Haenyeo, atau "wanita laut" adalah wanitapenyelam yang berasal dari pesisir Korea, khususnya di Pulau Jeju, Korea Selatan. Mereka adalah kelompok masyarakat pemegang struktur matriarkat.
Sampai abad ke-19, pekerjaan menyelam masih didominasi oleh kaum pria. Pekerjaan ini menjadi tidak menguntungkan bagi lelaki karena mereka harus menanggung beban pajak, sementara wanita tidak. Wanita lalu mengambil alih pekerjaan menyelam ( yang dianggap sebagai pekerjaan kelas rendah) dikarenakan kebutuhan yang besar akan produk dan hasil laut di sebagian besar Jeju. Maka wanita mulai menggantikan peran laki-laki sebagai pencari nafkah keluarga. Konon wanita penyelam lebih dapat bertahan lama dan bisa menjaga kehangatan tubuh saat menyelam dibanding laki-laki karena mereka memiliki lemak tubuh yang lebih banyak. Bahkan di Pulau Mara, wanita berperan sebagai tulang punggung keluarga dengan mencari nafkah di laut, sementara para suami diam di rumah merawat anak-anak dan berbelanja untuk keperluan sehari-hari di pasar.
Para haenyeo adalah penyelam yang tangguh. Mereka mampu menyelam ke kedalaman sampai 20 meter dan menahan napas lebih dari 2 menit, bahkan di musim dingin sekalipun. Mereka juga harus menempuh bahaya di laut seperti ubur-ubur dan ikan hiu.
Mulai akhir dekade 1970-an, ekspor hasil laut ke Jepang khususnya produk-produk hasil laut yang mereka jual seperti abalon dan kerangconch membuat mereka menjadi semakin makmur. Mereka mulai dapat mengumpulkan uang untuk membangun rumah sendiri atau menyekolahkan putri-putri mereka ke perguruan tinggi. Namun begitu, putri-putri haenyeo umumnya tidak mau menggantikan peran ibunya karena mereka memilih karier lain seperti bekerja di industri pariwisata atau pindah ke kota-kota besar, sehingga jumlah haenyeo terus menurun drastis. Pada tahun 1950 terdapat sekitar 30.000 orang haenyeo di Jeju dan pada tahun 2003, tinggal 5.650 orang saja, yang sekitar 80%-nya merupakan wanita usia di atas 50 tahun.