Setelah pemilihan presiden di mana Perdana Menteri dan pemimpin AKP Recep Tayyip Erdogan terpilih sebagai Presiden Turki ke-12, Davutoğlu diumumkan oleh Komite Pimpinan Pusat AKP sebagai calon pimpinan partai.[2][3] Ia dengan suara bulat terpilih sebagai pemimpin selama kongres luar biasa AKP pertama dan berarti ia menggantikan posisi Erdogan sebagai perdana menteri dan membentuk Pemerintahan ke-62 Republik Turki.[4][5] Kabinetnya didominasi oleh sekutu dekat Erdogan seperti Yalçın Akdoğan; hal ini menimbulkan spekulasi bahwa ia akan mengambil pendekatan "jinak" sebagai perdana menteri sementara itu Erdogan terus mengejar agenda politiknya sendiri sebagai presiden.[6][7] AKP kehilangan posisi mayoritas di parlemen dalam pemilihan umum Juni 2015, meskipun tetap menjadi partai yang terbesar. Pemerintahan Davutoğlu kemudian mengundurkan diri tetapi tetap berkuasa sampai pemerintahan yang baru dapat dibentuk. Setelah melakukan serangkaian negosiasi koalisi dengan partai-partai oposisi dan tidak berhasil, Davutoğlu ditugasi membentuk pemerintahan interim Turki untuk yang pertama kalinya sampai terlaksananya pemilu sela yang dijadwalkan pada November 2015. AKP kembali mejadi mayoritas di parlemen pada bulan November setelah meraih kemenangan telak, Davutoğlu pun kemudian membentuk kabinet ketiganya.
Setelah memburuknya hubungan antara Davutoğlu dan Erdogan atas perbedaan pendapat mereka mengenai daftar kandidat anggota parlemen, kebijakan pemerintah dan pelaksanaan sistem pemerintahan presidensial eksekutif, Davutoğlu mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pemimpin AKP dan Perdana Menteri tujuh bulan setelah kemenangan pemilihan umumnya pada November 2015 yang lalu. Dia mengumumkan bahwa Kongres Luar Biasa Partai akan diadakan pada 22 Mei 2016 dan ia tidak akan maju untuk pemilihan kembali sebagai pemimpin partai.[8][9][10][11] Ia digantikan sebagai pemimpin partai oleh Binali Yıldırım dan mengajukan pengunduran dirinya sebagai Perdana Menteri segera sesudahnya.[12]
Pemerintahan Davutoğlu mengawasi eskalasi konflik antara pemerintah dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) setelah gencatan senjata dua tahun dilanggar pada pertengahan 2015, dan hal ini berakibat pada stigma bahwa masa pemerintahannya dianggap sebagai yang 'paling berdarah' dalam sejarah Turki.[13] Pemerintahannya berwenanang atas serangan udara terhadap PKK dan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) pada tanggal 20 Juli setelah bom bunuh diri menewaskan 32 orang di kota tenggara Suruç. Serangan pemerintah terhadap ISIS mendapatkan kritik berkelanjutan dari sekutu seperti Amerika Serikat atas kurangnya tindakan Turki terhadap kelompok pemberontak, oposisi politik malah menuduh Davutoğlu sengaja memicu konflik untuk memenangkan kembali suara dan mendapatkan kembali posisi mayoritas di parlemen dalam pemilihan sela November 2015. Pemerintahannya juga memimpin konflik politik yang sedang berlangsung hingga kini dengan Gerakan Gülen dan menghadapi efek dari Perang saudara Suriah di perbatasan Turki-Suriah, serta krisis migran Eropa yang muncul sebagai akibatnya. Meskipun prospek kebijakan luar negerinya telah digambarkan sebagai Neo-Ottomanisme atau Pan Islamisme, Davutoğlu membuat tawaran aksesi Turki ke Uni Eropa sebagai target strategis bagi pemerintah.[14][15] Ia dikritik karena gagal mengatasi korupsi politik dan menumbuhkan otoritarianisme pemerintah, sebuah RUU keamanan nasional yang baru pada awal tahun 2015 menimbulkan komentar dari oposisi dan menuduh pemerintah akan mengubah Turki menjadi negara polisi.[16]
Strata 1 bidang Ilmu Politik dan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Administrasi, Universitas Bosphorus, tahun 1983
Magister (MA), Departemen Administrasi Negara, Universitas Bosphorus
Doktor (PhD), Departemen Ilmu Politik dan Hubungan Internasional, Universitas Bosphorus
Menjadi Asisten Profesor di Universitas Islam Internasional Malaysia dan menjadi Kepala Departemen Ilmu Politik (1990-1993)
Menjadi Associate Professor (1993)
Pengajar di Institut Studi Timur Tengah, Institut Asuransi dan Perbankan, Program Doktoral Departemen Administrasi Lokal dan Ilmu Politik, Universitas Marmara (1995-1999)
Menjadi Pengajar tamu di Akademi Militer dan Akademi Perang (1998-2002)
Pada Pemilihan Umum November 2002, ia terpilih sebagai Kepala Penasihat Perdana Menteri dan Duta Besar pada Pemerintahan ke-58 Republik Turki hingga lanjut ke Pemerintahan ke-59 dan 60.
Profesor di Universitas Beykent, Istanbul (1995-2004)
Kepala Departemen Hubungan Internasional, Anggota Senat Universitas, Anggota Badan Manajemen saat mengajar sebagai dosen tamu di Universitas Marmara
Menteri Luar Negeri Turki pada Pemerintahan ke-60 Republik Turki (1 Mei 2009)
Perdana Menteri
Davutoğlu terpilih sebagai pimpinan Partai Keadilan dan Pembangunan pada 21 Agustus 2014, dan ia menggantikan Recept Tayyip Erdoğan sebagai Perdana Menteri pada 28 Agustus 2014.
Karya tulis
Alternative Paradigms: The Impact of Islamic and Western Weltanschauungs on Political Theory. University Press of America, 1993
Civilizational Transformation and the Muslim World. Quill, 1994
Stratejik derinlik: Türkiye'nin uluslararası konumu. Küre Yayınları, 2001
Osmanlı Medeniyeti: Siyaset İktisat Sanat. Klasik, 2005