Fungsi dan kemegahan baptisterium mencerminkan arti penting dari pembaptisan bagi umat Kristiani. Pola oktagonal (segi delapan) dari Baptisterium Lateran, bangunan pertama yang khusus dibangun untuk digunakan sebagai sebuah baptisterium, menjadi contoh yang banyak ditiru, yang selanjutnya berkembang menjadi pola segi dua belas, bahkan pola lingkaran seperti di Pisa. Dalam sebuah narthex atau serambi, para katekumen menerima pengajaran dan mengikrarkan kredo sebelum dibaptis. Ruangan utama berpusat pada kolam atau bejana baptis (piscina), tempat orang-orang yang dibaptis dibenamkan sekujur tubuhnya ke dalam air sebanyak tiga kali. Terdapat tiga anak tangga untuk turun ke dasar kolam, dan di atasnya dapat diberi hiasan gantung berupa seekor burung dara dari emas atau perak. Ikonografi berupa fresko atau mosaik pada dinding baptisterium umumnya melukiskan babak-babak tertentu dalam riwayat hidup Santo Yohanes Pembaptis. Awalnya bejana baptis selalu terbuat dari batu, namun di kemudian hari sering kali berbahan dasar logam.
Bejana baptis di dalam baptisterium Lateran berupa sebuah kolam dengan mata air alami. Tatkala tempat itu masih didiami oleh keluarga Lateranus, sebelum dihadiahkan oleh Kaisar Konstantinus kepada Uskup Miltiades, mata air tersebut merupakan sumber air bersih bagi sekian banyak penghuni domus itu. Mudah dipahami jika di saat kebutuhan akan baptisterium Kristiani meningkat, mata-mata air keramat milik para penyembah berhala menarik minat untuk dialihfungsikan menjadi baptisterium. Cassiodorus, dalam sepucuk surat yang ditulisnya pada 527 Masehi, mendeskripsikan sebuah pekan raya yang digelar di sebuah bekas tempat ibadah penyembah berhala di Leucothea, di tempat yang secara budaya masih merupakan kawasan Yunani di Italia selatan, yang telah dikristenkan dengan cara mengubahnya menjadi sebuah baptisterium (Variae 8.33). Dalam sebuah makalah yang dibacakan pada 1999, Samuel J. Barnish memaparkan contoh-contoh transisi mata-mata air keramat menjadi baptisterium-baptisterium yang terjadi pada masa Gregorius dari Tours (wafat sekitar 594) dan Maximus, Uskup Turin (wafat sekitar 466).
Baptisterium berasal dari suatu masa dalam sejarah Gereja, ketika ada banyak katekumen dewasa yang dibaptis, dan baptis-selam masih menjadi suatu keharusan. Hanya sedikit atau tidak ada jejak keberadaan baptisterium sebelum Konstantinus menjadikan Kristianitas sebagai agama negara, yakni sebelum abad ke-4; dan sejak abad ke-6 bejana baptis dibangun beranda gereja dan selanjutnya di dalam gereja. Sesudah abad ke-9, ketika jumlah baptisan bayi meningkat, hanya sedikit baptisterium yang dibangun. Beberapa baptisterium yang lebih tua berukuran sangat besar, sedemikian besarnya besarnya sehingga konsili-konsili dan sinode-sinode dapat diselenggarakan di dalamnya. Baptisterium perlu dibangun dalam ukuran yang besar karena dalam Gereja mula-mula sudah menjadi kelaziman bahwasanya uskuplah yang membaptis semua katekumen dalam keuskupannya (dan karena itulah baptisterium kerap dibangun di dekat gereja katedral, bukan di dekat gereja-gereja paroki), dan juga karena ritus pembaptisan diselenggarakan hanya tiga kali dalam setahun.
Sepanjang bulan-bulan bilamana tidak ada pembaptisan, pintu-pintu baptisterium disegel dengan segeluskup; praktik ini merupakan sebuah metode untuk mengontrol ortodoksi dari semua pembaptisan yang dilakukan di keuskupan yang bersangkutan. Beberapa baptisterium dibagi menjadi dua ruangan, masing-masing untuk tiap jenis kelamin; kadang kala gedung gereja memiliki dua baptisterium, masing-masing untuk tiap jenis kelamin. Sering tersedia sebuah pediangan dalam baptisterium, tempat orang-orang yang baru dibaptis berdiang setelah sekujur tubuhnya dibenamkan ke dalam air.
Sekalipun dilarang oleh Konsili Auxerre (578), tidak jarang baptisterium digunakan sebagai tempat pemakaman. Antipaus Yohanes XXIII, seorang warga Firenze, dimakamkan di dalam baptisterium di depan Duomo kota Firenze dengan upacara besar-besaran. Banyak Uskup Agung Canterbury awal yang dimakamkan di dalam baptisterium di Canterbury.
Baptisterium, sebagaimana yang terdapat dalam keterangan-keterangan tertulis tentang konsili-konsili awal, dibangun dan dipergunakan pertama-tama untuk mengoreksi hal-hal buruk yang timbul dari praktik pembaptisan privat. Segera sesudah agama Kristen mewajibkan pembaptisan, dan segera sesudah baptis-selam tergantikan baptis-percik, baptisterium-baptisterium kuno itu tidak lagi dibutuhkan. Akan tetapi baptisterium masih digunakan untuk umum di Firenze dan Pisa.
Baptisterium Lateran mestilah bangunan gerejawi tertua yang masih difungsikan. Banyak bagian dari bangunannya masih mempertahankan bentuk aslinya seperti ketika pertama kali dibangun oleh Konstantinus. Di tengah-tengah bangunan, terletak kolam pembaptisan yang berbetuk segi delapan dikelilingi delapan pilar batu porphyry, dengan kapitel (ganja tiang) dan entablatur (ambang) dari marmer dalam gaya klasik; di luar struktur itu terdapat ambulatorium (selasar) dan dinding bangunan yang membentuk segi delapan yang lebih besar. Pada satu sisinya, yg menghadap ke arah basilika Lateran, terdapat sebuah serambi yang indah dengan dua pilar megah beserta kapitel-kapitel, alas-alas dan ambang-ambang pilar dari batu porphyry yang penuh penuh ukiran. Gereja Santa Costanza yang berbentuk bundar, juga berasal dari abad ke-4, difungsikan sebagai sebuah baptisterium dan di dalamnya terdapat makam puteri dari Kaisar Konstantinus. Bangunan ini merupakan sebuah struktur yang sungguh sempurna dan memiliki sebuah kubah sentral, pilar-pilar dan mosaik-mosaik bergaya klasik. Dua relung samping dihiasi mosaik bertema Kristen tertua yang diketahui orang. Salah satu mosaik memperlihatkan Musa menerima Hukum Lama, mosaik yang lain memperlihatkan Kristus memberikan kepada Santo Petrus perjanjian Hukum Baru yang dimeteraikan dengan monogram XP.
Bangunan tertua yang masih ada sampai sekarang, yang dulunya difungsikan sebagai baptisterium adalah baptisterium mirip-makam di Dura-Europas[1][pranala nonaktif permanen]. Baptisterium tua lainnya telah ditemukan dalam penggalian di Aquileia. Reruntuhan sebuah baptisterium tua juga telah ditemukan di Salona. Di Ravenna terdapat dua baptisterium termasyhur yang berhiaskan mosaik yang indah, yang satu dibangun pada pertengahan abad ke-5, dan yang lain pada abad ke-6. Sebuah baptisterium besar di Napoli yang dihiasi dengan mosaik juga berasal dari abad ke-6.
Barnish, S. J. B. 2001. "Religio in stagno: Nature, Divinity, and the Christianization of the Countryside in Late Antique Italy" dalam Journal of Early Christian Studies, jilid 9:3, hal. 387-402.