Efek Signor–Lipps

Efek Signor–Lipps dapat membuat peristiwa kepunahan tampak berlangsung lebih lama daripada kenyataannya.

Efek Signor–Lipps adalah sebuah prinsip paleontologis yang diusulkan pada 1982 oleh Philip W. Signor dan Jere H. Lipps. Prinsip ini menyatakan bahwa, karena catatan fosil organisme tidak pernah lengkap, organisme pertama maupun terakhir dari suatu takson tidak akan tercatat sebagai fosil.[1] Efek ini biasanya dipakai secara khusus untuk kasus-kasus fosil-fosil termuda suatu takson, yang gagal untuk mewakili kemunculan terakhir suatu organisme. Kebalikkan dari efek ini, mengenai fosil-fosil tertua suatu takson yang gagal untuk mewakili kemunculan terawal suatu organisme, dapat dikenal sebagai Efek Jaanusson (setelah peneliti Valdar Jaanusson) atau Efek Sppil–Rongis ("Signor–Lipps" ditulis terbalik).[2]

Salah satu contoh terkenal dari efek ini adalah coelacanth, yang sebelumnya dianggap punah pada akhir periode Kapur, sampai seekor spesimen hidup ditangkap hidup pada 1938.[3]

Referensi

  1. ^ Signor III, P. W. and Lipps, J. H. (1982) "Sampling bias, gradual extinction patterns, and catastrophes in the fossil record", in Geological implications of impacts of large asteroids and comets on the Earth (ed. L. T. Silver and P. H. Schultz), Geological Society of America Special Publication, vol. 190, pp. 291–296.
  2. ^ Heads, Michael (October 2012). "Bayesian transmogrification of clade divergence dates: a critique". Journal of Biogeography (dalam bahasa Inggris). 39 (10): 1749–1756. doi:10.1111/j.1365-2699.2012.02784.xalt=Dapat diakses gratis. ISSN 0305-0270. 
  3. ^ Jewett, S. L. (11 November 1998). "On the Trail of the Coelacanth, a Living Fossil". The Washington Post. Diakses tanggal 2009-05-18.