Jean Frédéric Joliot-Curie
Ia lulus dari École de Physique et Chimie di Paris. Pada 1925, Joliot bekerja sebagai asisten Maria Skłodowska-Curie di Institut Radium Paris. Joliot bertemu puteri Marie Curie, Irène saat bekerja di lembaga itu institute dan menikahinya pada 1926. Joliot menerima gelar doktor dalam sainsnya pada 1930 untuk penelitiannya dalam elektrokimia dan unsur radioaktif. Joliot dan istrinya berkolaborasi dalam studi proyeksi inti atom dan dalam bidang lain di fisika nuklir. Tim Joliot-Curie membuat penemuan monumentalnya pada 1934 saat mereka memproduksi unsur radioaktif buatan pertama. Menggunakan unsur alfa mereka menembaki boron, magnesium, dan aluminum serta menciptakan unsur buatan. Penemuan ini membuat tim Joliot-Curie memenangkan Hadiah Nobel Kimia 1935 "untuk sintesis mereka pada unsur radioaktif baru". Sumbangan Joliot-Curie amat penting bagi kemajuan fisika nuklir dan memberi sumbangan bagi bom atom pertama. Joliot meneruskan riset pembuatan kesatuan zat uranium atom menggunakan uranium dan air keras, sehingga ia menerima 5 paten antara 1939 dan 1940. Keterlibatannya dalam gerakan Résistance selama pendudukan Nazi di Prancis selama PD II membuat Joliot menjadi Pimpinan Front Nasional dan mendirikan Partai Komunis Prancis. Frédéric Joliot diangkat sebagai Komisaris Tinggi untuk Energi Atom pada 1946. Pada 1948, ia mengarahkan pembangunan kesatuan zat uranium atom pertama Prancis dengan bantuan istrinya. Perubahan iklim politik di Prancis dan ikatan Joliot pada Partai Komunis mengakibatkan ia disingkirkan dari Komisi Energi Atom pada 1950. Setelah kematian istrinya pada 1956, Joliot diangkat sebagai Ketua Fisika Nuklir di Universitas Paris hingga akhirnya ia menyusul istrinya menghadap sang Khalik 2 tahun kemudian. Pranala luar |