). A Guide to the Larnaca District Museum. Nicosia: Ministry of Communications and Works - Department of Antiquities. hlm. 18. ISBN978-9963-36-425-1. OCLC489834719.
^ abFlourentzos, Paulos (1996). A Guide to the Larnaca District Museum. Nicosia: Ministry of Communications and Works - Department of Antiquities. hlm. 6. ISBN978-9963-36-425-1. OCLC489834719.
^ abcAccording to text on one of the signs at the entrance of the Kathari site.
^ abYon, Marguerite; William A. P. (Nov 1997). "Kition in the Tenth to Fourth Centuries B. C.". Bulletin of the American Schools of Oriental Research. 308 (308): 9–17. doi:10.2307/1357405. JSTOR1357405.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Flourentzos, Paulos (1996). A Guide to the Larnaca District Museum. Nicosia: Ministry of Communications and Works - Department of Antiquities. hlm. 15. ISBN978-9963-36-425-1. OCLC489834719.
^ abFlourentzos, Paulos (1996). A Guide to the Larnaca District Museum. Nicosia: Ministry of Communications and Works - Department of Antiquities. hlm. 5. ISBN978-9963-36-425-1. OCLC489834719.