Menurut perkiraan Bantur dibuka sekitar tahun 1830-an. Saat itu masih hutan belukar yang belum bernama, tokoh yang membuka hutan dikenal dengan nama Kyai Radiman, muslim taat sekaligus seorang tentara Pangeran Diponegoro yang (sangat mungkin) bersembunyi dari kejaran kompeni setelah Pangeran Diponegoro tertangkap setelah dipancing dari persembunyian oleh Kompeni dengan cara di ajak berunding.
Makam Kyai Radiman sampai sekarang masih ada di Jl. Kyai Radiman. Daerah itu masuk dalam wilayah Bantur Tengah.
Menurut riwayat orang-orang tua-tua, Kyai Radiman tewas dibunuh atas perintah kompeni dengan cara halus yaitu diadakan acara makan-makan, pihak belanda mengiris semangka dengan sebilah pisau yang diolesi racun mematikan di satu sisi dari pisau. Kyai Radiman tidak curiga atas beracunnya semangka karena semangka di belah di depan mata, padahal pisau pembelah diolesi racun. Semangka yang bersentuhan dengan sisi pisau beracun dihidangkan untuk Kyai Radiman, sementara yang bersih dari racun dihidangkan ke pihak lingkaran belanda.
Sedangkan nama desa Bantur sendiri berasal dari nama Banturono (Mbah Bantur), anak dari Kyai Radiman.
Sedangkan seorang tokoh (yang saat ini ditulis tokoh tersebut masih hidup) yang mengenal nama-nama teman sepelarian Kyai Radiman dan ke daerah mana di wilayah Kabupaten Malang mereka sembunyi adalah Mbah Slamet, saat ini tinggal sekitar 800 meter di utara Pasar Bantur.