Hanta Yuda AR
Hanta Yuda AR (lahir di Pangkalpinang, 15 September 1980) adalah pendiri dan Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia. Hanta Yuda menyelesaikan pendidikannya sebagai lulusan terbaik Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIPOL) Universitas Gadjah Mada (UGM). Skripsinya tentang “Evaluasi Sistem Presidensial Era Pemerintahan SBY-JK” diterbitkan Gramedia Pustaka Utama dengan judul Presidensialisme Setengah Hati: Dari Dilema ke Kompromi, Studi tentang Kombinasi Sistem Presidensial dan multi partai di Era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.”[1] Hanta juga memperoleh gelar Master Ilmu Politik dari Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) dengan yudisium cumlaude, dan tesisnya tentang “Faktor-faktor Penyebab Penurunan Kekuatan Elektoral Partai Golkar di Pemilu 2009? terpilih sebagai salah satu penelitian terbaik yang dipresentasikan pada “Research Day” FISIP UI.[2] Semasa menjadi mahasiswa di UGM, Hanta Yuda aktif di gerakan mahasiswa dan diantaranya menjadi Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UGM (2005-2006) dan Koordinator Gerakan Bersama Antikorupsi (GEBRAK) BEM se-Indonesia (2005), ketika itu pula la menggagas dan menginisiasi kegiatan ekstrakurikuler, Sekolah Anti-Korupsi (SAK) di UGM (2005-2006).[3] Hanta Yuda pernah meraih penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) atas program antikorupsi di perguruan tinggi pertama di Indonesia (2005). Hanta Yuda pun turut mendapat penghargaan sebagai “Inspiring Alumni Award FISIPOL UGM” pada Dies Natalis FISIPOL UGM 2012.[1] Kiprahnya dalam riset bidang politik telah membawanya untuk berbagi pikiran kepada masyarakat luas. Hanta Yuda kemudian menjadi peneliti di The Indonesian Institute[4] dan Manager Capacity Strengtening Program PAH I DPD RI, kerja sama The Indonesian Institute dengan Democratic Reform Support Program (DRSP)-USAID (2007).[3] Hanta Yuda juga telah mengabadikan hasil pemikirannya lewat berbagai buku, jurnal, dan ratusan kolom opini di ragam majalah dan surat kabar nasional ternama. Beberapa chapter dalam buku yang telah ditulisnya ialah Potret Institusionalisasi Sistem Presidensial di Indonesia (2007); Konfigurasi Generasi Kepemimpinan Nasional (2008); Potret Institusionalisasi Partai Politik di Indonesia (2009); Politik Indonesia (2009): Partai Politik, Pemilu, dan Prospek Koalisi (2010); serta Kepresidenan Yudhoyono, Sekretariat Gabungan Koalisi, dan Pemerintahan Tersandera (2011).[5] Pada 2012, Hanta Yuda mendirikan Poltracking Indonesia sebagai lembaga riset untuk turut berkontribusi bagi pemajuan dan pelembagaan demokrasi di Indonesia.[1] Hanta Yuda saat ini dikenal sebagai analis dan pengamat politik, serta konsultan politik para praktisi politik. Hanta Yuda juga kerap diundang sebagai pembicara dan opinion leader di berbagai televisi swasta dan media nasional.[6] Hanta Yuda merupakan Founder & CEO Sagha Inovasi Indonesia yang menaungi beberapa perusahaan seperti XSAGHA, Sagha Creative, Sagha Pro, Sagha Tour, Sagha Mart, Sagha Kitchen. Perusahaan tersebut bergerak di bidang jasa branding, event, advertising, ritel dan food & beverage.[7] Hanta Yuda juga merupakan Founder & Presiden Arroyyan Indonesia yakni yayasan yang bergerak dibidang sosial kemanusiaan dari pendidikan hingga program santunan guna menjangkau fakir miskin dan duafa.[7] Kehidupan PribadiHanta Yuda merupakan anak ketujuh dari pasangan Abdur Rasyid dan Rohaya binti Rais. Hanta Yuda menikah dengan Erma Yusriani dan memiliki tiga anak yaitu, Annisa Qeeyshasyifa Salsabeela, Ghadiza Qeeyfhalifiya Zhafeera, dan Ghaza Khaisar Balthazaar.[8] KiprahHanta Yuda saat ini dikenal publik sebagai analis politik dan konsultan politik. Lembaga riset dan kajian politik binaan Hanta Yuda, Poltracking Indonesia menjadi lembaga survei paling akurat memprediksi hasil akhir sesuai rekapitulasi KPU RI pada Pilpres dan Pileg 2024. Pilpres dengan selisih rata-rata 0,12% dan Pileg dengan rata-rata selisih 0,10%. Hasil quick count Poltracking Indonesia pasangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka (58,51%), sedangkan hasil rekapitulasi KPU RI pasangan nomor urut 2 tersebut memperoleh (58,58%), hanya selisih 0,07%. Prestasi tersebut membawa Poltracking Indonesia mendapat berbagai penghargaan dan apresiasi sebagai lembaga survei paling akurat dan kredibel, termasuk dari asosiasi lembaga-lembaga survei. Sedangkan pada Pilkada Serentak 2024, Poltracking Indonesia juga mencatatkan akurasi yang presisi dengan hasil mendekati hasil resmi KPU.[9][10][11] Sebelumnya, pada Pilpres 2019, Poltracking Indonesia menjadi lembaga survei paling akurat yang memprediksi hasil akhir Pilpres dengan selisih 0.45 persen dari perhitungan akhir KPU RI[12] Capaian ini, membuat Poltracking dinilai sebagai lembaga survei paling akurat oleh Indonesia Watch for Democracy (IWD). Survei Poltracking Indonesia tercatat paling akurat mendekati quick count dengan selisih hanya sebesar 0,45%.[13] Dalam Pilpres 2019, hasil akhir penghitungan KPU RI pasangan Calon Presiden-Calon Wakil Presiden 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin mendapat 55,50 persen atau 85.607.362 suara unggul atas pasangan Calon Presiden – Calon Wakil Presiden 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno (44,50 persen atau 68.650.239 suara).[14] Sedangkan, survei Pilpres 2019 Poltracking Indonesia yang dilakukan pada 1-8 April 2019 memprediksi Jokowi-Ma’ruf (54,50%) unggul dari Prabowo-Sandi (45,50%). Rekapitulasi suara KPU RI tersebut mengkonfirmasi bahwa Poltracking paling akurat dan presisi memprediksi hasil pemilu 2019.[14] Tak hanya survei, hitung cepat (quick count) pasca pencoblosan 17 April 2019, Poltracking Indonesia juga dinilai akurat memprediksi hasil Pilpres 2019. Quick count Poltracking Indonesia menunjukkan Jokowi-Ma’ruf (54,98%) unggul dari Prabowo-Sandi (45,02%).[14] Begitu juga hasil exit poll yang tepat dengan hasil Jokowi-Ma’ruf (54,00%) unggul di atas Prabowo-Sandiaga (46,00%). Hal ini menandai Poltracking sebagai lembaga survei yang paling akurat dan presisi mendekati real count KPU RI.[15] Begitu juga prediksi Poltracking Indonesia tentang Pemilu Legislatif 2019. Poltracking memiliki selisih mutlak dengan KPU hanya 0,22 persen.[15] Pada Pilkada DKI Jakarta 2016, Hanta Yuda memprediksi pasangan Anies-Sandi adalah figur yang paling potensial untuk mengalahkan pasangan incumbent (Ahok-Djarot). Analisa Hanta Yuda ditopang data riset kuantitatif dan kualitatif.[16] Dalam temuannya, Hanta Yuda pun menjelaskan, bahwa masih ada 25,7% pemilih yang belum menentukan pilihan saat dilakukan survei. Survei Poltracking, lembaga yang didirikannya itu, menggunakan metode multistage random sampling terhadap 400 responden. Dengan tingkat margin of error sebesar 4,59%, pada tingkat kepercayaan 95%.[17] Prediksi Hanta Yuda terhadap kemungkinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla berpasangan pada Pilpres 2014 juga tepat. Wakil Presiden RI periode 2004-2009 Jusuf Kalla (JK) dinilai cocok untuk mendampingi Jokowi yang bakal maju sebagai calon presiden dalam Pemilihan Presiden 2014. JK dinilai dapat melengkapi kekurangan Jokowi. JK mungkin bisa masuk karena beliau unggul dalam leadership (kepemimpinan) dan pengambilan keputusan.[18] Analisis-analis lain Hanta Yuda dapat kita temukan di berbagai platform televisi dan media nasional. Hanta Yuda juga kerap diundang di berbagai seminar, talkshow, pelatihan partai, dan menjadi konsultan para praktisi politik nasional.[6] Sebagai konsultan politik Hanta Yuda ikut terlibat memenangkan tiga kali pemilihan presiden, Joko Widodo-Jusuf Kalla pada Pilpres 2014, Joko Widodo-Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024. Selain Pilpres, Hanta Yuda juga menjadi konsultan Pilkada Provinsi dan Kabupaten/Kota, salah satunya membantu Khofifah Indar Parawansa pada Pilkada Jatim 2018 dan 2024, Ridwan Kamil pada Pilkada Jabar 2018, Sutarmidji pada Pilkada Kalbar 2018, Rusdy Mastura pada Pilkada Sulteng 2020, Anwar Hafid pada Pilkada Sulteng 2024, Agustiar Sabran pada Pilkada Kalteng 2024, Ansar Ahmad pada Pilkada Kepri 2024, dan banyak tokoh lain pada berbagai daerah di Indonesia. [1] Hanta Yuda juga dipercaya beberapa partai politik dalam mengatur strategi pemenangan guna meningkatkan perolehan suara pada setiap Pemilu, baik membangun branding institusi maupun branding personal setiap anggota legislatif.[1] Karya
Penghargaan
Referensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia