Bahasa Yunani Attika
Bahasa Yunani Attika (bahasa Yunani Kuno: Αττική Ἑλληνική, translit. Attikḗ Hellēnikḗ) merupakan dialek bahasa Yunani yang dipakai di wilayah Attika di mana Athena merupakan pusatnya, pada masa silam. Bersama Ionia, sebagian besar karya sastra Yunani ditulis dalam ragam tersebut. Bahkan Aleksander Agung meletakkan landasan bahasa Yunani umum atau Koine dengan menggabungkan berbagai dialek yang ada. Hal ini ditujukan untuk memudahkan komunikasi antara prajuritnya serta mengajarkannya kepada penduduk wilayah-wilayah yang didudukinya sehingga bersama dialek Ionia, kemudian menjadi basantara di daerah Laut Tengah. Bahasa Yunani Attika-Ionia dipakai pula pada masa kekuasaan Romawi bersatu dilanjutkan dengan masa Romawi Timur hingga menjadi Yunani Modern seperti sekarang. AsalBahasa Yunani merupakan suatu bahasa Indo-Eropa. Bukti tertulis bahasa Yunani terawal ditulis pada abad ke-16, menggunakan aksara Linear B, dalam dialek Mikenai yang merupakan leluhur dari dialek Arkadisiprus. Setelah keruntuhan Zaman Perunggu Akhir pada abad ke-12, bahasa Yunani semakin terbagi menjadi beberapa dialek, salah satunya dialek Ionia awal yang kemudian melahirkan dialek Attika. Dialek Attika-Ionia merupakan bahasa utama para sejarawan (Herodotos dan Thukidides) dan filsuf Yunani Kuno (Thales, Sokrates, dan Platon), sehingga dialek ini menjadi acuan umum kepenulisan bahasa Yunani Kuno yang kemudian melahirkan bahasa Yunani Koine.[5] AksaraSeperti dialek Yunani Kuno lainnya, bahasa Yunani Attika awalnya ditulis dalam alfabet lokal. Menurut penggolongan alfabet Yunani Kuno, yang digagas oleh Adolf Kirchhoff,[6] sistem Attika Kuno termasuk jenis "timur" atau "biru", karena menggunakan huruf Ψ dan Χ dengan bunyi klasiknya (/ps/ dan /kʰ/), tidak seperti jenis "barat" atau "merah", yang menggunakan Χ untuk bunyi /ks/ (yang mana menurunkan alfabet Latin) dan Ψ untuk bunyi /kʰ/. Dalam hal lain, alfabet Attika Kuno berbagi banyak fitur dengan alfabet Euboia (yang justru merupakan "barat" dalam penggolongan Kirchhoff).[7] Seperti yang terakhir, menggunakan ragam lambda berbentuk L () dan ragam sigma berbentuk S (). Alfabet Attika Kuno tidak memiliki simbol konsonan ksi (Ξ) untuk bunyi /ks/ dan psi (Ψ) untuk bunyi /ps/, tetapi justru bunyi tersebut masing-masing diwakilkan dengan digraf ΧΣ dan ΦΣ. Selain itu, seperti kebanyakan alfabet lokal daratan utama lainnya, Attika tidak menggunakan omega (Ω) dan eta (Η) untuk vokal panjang /ɔː/ dan /ɛː/, yang juga justru bunyi /o, oː, ɔː/ diwakilkan hanya dengan huruf Ο (omikron) dan bunyi /e, eː, ɛː/ hanya dengan huruf Ε (epsilon. Selain itu, huruf Η digunakan sebagai heta, dengan bunyi /h/, bukan /ɛː/. Pada abad kelima, masyarakat Athena dan Attika lainnya secara bertahap menggunakan alfabet Ionia yang umum digunakan di Anatolia dan Kepulauan Aegea. Pada akhir abad ke-5, penggunaan alfabet Ionia menjadi lebih umum, sehingga pada tahun 403 SM, ditetapkan bahwa alfabet Ionia menjadi kaidah yang baku, sebagai bagian dari reformasi mengikuti Tiga Puluh Tiran. Sistem baru ini, juga disebut alfabet "Eukledia" dinamai setelah arkhon Eukleides, yang mengawasi keputusan tersebut, kemudian menjadi alfabet Yunani Klasik di seluruh daerah berbahasa Yunani. Karya-karya klasik sastra Attika kemudian diwariskan kepada generasi selanjutnya dalam alfabet Yunani baru, hingga sekarang.[8] Lihat pulaReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
Pustaka lanjutan
|