Wilhelmus van Bekkum
|
---|
|
Gereja | Gereja Katolik Roma |
---|
Keuskupan | Ruteng |
---|
Penunjukan | 8 Maret 1951 (40 tahun, 360 hari) |
---|
Masa jabatan berakhir | 10 Maret 1972 (61 tahun, 363 hari) |
---|
Penerus | Vitalis Djebarus, S.V.D. |
---|
|
Tahbisan imam | 18 Agustus 1935[1] (25 tahun, 158 hari) |
---|
Tahbisan uskup | 13 Mei 1951 (41 tahun, 61 hari) oleh Heinrich Leven, S.V.D. |
---|
|
Nama lahir | Wilhelmus van Bekkum |
---|
Lahir | (1910-03-13)13 Maret 1910 Achterveld, Leusden, Utrecht, Belanda |
---|
Meninggal | 11 Februari 1998(1998-02-11) (umur 87) Rumah Sakit Santo Rafael Cancar, Ruteng, Manggarai, Indonesia[2] |
---|
Makam | Gereja Katedral Ruteng, Watu, Langke Rembong, Manggarai[3] |
---|
Kewarganegaraan | Belanda |
---|
Denominasi | Katolik Roma |
---|
Orang tua | Gerrit Van Bekkum (Ayah) dan Hendrika Van de Wetering (Ibu) |
---|
Semboyan | "Immaculata cordis sacrum" (Hati suci yang tak bernoda) |
---|
Mgr. Wilhelmus van Bekkum, S.V.D. (13 Maret 1910 – 11 Februari 1998) adalah Uskup Ruteng yang berkarya sejak terbentuknya Vikariat Apostolik Ruteng tahun 1951 sampai pensiun pada tahun 1972.
Latar belakang
Wilhelmus lahir dari pasangan Gerrit Van Bekkum dan Hendrika Van de Wetering. Setelah lulus dari pendidikan dasar, ia melanjutkan pendidikanya di Seminari di Uden, Belanda selama enam tahun. Setelah lulus dari seminari, ia bergabung dengan Serikat Sabda Allah pada tahun 1929. Ia mengucapkan kaul kekalnya pada 18 Agustus 1935 di Teteringen, Belanda. Ia kemudian mendalami ilmu etnografi.
Karya
Van Bekkum ditahbiskan menjadi imam Serikat Sabda Allah pada 18 Agustus 1935 dalam usia 25 tahun. Pada tahun 1936, ia menuju Indonesia dengan mengarungi laut selama lima pekan, kemudian tiba di Jakarta. Ia ditugaskan di Ende lalu ditugaskan kembali di Ruteng dan tiba pada tahun 1937. Sampai tahun 1940, ia mengemban tugas sebagai pastor pembantu. Per Maret 1940, ia mendapat tugas baru sebagai inspektur untuk 42 Sekolah Dasar Katolik di seluruh Manggarai. Seiring dengan ilmu etnologi yang telah dipelajarinya, ia berantusias dalam melakukan penelitian adat dan budaya Manggarai. Ia kemudian diinternir oleh tentara Jepang ke Sulawesi. Setelah tahun 1945, ia kembali ke Manggarai dan melanjutkan penelitian selama tiga tahun. Pada Januari 1946, Van Bekkum diangkat dan dilantik menjadi Deken Wilayah Manggarai.[4]
Pada tahun 1951, ia menjadi Warga Negara Indonesia. Pada 8 Maret 1951, ia ditunjuk menjadi Vikaris Apostolik pertama Ruteng dengan gelar Uskup Tituler Tigias. Hal ini bersamaan dengan Vikariat Apostolik Ruteng. Ia kemudian ditahbiskan menjadi Uskup pada 13 Mei 1951. Vikaris Apostolik Emeritus Kepulauan Sunda Kecil, Heinrich Leven, S.V.D. yang bergelar Uskup Tituler Arca di Armenia menjadi Penahbis Utama, dengan didampingi Vikaris Apostolik Larantuka bergelar Uskup Tituler Alinda, Gabriel Wilhelmus Manek, S.V.D. dan Vikaris Apostolik Endeh, Antonius Hubertus Thijssen, S.V.D. yang bergelar Uskup Tituler Nilopolis. Selama menjadi Vikaris Apostolik, ia memberi perhatian tentang persoalan pembaharuan liturgi di daerah misi.
Bersama dengan R.P. Leo Perik, S.V.D. dan para misionaris lainnya, ia membidani lahirnya Seminari Pius XII Kisol, yang mulai defenitif dengan aktivitas belajar mengajar pada 8 September 1955.[5]
Dalam Kongres Internasional tentang Liturgi Pastoral pertama di Assisi, Italia pada 18–22 September 1956, van Bekkum menyarankan restorasi diakon permanen untuk negara misi, dengan menyatakan juga bahwa hal ini bukan hanya untuk di Ruteng yang dipimpinnya, tetapi juga bagi rekan-rekannya yang sangat banyak jumlahnya.[6][7][8] Dalam kesempatan yang sama, ia juga menyatakan suatu argumen persuasif tentang nilai yang diperoleh dengan mengembalikan doa umat dan prosesi persembahan dalam ritus Misa, setidaknya di negara-negara misi.[9] Sebelum Kongres ini, ia menjadi ketua dalam Kongres Persiapan untuk 50 orang misionaris bersama dengan Pater Hofinger S.J. dari Manila, Filipina. Dalam kongres persiapan itu, fokus utama pembahasan adalah masalah pembaharuan dan penyesuaian liturgi di tanah misi, partisipasi umat dalam Ekaristi, dan penggunaan bahasa ibu dalam pewartaan sabda.[4]
Ia kemudian menjadi Penahbis Pendamping bagi Mgr. Theodorus van den Tillaart, S.V.D. sebagai Uskup Tituler Mulia ketika diangkat sebagai Vikaris Apostolik Atambua pada 29 Juni 1958. Ia turut berperan dalam terbitnya suatu buku nyanyian liturgis, yakni Dere Serani.[10][11]
Seiring peningkatan status Vikariat Apostolik Ruteng menjadi Keuskupan Ruteng yang terjadi terkait Konstitusi Apostolik Qoud Christus Adorandus tentang berdirinya Hierarki Gereja Katolik di Indonesia secara mandiri oleh Paus Yohanes XXIII, maka status Mgr. van Bekkum berubah dari Vikaris Apostolik Ruteng menjadi Uskup Ruteng sejak 3 Januari 1961. Sebagai Uskup Ruteng pertama, ia meletakkan dasar untuk secara intensif memulai karya penyebaran dan pendalaman iman. Selain itu pembagunan-pembangunan sekolah dan pemekeran paroki terus dijalankan. Kehadiran sekolah tersebut mampu menjadi media dan sarana pewartaan yang efektif bagi pendewasaan dan pematangan iman. Selain itu, usaha pemandirian dalam bidang ketenagaan telah dimulai dan dirintis.[12]
Ia mengikuti keempat sesi dalam Konsili Vatikan II.[13] Ia kembali menjadi penahbis pendamping bagi Mgr. Donatus Djagom, S.V.D. sebagai Uskup Agung Endeh pada 11 Juni 1969.
Ia menjabat sampai mengundurkan diri pada tanggal 10 Maret 1972 (sumber lain menuliskan 30 Januari 1972). Kepemimpinan Keuskupan Ruteng dilanjutkan oleh Mgr. Vitalis Djebarus, S.V.D. yang ditunjuk pada tahun 1973, yang sebelumnya menjabat sebagai Administrator Apostolik. Setelah Van Bekkum SVD pensiun, ia sempat ke Eropa, dan kembali lagi pada tahun 1978, ia kemudian menangani sebuah anak paroki di Wewo Ponggeok, tahun 1979–1985. Sejak tahun 1986, ia menetap di Sverdi, Ruteng sambil tetap melakukan kunjungan. Ia juga melakukan berbagai studi tentang adat dan budaya Manggarai.[4]
Meninggal dunia
Mgr. van Bekkum meninggal dunia pada 11 Februari 1998 di Rumah Sakit Santo Rafael Cancar, Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ia dikuburkan di Gereja Katedral Ruteng.
Referensi
Pranala luar