Asmu
Asmu, yang memiliki nama lahir Asmoe Tjiptodarsono (meninggal November 1965 / Maret 1966) adalah seorang pemimpin, ahli teori, dan kepala ahli pertanian Partai Komunis Indonesia (PKI) dan kepala Barisan Tani Indonesia yang berafiliasi dengan PKI pada pertengahan tahun 1960-an.[1] Dia terbunuh dalam pembantaian massal di Indonesia 1965–1966. BiografiLatar belakang dan kehidupan awal Asmu tidak terdokumentasikan dengan baik. Pada akhir 1940-an dan awal 1950-an, bersama dengan Sakirman, Asmu memimpin Partai Buruh Indonesia.[2][3] Pada waktu yang hampir bersamaan, setelah Peristiwa Madiun, ada generasi baru pemimpin muda yang naik jabatan dari Partai Komunis, dipimpin oleh D.N. Aidit, dan Asmu menjadi anggota dari faksi pemimpin baru tersebut.[1] Asmu juga sempat terlibat dalam Front Demokrasi Rakyat, sebuah koalisi sayap kiri yang berumur pendek, sebagai perwakilan Laskar Boeroeh Indonesia.[4] Pada tahun 1952 Asmu dan Subekti menjadi delegasi PKI untuk Kongres Partai Komunis Uni Soviet XIX.[5] Pada pergantian tahun 1960-an, sebagai ahli pertanian PKI, ia prihatin dengan kepemilikan tanah yang semakin terkonsentrasi di tangan segelintir orang, dan menganjurkan untuk menasionalisasi kepemilikan tanah asing serta menghapuskan hak-hak istimewa atas tanah yang diberikan kepada para kepala desa.[6][7] Dalam studinya yang telah dipublikasikan, ia berusaha membuktikan bahwa, di banyak desa, di bawah sepuluh persen keluarga "Feodal" memiliki lebih dari separuh tanah.[8] Ia berusaha mengkomunikasikan temuan-temuannya kepada publik dan anggota PKI; ia menulis kolom tanya jawab di koran partai Harian Rakjat sejak tahun 1961, yang beberapa di antaranya kemudian diterbitkan sebagai salah satu bukunya yang paling terkenal, Masalah-masalah Landreform.[6][9] (Ia melanjutkan kolom tersebut hingga tahun 1965.[6]) Pada bulan Juli 1962, ia terpilih menjadi ketua umum Barisan Tani Indonesia.[10] Melalui organisasi tersebut, ia terus mendorong reformasi tanah, mempersenjatai kelompok-kelompok petani, dan meningkatkan tingkat pendidikan dan pendapatan petani.[11] Pada tahun 1964, Asmu dan para pemimpin PKI lainnya khawatir bahwa anggota-anggota yang lebih kaya dari kepemimpinan PKI lokal menghalangi kemajuan rencana redistribusi tanah yang radikal.[12] Pada tahun 1965, ia menjadi anggota Politbiro PKI.[13] Pada bulan Januari 1965, ia menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung yang dibentuk oleh Soekarno dan diketuai oleh Albert Mangaratua Tambunan, yang bertujuan untuk mengkaji reformasi tanah tanpa kekerasan di Indonesia. Pertemuan tersebut berharap bahwa penyelesaian yang dinegosiasikan dapat menemukan jalan bertahap menuju reformasi tanah dan untuk memotong kekerasan dan tindakan sepihak PKI di pedesaan.[14] Hilangnya dan kematian Asmu dalam pembantaian massal anti-komunis di Indonesia 1965–1966 setelah Gerakan 30 September tidak terdokumentasikan dengan baik. Beberapa surat kabar kemudian melaporkan bahwa ia telah dibunuh oleh militer pada bulan Maret 1966.[15] Sumber-sumber lain menyatakan bahwa ia dibunuh dalam sebuah pembunuhan di luar hukum pada bulan November 1965 dan mayatnya berada di sebuah kuburan tak bertanda di desa Kunci, Sidareja, sebelah barat laut Kabupaten Cilacap.[16] Publikasi terpilih
Referensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia