Pangkal cerita tentang Si Pemanah Ulung ini adalah sebagai berikut: Dalam suatu perang antara bangsa Iran dan bangsa Turan memperebutkan "anugerah kemuliaan raja-raja" (khwarrah), Afrasiab Panglima Turan berhasil mengepung bala tentara Manucehr Si Orang Benar, dan kedua belah pihak pun akhirnya sepakat untuk berdamai. Kedua belah pihak sepakat bahwa seluruh wilayah yang sepemanah jauhnya dari medan perang harus dikembalikan kepada Manucehr dan orang-orang Iran, wilayah selebihnya menjadi bagian Afrasiab dan orang-orang Aniran. Sesosok malaikat (menurut al-Biruni adalah Isfandaramad, yakni Amesya SpentaSpenta Armaiti yang dalam bahasa Persia pertengahan disebut Spendarmad) memberi petunjuk kepada Manucehr untuk membuat sebilah busur dan sebatang anak panah istimewa, dan meminta Aras untuk menggunakannya. Aras melesatkan anak panah sakti itu kala fajar menyingsing. Anak panah itu pun melesat melewati jarak yang sangat jauh (lihat di bawah) sebelum akhirnya mendarat dan menandai garis perbatasan antara wilayah orang-orang Iran dan orang-orang Aniran untuk seterusnya.
Menurut Talebi dan Bal'ami, tubuh Aras binasa dan lenyap akibat melesatkan anak panah sakti itu. Menurut Al-Tabari, ia disanjung-sanjung rakyat, dijadikan panglima pasukan pemanah, dan hidup sangat terhormat hingga ajalnya. Ada beberapa versi mengenai jarak yang ditempuh anak panah sakti itu: salah satu versi menyebutkan bahwa jarak tempuhnya adalah sejauh seribu farsak, versi lain menyebut jarak tempuhnya sejauh empat puluh hari berjalan kaki. Dalam beberapa versi anak panah itu dikisahkan melesat semenjak fajar menyingsing hingga tengah hari, atau sejak fajar menyingsing hingga terbenam matahari dalam versi-versi lain. Beberapa sumber menyebut waktu terjadinya peristiwa itu. Perkataan bahasa Persia pertengahan Mah i Frawardin berarti hari keenam bulan pertama (yakni hari Khordad dalam bulan Frawardin); sumber-sumber yang lebih kemudian mengaitkan peristiwa itu dengan hari raya Tiregan (hari ketiga belas bulan Tir) "diduga" karena homonim dengan perkataan YazataTir atau tir (anak panah). (Tafażżolī 1987, hlm. 266)
Tempat Aras melesatkan anak panah itu pun berbeda-beda versinya. Dalam Awesta (yang tidak menyebut nama-nama tempat di kawasan barat Iran), peristiwa itu terjadi di Airyo.khsyaotha, nama tempat yang belum teridentifikasi di Daerah Tengah. Sumber-sumber era Islam lazimnya menempatkan lokasinya di selatan Laut Kaspia, ada yang menempatkannya di Tabaristan (Tabari, Talebi, Maqdesi, Ibn al-Athir, Marashi); di puncak sebuah gunung di Ruyan (al-Biruni, Gardēzī), di benteng Amul (Mojmal), di Gunung Damawan (Balami) ataupun di Sari (Gorgani). Tempat anak panah mendarat disebut 'Gunung Khwanwan' dalam Awesta (lokasi yang belum diketahui); ada yang mengatakan di Balkh (Tabari, al-Atir); di sebelah timur Balkh (Talebi); Baktria/Tokharistan (Maqdesi, Gardizi); di tepian Sungai Oksus (Balami), ataupun di Marw (Mojmal). Menurut Al-Biruni, anak panah itu menancap pada sebatang pohon kenari yang tegak di antara "Fargana" dan Tabaristan "di penjuru terjauh Khorasan Raya."
Nama Aras masih populer digunakan sebagai nama diri di Iran.
Asal-muasal nama Aras
Meskipun beberapa sumber (misalnya al-Biruni) tampaknya menganggap Aras sebagai cikal-bakal dari Arsyak (Arsakes), nama wangsa itu sebenarnya berasal dari perkataan dalam bahasa Parthia atau bahasa Iran Timur yang sepadan dengan 'Ardasyir', yaitu 'Artahsasta', khususnya Artahsasta II, yang diakui sebagai leluhur oleh Wangsa Arsakes (dalam skema silsilah wangsa-wangsa penguasa Iran yang bercampur dengan mitos, Wangsa Arsakes juga mengaku sebagai keturunan dari Kai Kobad melalui seorang tokoh lain yang juga bernama Aras).
Sebagaimana halnya nama-nama yang berasal dari tradisi tutur, ada banyak variasi nama Aras. Dalam Awesta nama ini tampil sebagai Erekhsya (Ǝrəxša) "yang pesat anak panahnya, karena dialah yang empunya anak panah tercepat di antara orang-orang Iran" (Yasyt 8.6). Bentuk bahasa Awesta ini berlanjut dalam bahasa Persia pertengahan yang digunakan Zoroastrianisme sebagai Eras (Bundahishn, Syahrastanha-i Eran, Zand-i Wahuman Yasyt, Mah i Frawardin), yang diinggriskan menjadi Erukh. Bentuk-bentuk nama ini dalam bahasa Persia baru dan bahasa Arab antara lain Erasy dan Irasy dalam karya-karya tulis Al-Tabari dan Ibn Al-Atir; Aarasyebatir dalam Al-Tabari; 'Arasy' dalam Al-Talebi; 'Aarasy' dalam Maqdesi, Balami, Mojmal, Marasi, Al-Biruni, dan dalam Vis o Ramin dari Gorgani. Nama-nama dengan julukan yang merepresentasikan "anak panah yang pesat" Awesta antara lain Aarasyebatir dalam karya tulis Al-Tabari, dan Arasy-i Syewatir dalam karya tulis Mojmal. Bentuk nama keluarga antara lain 'Arasy/Aarasy kaman-gir' "Aras, Ahli Busur."
Legenda modern
Siavash Kasraie, penyair Iran kontemporer, menggubah puisi panjang bertajuk Aras Si Pemanah pada 1959 . Narasi kepahlawanan ini, didasarkan pada mitos Persia kuno, menggambarkan sikap kepahlawanan Aras yang rela berkorban demi memerdekakan negerinya dari cengkeraman kekuasaan asing.[1] Kemudian muncul pula Āraš karya Bahram Bayzai pada 1977. Karya ini dibuat bukan dalam bentuk cerita pendek maupun drama, dan sebagian merupakan tanggapan atas karya-karya Āraš-e kamāngīr yang sudah ada sebelumnya. Āraš karya Beyzai ini dipentaskan keliling dunia beberapa kali. Pementasannya yang paling terkenal adalah di Auditorium Annenberg, Stanford University California pada bulan Juli 2013.[2]