Kartago membuat perjanjian dengan beberapa negara, terutama dengan Romawi. Ditandatangani pada 509 SM, perjanjian itu meresmikan pembagian pengaruh dan kegiatan komersial. Perjanjian ini adalah sumber pertama yang diketahui menunjukkan bahwa Kartago telah menguasai Sisilia dan Sardinia, serta Emporia dan wilayah selatan Tanjung Bon di Afrika. Romawi pada saat itu belum merupakan kekuatan utama, sehingga juga memiliki perjanjian dengan Fokaia and Kumai, yang membantu Romawi berjuang melawan Etruria pada waktu itu. Kartago memiliki perjanjian serupa dengan kota-kota Etruria, Punik, dan Yunani di Sisilia.[3]
Pada akhir abad ke-6 SM, Kartago telah menaklukkan sebagian besar daerah yang dijajah Fenisia sebelumnya, yaitu Hadrumetum,[4]Utica,[5] dan Kerkouane.[6] Kartago juga menaklukkan beberapa suku Libya, dan telah menguasai sebagian pesisir Afrika Utara (kini dari Maroko hingga Kirenaika). Kartago juga berperang untuk mempertahankan daerah jajahan dan jalur perdagangan Punik. Namun, hanya catatan sejarah melawan Yunani yang masih bertahan, yang menimbulkan kesan bahwa Kartago lebih mementingkan Sisilia.[7]
Pulau Sisilia, yang terletak di depan pusat kekuasaan dan jalur perdagangan Kartago, menjadi kawasan di mana peperangan ini terjadi. Dari hari-hari awal, baik bangsa Yunani dan Fenisia telah tertarik ke pulau besar, mendirikan sejumlah besar jajahan dan pusat perdagangan di sepanjang pesisirnya. Pertempuran kecil telah terjadi antara permukiman tersebut selama beberapa dasawarsa. Kartago bertahan dari tiga serangan Yunani, pada 580 SM, pada 510 SM (melibatkan Dorieus, saudara laki-laki dari Kleomenes I), dan menurut Diodoros Sikolos, perang di mana kota Herakleia Minoa dihancurkan.[8]
Wilayah kekuasaan Punik di Sisilia pada tahun 500 SM terdiri atas kota-kota Motya, Panormos dan Solontinos. Pada tahun 490 SM, Kartago telah menandatangani perjanjian dengan kota-kota Yunani yaitu Selinous, Himera, dan Zankle di Sisilia. Seorang tiran Yunani di Sirakusa bernama Gelo, sebagian didukung oleh dukungan dari negara kota Yunani lainnya, berusaha untuk menyatukan pulau di bawah kekuasaannya sejak 485 SM. Ketika Theron, ayah mertua Gelo, menggulingkan tiran Himera pada 483 SM, Kartago memutuskan untuk campur tangan karena didukung seorang tiran Rhegion, yang merupakan ayah mertua dari tiran Himera yang digulingkan.[9]
Hamilkar mempersiapkan serangan Punik terbesar sepanjang sejarah dengan tiga tahun persiapan, kemudian berlayar ke Sisilia. Usaha tersebut bertepatan dengan serangan Ahasyweros melawan negara-negara Yunani di daratan utama Yunani pada tahun 480 SM, mendorong adanya dugaan tentang kemungkinan persekutuan antara Kartago dan Persia melawan Yunani, meskipun tidak ada bukti kuat tentang hal itu. Armada Punik dihantam badai dalam perjalanan, dan pasukan Punik dihancurkan dan Hamilkar terbunuh dalam Pertempuran Himera oleh pasukan gabungan Himera, Akragas, dan Sirakusa di bawah Gelo. Kartago berdamai dengan bangsa Yunani dan membayar ganti rugi besar 2.000 talenta perak, tetapi tidak kehilangan wilayah di Sisilia.[10]
Raja-raja selanjutnya
Kekalahan pada Pertempuran Himera memiliki akibat parah terhadap ekonomi dan perpolitikan Kartago. Secara politik, pemerintahan monarki sebelumnya digulingkan, dan Kartago secara de facto menjadi republik. "Raja" masih terpilih, tetapi fungsinya menjadi sangat terkikis, karena adanya jabatan setara senat yang mengendalikan pemerintahan, dan sofet (mirip perdana menteri) menjadi lebih berpengaruh. Secara ekonomi, perdagangan laut dengan Timur Tengah terputus karena sepenuhnya dikuasai Yunani[11] dan Megale Hellas melarang adanya pedagang Kartago. Hal tersebut menyebabkan berkembangnya perdagangan laut di sebelah barat Kartago dan perdagangan dengan sisi Timur hanya dapat dilakukan dengan jalur darat (karavan). Gisco yang merupakan putra Hamilkar diasingkan,[12] dan Kartago selama 70 tahun berikutnya tidak melakukan penyerangan apapun terhadap Yunani, Elimia, Sikeloi, dan Etruria atau mengirim bantuan apa pun kepada musuh Yunani dari Sirakusa, kota utama Yunani di Sisilia. Berdasarkan hampir tidak ada pengaruh Kartago selanjutnya di daerah tersebut, secara militer diduga bahwa Kartago lumpuh selama beberapa waktu setelah kekalahan di Himera.[13]
^Bertolino, Francesco; Alaimo, Flavia; Vassallo, Stefano (2015). "Battles of Himera (480 and 409 b.c.): Analysis of Biological Finds and Historical Interpretation. Experiences of Restoration in the Ruins of Himera 2008–2010". Conservation Science in Cultural Heritage. 15 (2): 27–40. doi:10.6092/issn.1973-9494/7115.
Babelon, Ernest Charles François (1911). "Hadrumetum". Dalam Chisholm, Hugh. Encyclopædia Britannica. 12 (edisi ke-11). Cambridge University Press. hlm. 802–803.