Tri-iodotironina (bahasa Inggris: 3,3′,5-triiodo-L-thyronine, T3 radioimmunoassay, T3) adalah salah satu hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid. T3 merupakan salah satu dari hormon tiroid pleiotropik[1] yang dibentuk oleh proses proteolisis intraselular dari tiroglobulin dengan berat molekul sebesar 651.0 dan rumus bangun C15H12I3NO4. Di dalam sel kelenjar tiroid, residu tirosina pada tiroglobulin teryodiumasi, sehingga tiroglobulin terhidrolisis menjadi pecahan asam aminonya, antara lain menjadi tetra-iodotironin(T4), T3, diiodotirosina (DIT) dan monoiodotirosina (MIT).[2] Keempat hormon ini disebut hormon tiroid (bahasa Inggris: tiroid hormone, TH).
T4 yang disebut tiroksin, bersama-sama T3 dibawa menuju sel target di seluruh tubuh oleh protein pengusung. Karena T3 dan T4 bersifat lipofilik, kedua hormon dapat masuk ke dalam membran sel dengan mudah.
Hormon T4 akan dikonversi menjadi T3 sesaat setelah berada di dalam sitosol. Oleh sebab itu, hanya hormon T3 yang masuk ke dalam inti sel dan terikat dengan protein pencerap inti sel, dan pada gilirannya, keduanya akan terikat pada elemen respon hormon pada deret DNA, dan mendorong metabolisme energi di dalam mitokondria.[3]
Ikatan tersebut akan mengaktivasi transkripsi sel dan memicu produksi RNA-kurir. Sekresi mRNA akan diterima oleh ribosom yang berada di luar sel untuk memproduksi protein tertentu.[4]
T3 sangat dibutuhkan dalam regulasi laju metabolisme basal, terdapat 4 jaringan utama yang sangat peka terhadap perubahan kadar T3, yaitu hati, ginjal, jantung dan otot lurik.[5] T3 terbukti menyebabkan peningkatan laju konsumsi oksigen dan reaksi eksoterm di berbagai jaringan tubuh, kecuali limpa, otak dan kelenjar seks. T3 juga memberikan stimulasi bagi metabolisme yang mengurai glukosa, lemak dan protein dengan memicu peningkatan berbagai enzim metabolis seperti glukosa-6 fosfatase dan heksokinase yang diproduksi hati, dan merupakan enzim bagi mitokondria untuk meningkatkan fosforilasi oksidatif.[6] Kelebihan konsentrasi T3 dalam darah dapat bersifat toksik bagi beberapa organ, terutama hati.[7]
Senyawa organik yang dapat meningkatkan kadar T3 antara lain: pil KB, clofibrate, estrogen, methadone, prostaglandin F-2 alfa,[8] sedangkan yang dapat menurunkan kadar T3 antara lain anabolik steroid, androgen, antithyroid drugs (seperti propylthiouracil dan methimazole), litium, phenytoin, propranolol. Senyawa lain seperti interferon-α, interleukin-2, phenytoin bahkan dapat menurunkan kadar T4.[9] Lintasan metabolik katabolisme T3 dan T4 dapat dipercepat dengan sorafenib,[10] hingga menimbulkan simtomahipotiroidisme.
^(Inggris)"T3". Medline Plus. Diakses tanggal 2010-02-26.
^(Inggris)"Sorafenib-Induced Hypothyroidism Is Associated with Increased Type 3 Deiodination". Departments of Endocrinology and Metabolism and Oncology, Leiden University Medical Center, Department of Nuclear Medicine University of Würzburg, Department of Internal Medicine, Erasmus University Medical Center, 3015 CE Rotterdam, Abdulrahman RM, Verloop H, Hoftijzer H, Verburg E, Hovens GC, Corssmit EP, Reiners C, Gelderblom H, Pereira AM, Kapiteijn E, Romijn JA, Visser TJ, Smit JW. Diakses tanggal 2010-07-22.