Taekkyeon adalah sebuah seni bela diri tradisional yang berasal dari Korea. Taekkyeon yang mempunyai gerakan seperti orang menari dianggap sebagai cikal bakal beladiri taekwondo modern serta merupakan salah satu olahraga yang tertua di Korea. Lukisan dinding kerajaan Goguryeo yang tergambar di situs Makam Samsil memperlihatkan masyarakat Korea sudah mempraktikkan taekkyeon sejak zaman Goguryeo. Seni bela diri ini kemudian dimainkan di dalam masyarakat Silla.[1][2] Rekaman tertulis yang menuliskan catatan pertama mengenai taekkyeon adalah buku Manmulmo atau Jaemulmo yang ditulis tahun 1790 oleh Lee Sung-ji pada masa Dinasti Joseon.[3]
Taekkyeon pada awalnya merupkan pecahan daripada cabang beladiri lain yakni Subak.[4] Walau sejarah awalnya kurang diketahui, taekkyeon masih dimainkan sampai sekarang. Pada akhir abad ke-19, hanya terdapat satu-satunya kompetisi taekkyeon yang diadakan tiap tahunnya di Korea. Pada zaman keemasannya, taekkyeon bahkan digemari oleh raja dan banyak kompetisi yang diselenggarakan.[5] Namun, pada akhirnya olahraga ini dibatasi dikarenakan di setiap kompetisinya diikuti oleh perjudian pada saat itu.
Pada masa penjajahan Jepang, taekkyeon dilarang dimainkan. Semenjak didaftarkan ke dalam Warisan Budaya Nonbendawi Korea Selatan No.76 pada tanggal 1 Juni 1983, taekkyeon mulai mengalami kebangkitan kembali.
Teknik
Taekkyeon mempunyai teknik mengunci, menanduk, menendang yang sangat bervariasi. Gerakkannya sangat ringan dan lentur, seperti orang yang menari dan terus menerus bergerak. Walau banyak yang menganggap taekkyeon mirip taekwondo, sebenarnya teknik dan prinsipnya sangat berbeda jauh.
Taekkyeon memakai banyak jurus sapuan tendangan bawah yang seakan membentuk bulan sabit. Gerakan tendangan bawah terdiri dari 10 jurus berbeda yang dinamakan "ddanjuk".
Saat taekkyeon dipertandingkan sebagai kompetisi, teknik-teknik yang diizinkan hanyalah gerakan tendangan dan mengunci. Nilai didapat saat berhasil menjatuhkan lawan ke tanah atau keluar ring, juga pada saat tendangan mengenai kepala lawan. Gerakan-gerakan tangan atau menanduk apalagi melukai lawan sama sekali tidak diperbolehkan. Tendangan yang mengarah pada kepala umumnya cukup keras, tetapi tidak diizinkan dengan kekuatan penuh. Pemenang kompetisi kdang-kadang diputuskan dengan 3 kali kejatuhan yang dianggap paling bagus. Kontestan yang pertama kali menciptakan skor 2 poin dianggap menang. Namun aturan yang berbeda-beda diterapkan oleh masing-masing asosiasi taekkyeon yang sah. Bagi orang awam, pertandingan mungkin terlihat terlalu berhati-hati, tetapi sebenarnya terasa menegangkan bagi kedua kontestan. Keduanya mungkin akan berputar-putar atau berganti-ganti gerakan kaki sebelum melakukan tendangan keras secara tiba-tiba.
Perkembangan saat ini
Pada tahun 1987, seorang yang sangat berpengaruh atas perkembangan olahraga taekkyeon, Song Duk-ki yang juga dianugerahi Harta Nasional Bergerak oleh pemerintah Korea Selatan, tutup usia pada usia 94 tahun.[6] Lalu pada tahun yang sama, Shin Han-seung, tokoh yang meregistrasi taekkyeon sebagai daftar Warisan Budaya Nonbendawi juga meninggal dunia. Sejak saat itu hanya terdapat 3 kelompok asosiasi taekkyeon, yakni The Korea Taekgyeon Association (KTA), The Korea Traditional Taekkyeon Association (KTTA) dan The Kyulyun Taekyun Association (KTK).