Dinasti MagonDinasti Magon (juga disebut Magonides) adalah dinasti politik Kartago Kuno pada tahun 550 SM hingga 340 SM. Dinasti ini sesuai namanya, pertama kali didirikan oleh Magon, yang membuat Kartago menjadi kekuatan utama di antara jajahan Fenisia di kawasan Laut Tengah bagian barat, ditandai dengan wilayah kekuasaan Kartago berkembang hingga Sardinia, Libya, dan Sisilia.[1] HistorisitasPara cendekiawan modern bersikap skeptis untuk merekonstruksi sejarah dalam negeri Kartago,[2] dan ini perlu diingat dalam kaitannya dengan Dinasti Magon. Magon dan penerusnya mungkin memerintah lebih seperti tiran ketimbang raja biasa.[3] Namun, Diodoros Sikolos, menggambarkan mereka sebagai raja menurut hukum, yang menyiratkan mengikuti aturan hukum ketimbang perebutan kekuasaan secara terang-terangan. Demikian pula, Herodotos memberi tahu kita bahwa Hamilkar I adalah "raja karena keberanian" menyiratkan penerus sesuai prestasi ketimbang warisan.[4] Pada 480 SM, setelah kematian Hamilkar I, raja kehilangan sebagian besar kekuasaannya kepada Dewan Tetua aristokrat. Pada tahun 308 SM, Bomilkar dari Dinasti Hannon mencoba melakukan kudeta untuk mengembalikan raja sebagai penguasa dengan kekuasaan penuh, tetapi gagal, sehingga Kartago menjadi republik secara de facto.[5][6] Daftar penguasa
PemerintahanDengan naiknya Magon menjadi raja, kebijakan luar negeri Kartago diduga telah berubah secara besar-besaran. Jika sebelumnya Kartago menjajah pulau Ibiza dan sekitarnya, semenjak dia memimpin, Kartago berkembang menjadi kekuatan militer Fenisia utama di kawasan Laut Tengah bagian barat. Magon digantikan oleh putranya bernama Hasdrubal. Penerus berikutnya adalah Hamilkar I, putra dari saudara laki-laki Hasdrubal bernama Hannon. Kartago, yang selalu berusaha melepaskan diri dari saingan utamanya, bangsa Yunani, bahkan mungkin telah bersekutu dengan Kekaisaran Persia yang dipimpin oleh Ahasyweros (sejarahnya diperdebatkan) untuk mengalahkan musuh bersama. Herodotos mengatakan bahwa diyakini bahwa pertempuran yang menentukan di Pertempuran Himera antara pasukan Kartago dan Yunani di Sisilia terjadi pada hari yang sama ketika orang-orang Yunani bertemu pasukan Persia dalam Pertempuran Salamis pada tahun 480 SM di Yunani itu sendiri. Bangsa Yunani menang dalam dua pertempuran tersebut dan Hamilkar menemui ajalnya di Himera.[14] Pada tahun 480 SM, setelah wafatnya Hamilkar I, raja-raja selanjutnya mulai kehilangan sebagian besar kekuasaannya kepada Dewan Tetua aristokrat. Pada tahun 308 SM, Bomilkar berusaha melakukan kudeta untuk mengembalikan raja ke kekuasaan penuh, tetapi gagal, yang menyebabkan Kartago berubah menjadi republik secara de facto.[5][6] Lihat pulaReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
|