Wilhelm von Humboldt
Friedrich Wilhelm Christian Karl Ferdinand Freiherr von Humboldt (22 Juni 1767 – 8 April 1835) adalah seorang filsuf, pejabat negara dan diplomat Jerman, dan pendiri Universitas Humboldt Berlin, yang pada tahun 1949, dinamai dengan namanya (dan nama adiknya, Alexander von Humboldt, seorang naturalis). Dia terutama dikenang sebagai ahli bahasa yang memberikan kontribusi penting bagi filsafat bahasa, etnolinguistik dan teori serta praktik pendidikan. Dia memberikan kontribusi besar pada pengembangan liberalisme dengan melihat masa depan pendidikan sebagai sarana untuk mewujudkan potensi individu dibandingkan hanya sekadar sarana untuk menanamkan ide-ide tradisional ke dalam kaum muda agar sesuai dengan pekerjaan atau peran sosial yang sudah ada.[6] Ia juga dikenal sebagai arsitek cita-cita pendidikan Humboldt, yang sejak awal digunakan di Prusia sebagai model untuk sistem pendidikan publiknya, yang kemudian juga diaplikasikan pada sistem pendidikan di Amerika Serikat dan Jepang. Dia terpilih sebagai anggota American Philosophical Society pada tahun 1822.[7] BiografiHumboldt lahir di Potsdam, Margraviate Brandenburg, dan meninggal di Tegel, Provinsi Brandenburg. Pada Juni 1791, ia menikah dengan Caroline von Dacheröden. Mereka memiliki delapan anak, lima di antaranya (di antaranya Gabriele von Humboldt) bertahan hingga dewasa.[8] FilsufHumboldt adalah seorang filsuf terkemuka. Dia menulis On the Limits of State Action pada tahun 1791-1792, walau buku ini baru diterbitkan tahun 1850, setelah dia meninggal. Buku ini merupakan pembelaan yang paling berani atas kebebasan di Masa Pencerahan. Buku ini mempengaruhi John Stuart Mill yang kemudian menulis karyanya yang monumental, On Liberty, yang memperkenalkan gagasan Humboldt kepada para penutur bahasa Inggris. Humboldt menguraikan versi awal dari apa yang kemudian disebut Mill sebagai "prinsip kerugian". Rumahnya di Roma yang dijalankan oleh Caroline von Humboldt menjadi pusat budaya. Bagian yang berhubungan dengan pendidikan diterbitkan dalam Berlinische Monatsschrift edisi Desember 1792 yang berjudul "Tentang pendidikan negara bagian". Dengan melakukan publikasi ini, Humboldt turut ambil bagian dalam perdebatan filosofis mengenai arah pendidikan nasional yang sedang berlangsung di Jerman, seperti yang tengah terjadi di tempat lain, setelah Revolusi Prancis. Reformasi PendidikanHumboldt menjalani home schooling dan tidak pernah menyelesaikan studinya di universitas-universitas Frankfurt (Oder) dan Göttingen. Meskipun demikian, ia menjadi salah satu pejabat paling berpengaruh dalam pendidikan Jerman. Ia sempat berniat menjadi Menteri Pendidikan, namun gagal meraih posisi tersebut. Raja Prusia memintanya untuk meninggalkan Roma pada tahun 1809 dan memimpin direktorat pendidikan di bawah Friedrich Ferdinand Alexander zu Dohna-Schlobitten. Humboldt tidak menjawab penunjukan itu selama beberapa minggu dan lebih memilih untuk tinggal di kedutaan di Roma. Istrinya tidak kembali bersamanya ke Prusia; mereka bertemu kembali ketika Humboldt mengundurkan diri dari jabatan pendidikan dan diangkat sebagai kepala Kedutaan Besar di Wina.[9] Humboldt mengukuhkan sistem standar pengajaran publik, dari sekolah dasar hingga pendidikan menengah, dan mendirikan Universitas Humboldt Berlin. Dia memberlakukan standarisasi ujian negara dan inspeksi dan membentuk departemen khusus dalam kementerian untuk mengawasi dan merancang kurikulum, buku teks dan alat bantu belajar.[10] Model pendidikan Humboldt melampaui pelatihan kejuruan. Dalam sebuah surat kepada raja Prusia, ia menulis: "Tidak dapat disangkal, ada jenis pengetahuan tertentu yang harus bersifat umum dan, yang lebih penting, pengembangan pikiran dan karakter tertentu yang siapapun harus memilikinya. Orang-orang jelas tidak bisa menjadi pengrajin yang baik, pedagang, tentara atau pengusaha kecuali, terlepas dari pekerjaan mereka, mereka mempunyai sikap yang baik dan terhormat sesuai dengan kondisi mereka, dengan begitu mereka menjadi manusia dan warga negara yang berpengetahuan luas. Jika dasar ini diaplikasikan melalui pengajaran-pengajaran sekolah, keterampilan kejuruan atau vokasi dengan mudah akan diperoleh di kemudian hari, dan seseorang selalu dapat bebas berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain, seperti yang sering terjadi dalam kehidupan.”[11] Filsuf Julian Nida-Rümelin mengkritik perbedaan antara cita-cita Humboldt dan kebijakan pendidikan Eropa modern, yang secara sempit memaknai pendidikan sebagai persiapan untuk memasuki pasar tenaga kerja. Ia berpendapat bahwa kita perlu memilih antara McKinsey dan Humboldt.[12][13] DiplomatHumboldt sempat menjadi seorang diplomat yang sukses antara tahun 1802 dan 1819. Dia menjadi menteri berkuasa penuh Prussian di Roma dari tahun 1802, duta besar di Vienna dari tahun 1812 selama perang Napoleon. Di kongres Praha tahun 1813, ia mempunyai peranan penting dalam menyusun persekutuan Austria dengan Prussia dan Russia melawan Napoleon. Ia juga merupakan penandatangan perjanjian damai di Paris dan perjanjian antara Prusia dan Saxony yang telah dikalahkan (1815), dan pada kongres di Aachen pada tahun 1818. Namun, kebijakan pemerintah Prusia yang semakin reaksioner membuatnya mundur dari kehidupan politik pada tahun 1819. Sejak saat itu ia mengabdikan dirinya hanya untuk sastra dan studi.[14] LinguisWilhelm von Humboldt juga seorang linguis. Dia mempelajari bahasa Basque dan menterjemahkan pujangga Yunani kuno Pindar dan Aeschylus ke bahasa Jerman. Karya Humboldt sebagai filolog untuk bahasa Basque lebih berdampak daripada pekerjaan lainnya. Kunjungannya ke Negeri Basque menghasilkan buku Researches into the Early Inhabitants of Spain by the help of the Basque language (1821). Dalam karyanya, Humboldt, dengan mempelajari nama tempat, berusaha membuktikan bahwa penutur bahasa yang serumpun dengan Basque pernah mendiami Spanyol, Prancis Selatan dan Kepulauan Balear. Orang tersebut dia tentukan sebagai "orang Iberia" yang disebut penulis masa klasik Romawi. Dia menambah bahwa orang Iberia tersebut ada hubungan dengan orang Berber di Afrika Utara. Walau karya perintis Humboldt sudah diganti oleh linguistik dan arkeologi modern, kini pun masih ada orang yang mengutipnya tanpa berpikir kritis. Tahun 1834, Humboldt, dalam buku yang sedang ditulisnya, Über die Kawi-Sprache auf der Insel Java ("Mengenai bahasa Kawi di pulau Jawa", 1836-39) menciptakan nama "Melayu-Polinesia" untuk menyebut rumpun bahasa yang bertebar dari pulau Madagaskar di barat sampai pulau Paskah di timur. Humboldt meninggal saat sedang menulis karya agungnya mengenai bahasa Kawi. Namun kata pengantar buku ini diterbitkan tahun 1836 dengan judul Heterogeneitas Bahasa dan Pengaruhnya atas Perkembangan Intelektual Manusia. Buku ini membahas filsafat wacana:
Humboldt dianggap linguis Eropa pertama yang melihat bahwa bahwa bahasa adalah suatu sistem yang diatur, daripada hanya sekumpulan kata dan kalimat yang bermakna. Wawasan ini adalah salah satu asas teori bahasa Noam Chomsky. Chomsky sering mengutip penguraian Humboldt tentang bahasa sebagai sistem yang "makes infinite use of finite means", yang berarti bahwa dengan jumlah peraturan tata bahasa yang terbatas, kita dapat menciptakan jumlah kalimat yang tak terbatas. Tilman Borshe, seorang pakar tentang Humboldt, melihat perbedaan yang mendalam antara wawasan Humboldt dan Chomsky mengenai bahasa.[15] Belakangan ini Humboldt juga dianggap sebagai pengucap hipotesis "relativitas linguistik", yang lebih dikenal dengan nama "hipotesis Sapir–Whorf, seratusan tahun sebelum Edward Sapir dan Benjamin Whorf. Namun pandangan Humboldt atas perbedaan antara bahasa lebih canggih dan tidak sekaku itu. Sources
Lihat pulaCatatanWorks by Humboldt
Works by other authors
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Wilhelm von Humboldt. Wikisumber memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:
Wikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: Wilhelm von Humboldt.
|