Henryk yang Berjenggot (bahasa Polandia: Henryk Brodaty, bahasa Jerman: Heinrich der Bärtige); skt. 1165/70 – 19 Maret 1238), dari garis Silesia Wangsa Piast, merupakan seorang Adipati Silesia di Wrocław dari tahun 1201 dan Adipati Kraków dan dengan demikian Adipati Agung seluruh Polandia — yang secara internal di bagi — dari tahun 1232 sampai kematiannya.
Kehidupan
Awal karier dan kehilangan Opole
Henryk adalah putra keempat Adipati Bolesław I dari Silesia, dan istri keduanya Krystyna, mungkin asal Jerman. Ia lahir di Głogów (Glogau), Dataran Rendah Silesia. Tiga kakanda Henryk: Bolesław, Konrad dan Jan (1174-1190) meninggal. Saudara tirinya, Jarosław dari Opole menjadi pastor yang diduga karena kelicikan ibunda Henryk, Krystyna. Henryk menjadi ahli waris tunggal Bolesław pada tahun 1190. Melalui pernikahannya dengan Jadwiga dari Silesia (1182-1189), Henryk terhubung ke para penguasa Jerman, Hungaria, Bohemia, dan Prancis.
Ayahanda Henryk, Bolesław I, meninggal pada tanggal 8 Desember 1201. Pada awal tahun 1202 pamand Henryk, Adipati Mieszko I Plątonogi dari Dataran Tinggi Silesia, menyerang dan mengambil Kadipaten Opole (Oppeln), yang telah diserahkan dari kepemilikan Jarosław ke Henryk. Mieszko ingin lebih dari Opole, tetapi ditentang oleh Uskup agung Gniezno, Henryk Kietlicz dan Uskup Wrocław, Cyprian. Mereka mendukung Henryk karena ia membayar mereka sebesar 1.000 keping perak.
Hubungan dengan Hohenstaufen, Wittelsbach, Welfen dan Přemyslids
Ketika Kekaisaran Romawi Suci tengah memperjuangkan Staufer dan Welfen, pada awalnya, Henryk tidak terlibat langsung di dalam pertarungan tersebut.
Setelah tahun 1207, Henryk menjodohkan putrinya Gertruda ke Pfalzgraf Bayern Otto IV dari Wittelsbach, yang kemudian menjadi pengikut setia Wangsa Hohenstaufen. Istrinya Agnieszka, dari Wangsa Andechs, adalah pendukung kuat Staufer. Henryk tetap netral, dan menolak untuk ambil bagian di dalam konflik di antara Kekaisaran Romawi Suci, Staufer dan Welfen. Otto VII membunuh Raja Jerman Hohenstaufer, Philipp dari Swabia dan dieksekusi pada tahun 1209, sehingga tidak ada pernikahan.
Keterlibatan di dalam politik kadipaten Polandia
Pada tahun 1202 Adipati Agung Polandia, Mieszko III Stary meninggal. Ia berasal dari Polandia Besar cabang Wangsa Piast. Dua kelompok yang berlawanan muncul: 1) Mieszko I Plątonogi (pamanda Henryk), dan Adipati Władysław III Laskonogi dari Polandia Besar (putra dan penerus Mieszko III), dan 2) Adipati-adipati Leszek Biały dari Sandomierz, Konrad I dari Masovia (putra-putra mendiang Adipati Agung Kazimierz II Sprawiedliwy), dan Władysław Odonic (keponakan Władysław III). Henryk sekali lagi tetap netral.
Władysław III Laskonogi telah mengambil takhta di Kraków, tetapi ia digulingkan pada tahun 1206. Leszek menjadi Adipati Agung dan Adipati Kraków. Hilangnya Provinsi Seniorat menyebabkan Władysław III mengubah aliansi dan meningkatkan kehadirannya di Pommern Barat). Ia mengusulkan Henryk pertukaran wilayah: Tanah Lubusz Silesia untuk wilayah Polandia Besar Kalisz. Henryk menerima tawaran itu, tetapi pertukaran ini mengakibatkan kebingungan politik. Władysław Odonic berharap untuk menjadi ahli waris Lubusz dan Polandia Besar dari pamandanya Władysław III. Odonic bergantung pada dukungan dari gereja, yang dipimpin oleh Uskup agung Henryk Kietlicz dari Gniezno. Władysław III memiliki dua lawan, Odonic dan uskup agung, dieksil. Henryk sekarang berada di dalam situasi yang sulit. Ia berutang budi kepada uskup agung, yang membantunya di awal pemerintahannya, tetapi ia memutuskan untuk mendukung Władysław III. Ia memberi wilayah yang baru diperolehnya, Kalisz kepada Odonic, kecuali Poznan, menyebabkan sedikit keretakan di antara Henryk dan Władysław III. Pada tahun 1208, hubungan itu diperbaiki di dalam sebuah pertemuan di Głogów.
Pada tahun 1210 Paus Innocensius III mengekskomunikasikan Adipati Agung Leszek. Mieszko I Plątonogi dengan cepat menaklukkan Kraków dan mengambil gelar Adipati Agung. Ekskomunikasi bulla dikeluarkan atas permintaan anonim Adipati Silesia, yang di duga Henryk (karena Mieszko II menggunakan gelar Adipati Racibórz-Opole). Situasi menjadi sangat membingungkan dan tidak ada seorangpun yang yakin siapa yang memegang kekuasaan yang sesungguhnya.
Uskup agung Henryk Ketlicz, telah kembali dari pengasingan beberapa waktu sebelumnya, yang disebut Sinode Borzykowa mencoba untuk menemukan solusi untuk situasi ini. Henryk, beserta para adipati yang lebih rendah, Leszek, Konrad I, dan Władysław Odonic hadir. Leszek dan para pangeran Piast lainnya, memberikan hadiah kepada para klerus, memastikan integritas dari harta teritorial uskup (hak istimewa yang tidak ditandatangani oleh Henryk atau Władysław III, tetapi mereka mematuhi ketentuan-ketentuannya). Mieszko IV tidak hadir di Borzykowa. Ketika para adipati yang lain berada di Borzykowa, Mieszko II dan pasukannya menyerbu Kraków, dan mengambil ibu kota tanpa perlawanan. Mieszko II hanya memegang Krakow selama setahun. Meskipun Henryk merupakan yang tertua dari para adipati yang lebih rendah, ia tidak berbuat apa-apa. Leszek I kembali ke Kraków tanpa kesulitan besar.
Setelah urusan bulla kepausan, Henryk mendukung perdamaian dan kerjasama dengan Adipati Agung Leszek dan Adipati Władysław III dari Polandia Besar. Pakta tersebut didirikan pada tahun 1217 di dalam pertemuan di Dańkowie, dan setahun kemudian di Sądowlu. Masing-masing anggota tiga serangkai Piast ini (yang nantinya termasuk adik Leszek, Konrad dari Masovia) membawa beberapa manfaat bersama ke aliansi. Inklusi Władysław membawa restitusi langsung ke kedaulatan resmi Lubusz dan Leszek atas seluruh negeri. Selama beberapa tahun berikutnya tiga adipati tersebut bekerja sama.
Motif utama perjanjian di antara ketiganya adalah ekspedisi perang salib melawan kafir Prusia Kuno, Baltik. Perang salib ini terjadi pada tahun 1222 dan 1223, keduanya gagal meskipun oleh pengeluaran keuangan yang besar. Henryk kemudian mengusulkan untuk membawa kontingen Ksatria Teutonik ke Polandia. Adipati Konrad I dari Masovia mengeluarkan panggilan itu dan ksatria memasuki Polandia pada tahun 1226.
Perang Pertama Lubusz
Henryk mengundurkan diri dari klaimnya di Kraków karena Markgraf Konrad II dari Lausitz menyita Tanah Lubusz. Adipati Władysław III memperoleh kepemilikan Lubusz pada tahun 1206, tetapi hilang tak lama kemudian. Kepemilikan Lubusz langsung mempengaruhi kedaulatan Henryk dan ia mengirim pasukannya ke perbatasan barat Polandia. Awalnya, ia mencoba untuk menyelesaikan sengketa secara damai, ia mengirim beberapa utusan ke istana Kaisar Otto IV di Altenburg untuk mendapatkan kembali Lubusz ke Silesia. Mereka kembali tanpa jawaban, dan Henryk mengorganisir ekspedisi bersenjata. Tidak ada aksi militer yang diperlukan. Pada tanggal 6 Mei 1210, Markgraf Konrad II meninggal, dan Henryk mengambil Lubusz dan kota Lausitz, Guben, yang dipegangnya sampai tahun 1218.
Upaya untuk mendapatkan Kraków pada tahun 1225 dan perjuangan atas Lubusz
Pada tahun 1223 aliansi Piast akhirnya pecah. Di Polandia Besar, Władysław Odonic dan, saudara iparnya, Adipati Swietopelk II dar Pomerelia mengambil Ujście. Perselisihan dengan Władysław III secara efektif mencegah kelanjutan dari perjanjian tersebut. Pada tahun 1225, Henryk melanggar perjanjian dan memasuki Kraków. Ketika Landgraf Ludwig IV dari Thüringen menyerang Lubusz, Henryk mundur dari Kraków.
Perjuangan untuk Lubusz diteruskan sedikit-sedikit sampai tahun 1230, ketika penerus Markgraf Ludwig IV, Heinrich Raspe mengundurkan dirinya atas hak Lubusz pada tahun 1229 dan menjual klaimnya ke Uskup agung Magdeburg, Albrecht I dari Käfernburg. Henryk akhirnya mampu menambah wilayah penting yang strategis ini ke kadipatennya, meskipun ia melakukannya tanpa persetujuan Adipati Władysław III dari Polandia Besar. Henryk juga berhasil memperoleh aset lainnya; sebuah kastil di Cedynia, yang ditaklukkan setelah sebuah konflik lokal dengan Adipati Barnim I dari Pommern.
Kongres Gąsawa. Kematian Leszek Biały
Pada tahun 1227 Leszek Biały menyelenggarakan suatu majelis para adipati Piast di Gąsawa untuk menyelesaikan sengketa teritorial dan tindakan Adipati Swietopelk II. Władysław Odonic dan Henryk mendukung Leszek dan saudaranya Konrad dari Masovia. Władysław III dari Polandia Besar tidak pergi ke Gąsawa. Adipati Swietopelk II, anggota Pomerelian Wangsa Sobiesław, telah menyatakan dirinya independen dari kekuasaan Polandia. Adipati Agung menuntut teguran serius kepada Swietopelk, atau pengeseran lengkapnya dari kadipaten. Swietopelk II (mungkin dengan bantuan dari Władysław Odonic) menyerang lebih dulu, di Gąsawa. Pada tanggal 23 November 1227, Leszek dan Henryk terjebak di dalam penyergapan. Leszek tewas dan Henryk terluka parah. Peregrinus dari Wiesenburg melemparkan dirinya ke Henryk, dan menyelamatkan jiwanya. Sebuah perebutan takhta Polandia yang baru dimulai.
Henryk I, Gubernur Krakow
Leszek meninggalkan seorang putra yang berusia satu tahun, Bolesław, dan Adipati Polandia Besar, Władysław III, melihat kesempatan untuk merebut kembali Kraków dan gelar Adipati Agung di bawah kedok pemangku takhta. Bangsawan Dataran Rendah Polandia berpihak kepada saudara Leszek, Adipati Konrad I dari Masovia. Di Kadipaten Sandomierz Bolesław dinyatakan sebagai ahli waris yang sah di bawah perwalian ibundanya, Grzymisława dari Luck, dengan bantuan para bangsawan lokal. Di Polandia, Władysław III memenangkan haknya di Kraków, terutama setelah Kongres Cienia Pierwsza di dekat Kalisz pada taggal 5 Mei 1228, di mana ia memberikan beberapa hak istimewa kepada gereja dan berjanji untuk menghormati undang-undang yang lama. Beberapa komplikasi muncul ketika keponakannya Władysław Odonic memberontak terhadapnya. Adipat Agung Władysław III memusatkan perhatiannya pada Polandia Besar dan Henryk terpilih untuk memerintah Kraków sebagai seorang Gubernur Adipati Agung, bukan sebagai Adipati Tinggi, sebagai pengakuan atas dukungan militer dari Władysław III. Adipati Agung itu juga berjanji bahwa Henryk dan keturunannya akan menjadi ahli waris Polandia Besar.
Kehilangan Polandia Kecil dan dipenjara
Setelah kematian Leszek kematian, perang di antara Henryk dan Adipati Konrad I dari Masovia meletus pada tahun 1228. Awalnya, Henryk berhasil karena ia mengusir pasukan Konrad di Pertempuran Międzyborzem, Skałą dan Wrocieryżem. Kemudian, situasi berubah drastis. Henryk, pendukung kuat Adipati Agung Władysław III, mengalami kesulitan memerintah bangsawan Kraków. Henryk I yang mengatur kedua kadipaten Silesia dan Kraków, dan beberapa bangsawan Kraków ia lebih menyukai Silesia.
Pada tahun 1229 Henryk bertemu dengan Konrad di Spytkowice. Selama massa, ksatria Konrad menahan Henryk dan melukai beberapa anak buahnya. Henryk dipenjara di Kastil Płock, dan Henryk II, putra Henryk satu-satunya yang masih hidup dan ahli warisnya, menjadi pemangku takhta kadipaten tersebut.
Konrad I dari Masovia berbaris melawan Polandia Besar. Ia dikalahkan di dinding Kalisz, tetapi kemudian berhasil menang atas Władysław Odonic, senior berdaulat Polandia Besar. Władysław III melarikan diri ke Dataran Tinggi Silesia Racibórz, sementara Konrad, memasuki Kraków dan mengambil gelar Adipati Agung. Henryk II mampu mempertahankan kemerdekaan Silesia, dan ia mempersiapkan sebuah ekspedisi bersenjata melawan Polandia Kecil.
Konrad I dan intervensi Adipati Jadwiga
Bantuan nyata kepada Henryk I Jadwiga dari Silesia pergi ke Płock untuk berbicara dengan Konrad. Konrad memutuskan untuk melepaskan Henryk I jika ia meninggalkan hak-haknya atas Kraków. Paus kemudian membebaskannya dari janjinya karena itu diperoleh di bawah tekanan.
Sementara itu, bangsawan Polandia kecil menemukan bahwa aturan Konrad keras. Konrad mengambil Kadipaten Sandomierz dari Bolesław V, dan memberikannya kepada putranya sendiri, Bolesław. Henryk I dan Władysław III merencanakan sebuah ekspedisi militer untuk memulihkan Polandia Besar.
Kematian Władysław III Laskonogi. Henryk I, Adipati Agung Polandia
Ekspedisi melawan Konrad, yang dilakukan pada tahun 1231, berakhir dengan kekalahan di dinding Gniezno; namun untungnya bagi Henryk, Władysław III meninggal tiba-tiba di Środa Śląska, ia dibunuh oleh seorang gadis Jerman yang ingin diperkosanya. Karena ia tidak memiliki keturunan, satu-satunya ahli waris di Polandia Besar adalah Henryk. Namun otoritasnya di wilayah-wilayah tersebut segera diperebutkan. Pada awalnya, Henryk memutuskan untuk mengurus nasib Polandia Kecil, terutama setelah kematian sepupunya Adipati Kazimierz I dari Opole dan putranya yang masih bocah Mieszko II dan Władysław Opolski, di bawah perwalian ibunda mereka Wencisława Wiola. Ia memutuskan untuk mengambil kabupaten Opole atas nama bocah adipati tersebut, di pandang dari lokasi strategis kadipaten mereka di dalam perjalanannya ke Kraków dan juga tentu saja mereka membantunya untuk berperang. Namun kartu yang terpenting di dalam konflik bukan berada di tangan Henryk dan Konrad, melainkan di tangan bangsawan Polandia Kecil, Wangsa Gryfici yang memutuskan untuk mendukung Adipati Silesia. Dukungan yang diberikan Henryk bukan tanpa makna - ketika ia menjabat sebagai Gubernur Kraków - kepada Grzymisława dari Luck, janda Leszek; yang khawatir akan masa depan warisan putranya, Bolesław V, ia menyerahkan wilayahnya Kadipaten Sandomierz kepada Henryk. Konrad jelas tidak berniat untuk bertarung dengan popularitas besar pemerintahan Henryk baik di Silesia dan Polandia. Pada tahun 1232, Henryk memasuki Kraków dan diumumkan sebagai Adipati Agung dan raja Polandia, dan dengan ini, ia akhirnya memulihkan gelar Wangsa Piast Silesia dan kekuasaan yang dihilangkan oleh kakeknya Władysław II Wygnaniec pada tahun 1146.
Upaya pertama untuk mendapatkan Polandia Besar. Penyelesaian genting dengan Konrad dari Masovia
Pada tahun 1232 Henryk juga memiliki kesempatan untuk mendapatkan Polandia Besar, dan melancarkan serangan terhadap Władysław Odonic, yang juga seorang penuntut tanah ini. Invasi mengalami kegagalan, tetapi itu sebagai akibat dari kelambanan bangsawan Silesia dan dukungan Gereja Odonic. Namun di dalam perangnya untuk Polandia Kecil, ia sukses. Pada tahun 1233 Henryk dan Konrad dari Masovia menandatangani suatu perjanjian di Chełm. Syarat-syarat perjanjian ini termasuk ia harus mengundurkan diri dari pretensi yang ada sekarang di tanah Polandia Kecil, Łęczyca dan Sieradz, dan sebagai imbalannya ia mendapat pengakuan kekuasaannya atas Kraków dan gelar Adipati Agung. Henryk juga dikonfirmasikan sebagai pemangku takhta di Sandomierz atas nama Bolesław V, sebuah jabatan yang didambakan Konrad setelah ia memerintahkan putra bocah adipati dan ibundanya dibui. Hanya berkat upaya Gryfici, Bolesław dan Grzymisława dapat melarikan diri dan kembali ke tanah mereka. Namun perjuangan atas Polandia Kecil dilanjutkan, sampai kematian Henryk.
Perang kedua dengan Władysław Odonic untuk warisan Władysław III
Di musim panas pada tahun 1234 Henryk memutuskan untuk kembali melakukan intervensi di Polandia Besar. Kampanye kali ini benar-benar berbeda dari ekspedisi dua tahun sebelumnya. Di atas semuanya, itu adalah karena Władysław Odonic kehilangan dukungan dari kaum bangsawan yang memberikan bagian dari hak prerogatif kerajaan kepada Uskup agung Gniezno, Pełka. Keberhasilan itu lengkap dan Odonic, yang ingin menyelamatkan kekuasaannya dan yakin dengan Uskup agung, sepakat untuk membuat perjanjian dengan Henryk: ia menerima setengah dari Polandia Besar hingga Sungai Warta, dari Kalisz dan Poznan; tak lama setelah itu, ia mengangkat putra dan ahli warisnya disana, Henryk yang Saleh, sebagai Adipati. Di sisi lain, di Polandia Kecil, perbatasan menjadi kurang aman. Militer yang saling mendukung di antara Henryk dan Odonic diuji pada tahun 1235, ketika Henryk berhasil memulihkan kastil Wladyslaw di Srem, di dalam pertahanan Borzivoj, putra Adipati yang dipecat, Diepold II dari Bohemia tewas.
Kendali Opole penting untuk Henryk, karena wilayah ini melalui seluruh jalur perdagangan dari Wroclaw ke Kraków yang dibuat sangat strategis dan penting. Pada tahun 1234 Henryk memutuskan untuk memisahkan (di bawah kekuasaannya) di antara Dataran Tinggi Silesia rekan-adipati Mieszko II dan Ziemia wieluńska Władysław sebagai perbatasan umum, dengan imbalan ia mengendalikan Opole secara langsung.
Upaya untuk memperoleh Mahkota Kerajaan. Upaya untuk mengamankan suksesi putranya
Penaklukan Polandia Besar menyebabkan sejarawan Polandia kemudian menyebut Henryk Raja dari seluruh Polandia dan Pangeran Piast terkuat di masanya. Sayangnya, hal ini tidak konsisten dengan teritorial dan politik negara aslinya. Sebenarnya, masing-masing kerajaan merupakan gelar yang independen, dan hanya di Dataran Rendah Silesia wewenangnya cukup kuat untuk tidak khawatir tentang suksesi. Pemberontakan Konrad dari Masovia dan Władysław Odonic yang terus menerus mendesak Henryk pada tahun 1234 untuk menunjuk putranya Henryk II yang Saleh sebagai ahli waris takhta. Setelah itu, Henryk bergelar Adipati Silesia dan Kraków, dan putranya, Adipati Silesia dan Polandia Besar. Ia juga membuat kesepakatan dengan bangsawan Polandia Kecil, dengan siapa ia dapat menjamin suksesi putranya. Di dalam rangka untuk mencapai perlindungan penuh kepemilikan Kraków pada keturunannya, Henryk memulai upaya menuju penobatan putranya sebagai Raja Polandia. Untuk tujuan ini, ia menjalin kontak dengan Kaisar Romawi Suci, Friederich II. Namun, meningkatnya konflik dengan gereja dan kematiannya sendiri menghambat ide tersebut.
Politik Internal
Di dalam politik internal Henryk mempertahankan kekuatan para adipati Piast lainnya di bawah kendalinya. Di dalam rangka untuk menetralisir kekuatan yang tumbuh dari kaum bangsawan, ia berusaha untuk mempromosikan Kekesatriaan. Ia juga mulai membatasi peran pejabat tanah, terutama kastellan. Penghapusan lengkap bangsawan itu tidak mungkin, dan untuk ini, Henryk mendasarkan pemerintah mereka pada dukungan keluarga bangsawan, seperti Gryfici.
Hubungan dengan Gereja tidak baik di sepanjang waktu. Dalam banyak kasus Henryk memutuskan untuk memberikan konsesi, tetapi pada akhirnya, dengan satu cara atau lainnya, konflik muncul lagi. Pada akhir hidupnya, konflik-konflik menjadi lebih rumit lagi.
Selama pemerintahannya, Henryk juga meningkatkan perekonomian dan infrastruktur di negeri ini dengan mendukung imigrasi pemukim jerman (Ostsiedlung), terutama dari rumah istrinya, Franken dan Bayern. Meskipun diduga bahwa kebijakan tersebut memberikan kontribusi Jermanisasi Silesia yang signifikan, beberapa sejarawan percaya bahwa fakta umum di dalam abad ke-13 dan kesalahpahaman Henryk sebagai hasilnya. Kolonisasi Jerman tidak hanya mencakup Silesia (yang cukup makmur berkat itu), tetapi juga lebih dari selusin kota-kota atau desa-desa di kadipaten; karena itu, Henryk harus membuat hukum kota baru untuk orang asing; yang pertama diberikan pada tahun 1211 di Złotoryja (Goldberg).
Kematian
Henryk meninggal pada tahun 1238 di Krosno Odrzańskie (Crossen an der Oder) dan dimakamkan di biara gereja Sistersien Trzebnica (Trebnitz) yang didirikan olehnya pada tahun 1202 atas permintaan istrinya.
Penilaian dan peninggalan
Henryk dianggap oleh para sejarawan sebagai salah satu pangeran Piast yang paling menonjol dari periode fragmentasi feodal Polandia. Namun, seluruh karyanya hancur hanya tiga tahun setelah kematiannya karena suatu peristiwa yang tak terduga; invasi mongolia. Pada umumnya para sejarawan setuju bahwa jika bencana di Pertempuran Legnica tidak pernah terjadi, Polandia akan dipersatukan di pertengahan abad ke-13, dan kerugian teritorial yang terjadi dapat terhindar. Sebagai seorang politisi yang cakap, Henryk berhasil membuat Silesia sebagai salah satu negara terkuat di Polandia yang terfragmentasi, dan ia juga mencoba untuk menjaga perdamaian di Polandia Besar dan Kecil selama periode perubahan yang cukup besar di Eropa Barat. Satu penulis sejarah kontemporer menyebutnya sebagai Seseorang yang jujur, yang hanya berpikir menjadi orang yang berguna bagi umatnya.
Pernikahan dan keturunan
Pada tahun 1188, Henryk menikahi Jadwiga dari Silesia (skt. 1174 – Biara Trebnitz, 15 Oktober 1243), putri Adipati Berthold IV dari Merania. Mereka memiliki tujuh orang anak:
Agnieszka (skt. 1190 – sebelum 11 Mei 1214).
Bolesław (skt. 1191 – 10 September 1206/08).
Henryk II yang Saleh (skt. 1196 – tewas di dalam pertempuran, Legnica, 9 April 1241).
Konrad (skt. 1198 – Czerwony Kosciol, 4 September 1213).
Zofia (skt. 1200 – sebelum 22/23 Maret 1214).
Gertruda (skt. 1200 – Trebnitz, 6/30 Oktober 1268), kepala Biara Trebnitz.
Seorang putra [Władysław?] (sebelum 25 Desember 1208 – 1214/17).
Cawley, Charles; Foundation for Medieval Genealogy, Medieval Lands Project; Silesia v3.0; Dukes of Breslau (Wrocław) and Lower Silesia 1163-1278 (Piast) (Chap 4); Heinrich I Duke of Lower Silesia; retrieved May 2015.[1]