Ali Adnan Ertekin Menderes (lahir di Aydin tahun 1899 – meninggal di Imrali, 17 September 1961 pada umur 62 tahun) merupakan seorang negarawan Turki dan pimpinan pertama yang dipilih secara demokratis dalam sejarah Turki. Ia menjabat sebagai Perdana Menteri Turki antara tahun 1950–1960. Ia merupakan salah satu pendiri Partai Demokrat pada tahun 1946, partai oposisi resmi ke-4 di Turki. Ia digantung menyusul kudeta tahun 1960 bersama dengan 2 anggota kabinet lain, Fatin Rüştü Zorlu dan Hasan Polatkan. Ia merupakan pemimpin politik terakhir di Turki yang digantung setelah kudeta militer dan merupakan salah satu dari 3 pimpinan politik Turki yang dibangunkan mausoleum untuk menghormatinya (lainnya adalah Mustafa Kemal Ataturk dan Turgut Ozal).
Kehidupan awal
Adnan lahir di Aydin dari keluarga yang sejahtera. Dia berkuliah di Izmir pada tahun 1916 saat mengikuti pendidikan militer. Melawan tentara yang bersekutu antara tahun 1920-1923, setelah Perang Dunia I. Masuk Partai Rakyat Republik selekas perang dan menjadi wakil daerah bagi Aydin tahun 1931. Pada masa-masa ini, dia baru lulus dari Sekolah Hukum di Ankara.[1] Pada masa-masa selanjutnya, dia membentuk Partai Demokrasi tahun 1946 bersama Celal Bayar. Menjadi wakil rakyat di Provinsi Kutahya. Pada tahun 1950-an, partainya mengikuti pemilihan umum dan menang.[1] Kemenangannya ini ditunjang oleh program kampanye yang ditawarkan Adnan. Yakni:[2]
- Azan dikembalikan menjadi bahasa Arab, setelah sebelumnya diubah Kemal Atatürk menjadi bahasa Turki.[3]
- Ibadah haji diperbolehkan.
- Dibolehkan melakukan pengajaran agama Islam di sekolah-sekolah.
- Menghapus UU yang melarang muslimah untuk berhijab.
Hasilnya, Partai itu menang dengan perolehan 318 kursi di parlemen.[2]
Kepemimpinan
Adnan dilantik sebagai perdana menteri dengan presiden Celal Bayar pada tahun 1950 dan dilantik bertepatan pada bulan Ramadhan. Menjadi Perdana Menteri selama 10 tahun sampai kudeta milier yang dilakukan oleh militer pada tahun 1960. Adnan kemudian diangap bersalah mempelopori terjadinya Pogrom Istanbul sebuah kerusuhan etnis anti minoritas yunani yang terjadi pada tahun 1955 dan akhirnya Adnan dihukum mati.[2][4] Sami Kohen, seorang wartawan berkata bahwa karena kebijakannya yang begitu dekat dengan Islam dan kaku dengan Israel juga keputusannya mengubah azan dari Bahasa Turki menjadi Bahasa Arab,[3] juga membolehkan orang Turki untuk naik haji menyebabkan dia dihukum mati [butuh rujukan]. Dia membolehkan pengajaran bahasa Arab dan membangun 10.000 masjid dan 22 ma'had Islam di Anatolia, dalam rangka akselerasi program para khatib, dai, dan guru-guru ngaji al-Qur'an di Turki. Dia juga yang menganjurkan dalam penerbitan buku-buku, majalah, dan selebaran yang bertopik Islami. Lebih dari itu, dia mengaktifkan kembali masjid-masjid yang sebelum zamannya dipakai sebagai gudang menjadi tempat ibadah. Pada masa kepemimpinannya, dia membuka 25 madrasah penghapal Qur'an.[2]
Dalam kepemimpinannya, tercatat pula dia berhasil membawa Turki sebagai anggota penuh ke NATO. Walaupun diketahui kepemimpinannya berjalan baik, masih ada korupsi yang melekat di tubuh pemerintahannya. Ini dijadikan dalih oleh para jenderalnya yang jahat untuk memprovokasi masyarakat untuk menggulingkan Adnan.[4] Selain itu, dia dikenal menggunakan sistem keuangan liberal dalam masa jabatannya. Pada tahun 1959, dia mengalami kecelakaan pesawat bersama pejabat-pejabat Turki lainnya. Walaupun begitu, ajaibnya dia selamat. Karenanya dia menjadi amat populer pada tahun itu; tetapi di waktu yang sama, dia membredel pers, menyensor surat kabar, dan memenjarakan jurnalis agar kekuasaannya bisa bertahan; karena itu, dia tak begitu disukai oleh intelek. Pada 27 Mei 1960, dia dikudeta Cemal Gürsel dengan tuduhan mengubah konstitusi negara. Dia digantung di Pulau Imrali, Laut Marmara, pada 17 November 1961 bersama dua menterinya.[1]
Peninggalan
29 tahun setelah kematiannya, parlemen Turki menjelaskan apa-apa yang terjadi antara mereka dan Adnan juga memaafkan dia. Di Istambul, dibuat satu mausoleum untuk mengenang dirinya. Di Aydin, ada satu universitas yang memakai nama dirinya dan di Ýzmir ada satu bandara yang memakai nama dirinya, yakni Bandara Adnan Menderes, untuk mengenang pribadi Adnan.[1]
Kisah perjuangannya dalam membangun Islam di Turki -yang sebelum dia masih jadi negara sekuler (rahmatin lil alamin) bikinan Atatürk- dikenal memerlukan perjuangan yang amat sulit. Rupanya, pemikiran Adnan menjadi inspirasi bagi Necmettin Erbakan perdana menteri Turki tahun 1996. Dengan lantang, dia berseru bahwa dia adalah seorang "Islamis". Pemikirannya ini membuat dia digulingkan pada tahun selanjutnya.[3]
Referensi