Hari Asyura

Asyura
عَاشُورَاء
Prosesi untuk Asyura di Imam Hossein Square di Teheran, Iran (2016)
JenisIslami (Syi'ah dan Sunni)
MaknaDalam Islam Syi'ah:
Berduka dalam kematian Husain bin Ali selama Pertempuran Karbala pada tahun 680 M
Dalam Islam Sunni:
Merayakan keselamatan Musa dan bangsa Bani Israil dari perbudakan mereka di Mesir Alkitabiah
Kegiatan
Tanggal10 Muharram
Tahun 202328 Juli
FrekuensiTahunan (Kalender Hijriyah)

Hari Asyura (bahasa Arab: عَاشُورَاء, ʿĀsyūrāʾ, [ʕaːʃuːˈraːʔ]) adalah hari ke-10 pada bulan Muharram dalam Kalender Hijriah. Sedangkan asyura sendiri berarti kesepuluh.

Hari ini menjadi terkenal karena bagi kalangan Sunni dan Syi'ah merupakan hari berkabungnya atas kesyahidan Husain bin Ali, cucu dari Nabi Islam Muhammad pada Pertempuran Karbala tahun 61 H (680). Akan tetapi, Sunni meyakini bahwa Nabi Musa berpuasa pada hari tersebut untuk mengekspresikan kegembiraan kepada Tuhan karena Bani Israil sudah terbebas dari Fira'un (Exodus). Menurut tradisi Sunni, Nabi Muhammad berpuasa pada hari tersebut dengan jumlah dua hari dengan tujuan menyelisihi umat Yahudi dan Nasrani,[1] dan meminta orang-orang pula untuk berpuasa.[2][3]

Sejarah

Pada masa pra-Islam, 'Asyura diperingati sebagai hari raya resmi bangsa Arab. Pada masa itu orang-orang berpuasa dan bersyukur menyambut 'Asyura. Mereka merayakan hari itu dengan penuh suka cita sebagaimana hari Nawruz yang dijadikan hari raya di negeri Iran.[4]

Dalam sejarah Arab, hari 'Asyura (10 Muharram) adalah hari raya bersejarah. Pada hari itu setiap suku mengadakan perayaan dengan mengenakan pakaian baru dan menghias kota-kota mereka. Sekelompok bangsa Arab, yang dikenal sebagai kelompok Yazidi, merayakan hari raya tersebut sebagai hari suka cita.[4]

Asyura Sunni

Sebelum Islam, Hari Asyura sudah menjadi hari peringatan dimana beberapa orang Mekkah biasanya melakukan puasa. Ketika Nabi Muhammad melakukan hijrah ke Madinah, ia mengetahui bahwa Yahudi di daerah tersebut berpuasa pada hari Paskah Yahudi atau dalam tradisi Yahudi disebut sebagai hari Yom Kippur.[5] Saat itu, Muhammad menyatakan bahwa Muslim dapat berpuasa pada hari-hari itu.[2][3]

Di kalangan suku Banjar yang merupakan muslim Sunni di Kalimantan, Hari Asyura dirayakan ekspresi kegembiraan dengan membuat bubur Asyura yang terbuat dari beras dan campuran 41 macam bahan yang berasal dari sayuran, umbi-umbian dan kacang-kacangan. Bubur Asyura tersebut akan disajikan sebagai hidangan berbuka puasa sunat Hari Asyura.[6][7][8][9]

Hari Asyura merupakan peringatan hal-hal di bawah ini dimana Muslim Sunni percaya terjadi pada tanggal 10 Muharram, diantaranya adalah:

Asyura Syi'ah

Syahidnya Husain bin Ali

Tanggal 10 Muharram 61 H atau tanggal 10 Oktober 680 merupakan hari pertempuran Karbala yang terjadi di Karbala, Iraq sekarang. Pertempuran ini terjadi antara pasukan Bani Hasyim yang dipimpin oleh Husain bin Ali beranggotakan sekitar 70-an orang melawan pasukan pengkhianat penduduk Kufah yang dipimpin oleh Umar bin Sa'ad atas perintah gubernur Kufah, Ibnu Ziyad.

Pada hari itu hampir semua pasukan Husain bin Ali, termasuk Husain-nya sendiri syahid terbunuh, kecuali pihak perempuan, serta anak Husain yang sakit bernama Ali zainal abidin bin Husain. Kemudian oleh Ibnu Ziyad mereka dibawa menghadap Khalifah di Damaskus, dan kemudian yang selamat dikembalikan ke Madinah.

Peringatan kesyahidan Husain


Peringatan kesyahidan Husain di Indonesia

Tabot adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu untuk mengenang tentang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad ﷺ, Husain bin Ali. Di Pariaman, Sumatera Barat upacara tradisional ini dikenal pula dengan istilah Tabuik. Upacara ini sekaligus sebagai bukti sejarh bahwa Syiah telah lama masuk di Indonesia meski pengaruhnya masih belum kuat.

Asyura dalam kalender Gregorian

Hari Asyura selalu sama pada kalender Islam, tanggal di dalam Kalender Gregorian bervariasi dari tahun ke tahun dikarenakan perbedaan antara dua kalender.

Daftar tanggal di atas hanya estimasi.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Dari Ibn ‘Abbas katanya: “Ketika nabi ﷺ berpuasa pada hari ‘Asyura, dan baginda menyuruh para sahabat berpuasa padanya. ”Para Sahabat berkata: “Wahai rasulullah, sesungguhnya hari itu hari yang dibesarkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasara.” Lalu sabda nabi ﷺ: “Maka pada tahun hadapan in sya Allah kita akan berpuasa (bermula) pada hari kesembilan.” Lalu Ibn ‘Abbas menceritakan: “Tidak sempat datang tahun hadapan, nabi ﷺ diwafatkan (oleh Allah).” (Hadith riwayat Muslim dan Abu Daud)
  2. ^ a b Sahih Bukhari 1900; Sahih Muslim 1130
  3. ^ a b Javed Ahmad Ghamidi. Mizan, The Fast Diarsipkan 2007-09-30 di Wayback Machine., Al-Mawrid
  4. ^ a b Ayyatullahi, Sayyid Mehdi (2005). Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib. Jakarta: Penerbit Al-Huda. ISBN 979-3515-42-2. 
  5. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-06. Diakses tanggal 2018-04-18. 
  6. ^ "Hmmm...Nikmatnya Bubur Asyura". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-12-06. Diakses tanggal 2011-08-02. 
  7. ^ "Bubur Asyura Masih Mentradisi di Kalsel". Merdeka.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-02-13. Diakses tanggal 2011-08-02. 
  8. ^ "Bagikan Bubur Asyura". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-15. Diakses tanggal 2011-08-02. 
  9. ^ Nikmatnya Bubur Asyura [pranala nonaktif permanen]

Pranala luar