Bau Hebat (bahasa Inggris: The Great Stink) adalah suatu peristiwa yang terjadi di pusat Kota London pada Agustus 1858 ketika Sungai Thames menghasilkan bau yang amat busuk. Detailnya, dalam peristiwa ini, hawa panas memperparah aroma busuk dari kotoran manusia dan limbah pabrik yang ada di Sungai Thames. Masalah aroma busuk Sungai Thames sendiri sudah lama terjadi. Dalam hal ini, penyebabnya adalah sistem pembuangan yang sudah tua dan tidak memadai. Sistem pembuangan ini akan membuang langsung kotoran manusia dari tiap rumah tangga dan limbah pabrik-pabrik ke Sungai Thames melalui selokan. Akibatnya, kotoran dan limbah mengontaminasi air Sungai Thames. Di samping itu, aroma menyengat dari Sungai Thames dipercaya telah menyebabkan tiga wabah kolera di London. Kepercayaan ini terbentuk karena kebanyakan pihak medis di saat itu menganut teori miasma.
Karena aromanya yang amat menyengat serta ketakutan akan masalah-masalah baru yang mungkin muncul, pihak pemerintahan lokal di Kota London serta skala nasional mencoba mencari cara untuk mengatasi masalah aroma bau Sungai Thames. Untuk mengatasinya, mereka menerapkan usulan dari Joseph Bazalgette, seorang insinyur sipil. Pada usulan tersebut, Bazalgette menyarankan untuk membuang kotoran dan limbah ke arah timur London dengan menggunakan pipa selokan bersambung. Rincinya, pipa selokan bersambung tersebut akan membuang kotoran dan limbah pada titik-titik tertentu yang jauh dari pemukiman padat. Selain itu, Bazalgette akan membangun pipa-pipa selokan pada dinding pembatas Sungai Thames, antara lain Pembatas Victoria, Chelsea dan Albert. Untuk pengerjaan pipa selokan bersambung menuju arah utara (Sistem Pembuangan Utara London) dan selatan London (Sistem Pembuangan Selatan London), mulai dilakukan pada awal tahun 1859 hingga tahun 1875. Di samping itu, dalam mengangkat kotoran dan limbah pada pipa selokan ke pipa selokan yang ada di dataran tinggi, dibangun beberapa titik pemompaan. Sebanyak dua dari titik pemompaan tersebut, yakni Abbey Mills, dan Crossness, masuk dalam daftar warisan yang dilindungi. Desain bangunan titik-titik pemompaan tersebut dibuat oleh Charles Driver.
Jasa yang telah diberikan oleh Bazalgette memastikan bahwa selokan-selokan tidak akan lagi membuang kotoran dan limbah di Sungai Thames. Selain itu, hal tersebut juga memastikan hilangnya wabah kolera yang kerap terjadi di London. Bahkan, karena jasanya, Bazalgette dianggap lebih berperan daripada pemerintah Inggris dalam menghentikan berulangnya wabah mematikan. Oleh karena itu, menurut Ackryod, seorang sejarawan, Bazalgette seharusnya diakui sebagai pahlawan.
Pasokan air dan sanitasi sebelum Bau Hebat
Hingga akhir abad 16, warga London menggantungkan persediaan air mereka pada pasokan air yang bersumber dari air sumur dangkal, Sungai Thames beserta anak-anak sungainya, atau salah satu dari sekitar selusin mata air alami yang terdapat di London, termasuk mata air musim semi di Tyburn yang dihubungkan oleh pipa yang menyalurkan air ke sumur atau tangki besar di Cheapside. Pasokan air ini tidak diizinkan digunakan untuk tujuan komersial atau industri yang tidak sah. Untuk itu, pemerintah kota London menunjuk seorang penjaga saluran yang akan memastikan bahwa penduduk yang berprofesi sebagai pembuat bir, juru masak dan penjual ikan akan membayar untuk air yang mereka gunakan.[1]
Penduduk London yang kaya bertempat tinggal di dekat pipa saluran air dan bisa mendapatkan izin untuk penyaluran air ke rumah mereka, tetapi penyadapan tidak sah terhadap saluran air tetap saja tidak bisa dicegah, terutama oleh rumah tangga miskin. Air dari saluran diberikan kepada setiap rumah oleh operator air, yang dikenal dengan sebutan "cobs". Pada tahun 1496, para cobs ini mendirikan serikat mereka sendiri yang dinamakan "Persaudaraan Petugas Air dari St. Cristofer"[1]
Pada tahun 1582, seorang warga Belanda bernama Peter Morice menyewa sebuah bangunan di tepi utara Sungai Thames dan kemudian mendirikan sebuah kincir air yang berfungsi untuk memompa air dari Thames ke berbagai tempat di London. Kincir air lainnya kemudian ditambahkan lagi pada tahun 1584 dan 1701 dan tetap digunakan sampai tahun 1822. Namun, pada tahun 1815, limbah rumah tangga warga London diperbolehkan untuk dibuang ke Sungai Thames melalui saluran pembuangan. Pembuangan limbah ini terus dilakukan selama tujuh tahun berikutnya. Limbah ini berpotensi untuk dipompa kembali ke rumah tangga yang sama yang kemudian digunakan sebagai air minum, memasak, dan mandi. Sebelum Bau Hebat, ada sekitar 200.000 cesspit (tempat pembuangan kotoran, mirip dengan septic tank di era modern) di London. Untuk mengosongkan satu cesspit ini warga diharuskan membayar sebesar satu shilling. Banyak warga London yang tidak mampu membayarnya. Akibatnya, bau kotoran merebak ke udara dan rumah tangga yang tidak mampu mengosongkan cesspit harus menyalurkan pembuangan mereka ke Sungai Thames.[1]
Keadaan sebelum Bau Hebat
Masalah lainnya adalah diperkenalkannya penggunaan toilet duduk untuk menggantikan penggunaan [sic] "kamar-pot" yang selama ini digunakan oleh warga London. Penggunaan toilet duduk ini secara otomatis meningkatkan penggunaan air siraman yang dibuang kedalam cesspit. Akibatnya, air dan kotoran tersebut sering meluap ke jalanan, mengalir melalui selokan yang awalnya dirancang untuk mengalirkan air hujan, tetapi sekarang juga menjadi tempat pembuangan kotoran, limbah pabrik, limbah dari rumah pemotongan hewan, dan lainnya, mencemari kota sebelum limbah-limbah tersebut bermuara ke Sungai Thames.[2]
Tahun 1858, musim panas di London berlangsung dengan sangat panjang dan luar biasa panas. Membengkaknya populasi penduduk ditambah dengan terjadinya Revolusi Industri di Inggris menyebabkan Sungai Thames beserta anak-anak sungainya penuh dengan kotoran dan limbah. Cuaca yang panas mendorong bakteri untuk berkembang dan bau yang dihasilkan begitu menyengat sehingga tercium sampai ke gedung Dewan Rakyat Britania Raya di Gedung Parlemen dan Gedung Pengadilan. Ada rencana untuk memindahkan parlemen ke Istana Hampton dan Dewan Pengadilan ke Oxford dan St. Albans. Namun, saat musim panas berakhir, Dewan Rakyat memilih untuk menyelesaikan masalah bau tersebut dengan menunjuk komite khusus untuk menanggulangi Bau Hebat di London.[2]
Kolera
Wabah kolera mulai meluas selama periode 1840-an. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi teori yang paling banyak diterima adalah bahwa penyakit ini disebabkan oleh udara yang membawa "racun Miasma". Pada tahun 1854, Filippo Pacini mengungkapkan penemuannya tentang bakteri Vibrio cholerae yang menjadi penyebab utama penyakit kolera, tetapi teori ini diabaikan sampai ditemukan kembali tiga puluh tahun kemudian oleh Robert Koch. Pada tahun sama, seorang dokter bernama John Snow mengemukakan bahwa penyakit kolera ini ditularkan oleh air minum yang tercemar oleh limbah setelah terjadinya bencana epidemi yang berpusat di Soho pada tahun 1854, tetapi ide ini tidak diterima secara luas. Untuk Mengkonsolidasikan beberapa badan-badan lokal yang terpisah berkaitan dengan saluran pembuangan, Komisi Metropolitan Sistem Pembuangan dibentuk pada tahun 1848. Komisi ini bertugas melakukan survei terhadap sistem pembuangan London dan kemudian mulai membersihkan cesspit-cesspitt di ibu kota.[3]
Toilet kering
Henry Moule (1801-1880), seorang pendeta dari Gereja Inggris melihat adanya hubungan antara kondisi lingkungan yang higienis dengan penyebaran penyakit, ia kemudian mulai mempelajari ilmu sanitasi. Wabah kolera pada tahun 1854 dan Bau Hebat memberinya dorongan pada tahun 1859 untuk bereksperimen dengan penemuannya yang bernama "toilet kering", yang sudah dia patenkan pada tahun 1860. Sistemnya ini diadopsi oleh berbagai rumah-rumah pribadi, di daerah pedesaan, di kamp-kamp militer, di banyak rumah sakit, dan terutama sekali di wilayah Kemaharajaan Britania.[4][5]
Sistem pembuangan baru
Pada tahun 1855, Komisi Metropolitan digantikan oleh Dewan Metropolitan. Dewan mengusulkan pembuatan skema pembuangan yang baru bagi London. Pembuatan skema ini dilakukan oleh insinyur utamanya yang bernama Joseph Bazalgette. Tujuan dari skema ini terutama sekali adalah untuk mengatasi epidemi kolera dengan cara menghilangkan bau busuk yang diyakini merupakan penyebab utamanya. Kemudian, selama enam tahun berikutnya, sistem pembuangan limbah yang baru bagi London mulai diciptakan. Sebagai konsekuensinya, saluran air tidak lagi terlalu terkontaminasi dan epidemikolera pun perlahan-lahan berakhir.[6]
Sementara itu, John Martin, seorang pelukis Inggris sibuk menyebarkan pamflet-pamflet bagi pemeliharaan London kedepannya, diantaranya dengan rencananya mengenai pasokan air metropolitan, saluran air, pembuatan dermaga, dan sistem kereta api. Martin juga mengusulkan pembuatan selokan beserta jalan setapak di kedua tepi Sungai Thames, rencana ini akhirnya diwujudkan pada tahun 1859.[3]
Meskipun sistem saluran air limbah baru telah beroperasi, dan pasokan air berangsur-angsur membaik, hal itu ternyata tidak mencegah epidemi yang kemudian terjadi lagi selama tahun 1860-an, terutama di London timur. Namun, penyelidikan forensik yang dilakukan oleh Kapten Tyler dari Inspektorat Kereta Api pada tahun 1867 menunjukkan bahwa epidemi tersebut disebabkan oleh tercemarnya Sungai Lea akibat pengoperasian Perusahaan Air London Timur. Epidemi ini merupakan epidemi kolera terakhir yang terjadi di London.
Lapangan pekerjaan
Terjadinya Bau Hebat disisi lain turut menyebabkan munculnya lapangan-lapangan pekerjaan baru. Semua pekerjaan ini digolongkan sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh warga dari kelas sosial yang rendah. Pekerjaan-pekerjaan ini antara lain:
Toshers, kadang-kadang disebut juga sebagai grubbers, merupakan pekerjaan memulung di selokan-selokan untuk mencari sesuatu yang berharga. Mereka membantu memperlancar aliran dalam sistem saluran pembuangan dengan mengumpulkan beberapa benda-benda kecil. Seringkali satu keluarga seluruhnya bekerja sebagai toshers. Pekerjaan ini memberi mereka kekebalan terhadap penyakit yang berhubungan dengan limbah yang telah menewaskan banyak orang.[3]
Mudlarks, yaitu pekerjaan memulung di lumpur Sungai Thames dan sungai lainnya. Mereka umumnya anak-anak muda yang mencari barang-barang berharga dengan nilai kecil dan menjualnya untuk jumlah uang yang tidak seberapa.[7]
Nightsoil, para pekerja pria yang mengumpulkan kotoran manusia, hewan, dan limbah rumah tangga di London yang selanjutnya dijual ke peternakan di luar kota untuk digunakan sebagai pupuk. Namun, setelah wilayah London semakin diperluas, jumlah peternakan lebih sedikit dan lokasinya juga lebih jauh dari kota. Seorang petani harus membayar rata-rata 2s 6d (12½p) untuk membeli pupuk. Perdagangan ini akhirnya berhenti sepenuhnya pada tahun 1870 ketika guano (pupuk dari kotoran burung) dari Amerika Selatan banyak tersedia dengan harga yang lebih murah. Musnahnya pekerjaan ini menyebabkan meningkatnya limbah rumah tangga dan kotoran manusia yang terbuang ke jalan, yang mengalir ke sungai Thames melalui selokan-selokan kecil di pinggir jalan.[3]
Flushermen, yaitu orang-orang yang dipekerjakan oleh Dewan Kota untuk membersihkan selokan air. Orang-orang ini benar-benar akan "membilas" habis limbah dan apa pun yang menghalangi aliran air dalam sistem saluran pembuangan baru.[7]
Penangkap-tikus, yaitu orang-orang yang dipekerjakan oleh Dewan untuk menangkap tikus yang ada di dalam sistem saluran pembuangan bawah tanah untuk mencegah penyebaran penyakit. Pekerjaan ini cuma dibayar sedikit, tetapi bantuan mereka dalam mencegah penyakit memberikan kontribusi yang besar bagi kehidupan warga London dalam jangka panjang.[3]
London setelah Bau Hebat
Sejak Sungai Thames dideklarasikan sebagai “Bau Hebat”, pemerintah kota London terlebih anggota parlemen berusaha keras mengatasi masalah polusi di Sungai Thames. Pemerintah kota mulai mencanangkan berbagai program pengelolaan sungai. Dimulai dengan mega proyek konservasi dan modernisasi sistem saluran pembuangan kotoran manusia, perbaikan sistem pembuangan limbah industri hingga membentuk berbagai otoritas yang bertugas untuk mengelola sungai, sumber air, banjir, polusi serta saluran pembuangan kotoran manusia. Disamping itu berbagai peraturan diterbitkan guna mengatur segala kegiatan terkait pemanfaatan sungai dan pengendalian saluran pembuangan kotoran manusia.
Tercatat sejak tahun 1970-an berbagai program tersebut mulai memperlihatkan hasil yang sangat memuaskan. Ikan dan burung mulai kembali ke sungai yang menandai pencemaran di sungai sudah mulai berkurang. Kerja keras yang dilakukan dalam waktu yang cukup panjang ternyata dapat dirasakan oleh penduduk London saat ini. Mereka bisa hidup bangga berdampingan dengan salah satu sungai terbersih di dunia. Tercatat sekitar 125 jenis ikan berenang di sungai ini termasuk ikan salmon dan trout, selain itu sekitar 400 spesies hewan tidak bertulang belakang hidup di lumpur, di tengah, dan tepian sungai. Begitu pula dengan berbagai jenis burung. Sampai saat ini program bernama Thames River Clean Up atau “Pembersihan Sungai Thames” masih dilaksanakan. Tujuannya untuk meningkatkan kebersihan sungai dan mencegah pencemaran.[8][9]
^ ab(Inggris) Maggie Black et Ben Fawcett, The Last Taboo: Opening the Door on the Global Sanitation Crisis, Earthscan, London, 2008, bab 1, « A short story of the unmentionable », hal. 1-32.
^ abcde(Inggris) Stephen Halliday, The Great Stink of London, Sutton Publishing, Stroud, UK, 1999. Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Halliday" didefinisikan berulang dengan isi berbeda