Nama Taufik Adam mulai dikenal luas melalui perannya sebagai Komposer dalam karya musik bertajuk ‘Balayia’ yang berkolaborasi dengan Ensemble Modern (Frankfurt, Jerman).dalam Project Ruang Suara. Karya tersebut dipentaskan pada acara Frankfurt Lab 2015 dan Holland Festival pada tahun 2017.[1] Taufik Adam juga memprakarsai sebuah Band Metal yang berkolaborasi dengan musisi dari tiga benua dan tiga negara. Band yang diberi nama Sirangkak tersebut beranggotakan Taufik Adam (Indonesia), Aaron Schreiber (North Carolina), Jeremy Hambrick (USA), Sebastian Marino (Italy), Brett A. Jorgensen (USA).[2] Selain sebagai KomponisInternasional, Taufik Adam juga aktif berkesenian di dalam negeri. Ia bahkan pernah menjadi komposer dalam acara Opening CeremonyInternasional Gamelan Festival (2018) yang diprakarsai oleh Garin Nugroho dan Rahayu Supanggah.[3][4][5]
Selain sebagai Komponis dan Seniman, Taufik Adam juga merupakan seorang Kurator musik. Ia pernah menjadi kurator dalam acara Festival Musik Nusantara (2021)[6] Lake Toba Tradisional Music Festival (2021).
Riwayat Hidup
Kehidupan Awal
Lahir pada 29 Agustus 1975 di Padang Panjang, Taufik Adam merupakan putra dari seorang Komponis ternama Minangkabau, Akhyar Adam. Ia merupakan anak ke tiga dari lima bersaudara. Taufik Adam memiliki saudara diantaranya Alhamra, Hidayati, Yuhelza,Fatmi, Rahmat Hidayat. Ayahnya merupakan seorang seniman sekaligus Dosen Musik dan salah satu pendiri Akademi Seni Karawitan (ASKI) yang saat ini benama Institut Seni Indonesia Padang Panjang, serta masih satu keturunan dari Ulama besar MinangkabauSyekh Adam Balai-balai.
Taufik Adam mengenal seni sejak kecil dari beberapa paman serta tantenya yang juga merupakan seniman ternama yaitu Boestanul Arifin Adam, Huriah Adam, dan Irsyad Adam. Sejak kecil Taufik Adam diajarkan oleh ayahnya untuk menjadi seorang seniman yang bijak, tidak hanya berkarya, tetapi memiliki etiket profesional yang baik serta moralitas yang tinggi. Hal tersebut sesuai dengan ajaran Adat Minangkabau dimana ia lahir dan dibesarkan. Ayahnya juga mengajarkan untuk “batampek-tampek” dalam menhadapi segala permasalahan yang muncul agar menjadi manusia yang lebih objektif dalam menilai segala sesuatu. Baginya menjadi seorang seniman harus netral dalam menilai segala sesuatu tanpa adanya keberpihakan.
Perjalanan Musikal
Lahir dan besar di lingkungan keluarga seniman membuat Taufik Adam sangat bergairah untuk mendalami kesenian, mulai dari musik tradisi Minangkabau hingga musik barat. Saat menginjak remaja, Taufik Adam memilih untuk memasuki Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) untuk menimba ilmu dari berbagai disiplin ilmu kesenian. Ia mendapatkan banyak pengetahuan serta pengaruh dari berbagai seniman Sumatra yang menempuh Pendidikan di sekolah tersebut.
Tak hanya dalam berkesenian, Taufik Adam juga mendapatkan banyak pelajaran hidup dari teman-teman sejawatnya pada saat menempuh Pendidikan di SMKI Padang. Hal ini membuat semangatnya semakin berapi-api untuk belajar serta berkarya. Selain berkarya sebagai seniman tradisi, Taufik Adam juga sempat membentuk beberapa Band konvensional yang berkiprah di lingkup lomba serta festival band di Sumatera Barat.
Setelah menyelesaikan Pendidikan di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Padang, Taufik Adam hijrah ke Ibukota. Pada tahun 1995 ia dibawa oleh Gusmiati Suid untuk menjadi pemusik dalam kelompok tari Gumarang Sakti Dance Company. Sejak saat itu ia mulai berkarya secara professional serta mengenal berbagai kesenian nusantara,dari Sabang Sampai Merauke
Pada tahun 1996 Taufik Adam kembali ke Padang Panjang untuk menempuh Pendidikan di Akademi Seni Karawitan Indonesia (sekarang bernama Institut Seni Indonesia Padang Panjang). Ia merupakan Angkatan terakhir sebelum kampus tersebut berubah nama menjadi Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI). Belum selesai dengan pendidikannya di ASKI Padang Panjang, Taufik Adam memilih untuk kembali merantau ke Jakarta dan berproses dengan seniman-seniman yang ada di Taman Mini Indonesia Indah. Menurutnya saat itu lingkungan Pendidikan di ASKI Padang Panjang tidak mendukung untuk berkembang. Hal ini disebabkan oleh beberapa tenaga pengajar ASKI pada saat itu pindah ke luar kota bahkan luar negeri dengan berbagai alasan.
Setelah dua tahun berproses di Taman Mini, pada tahun 2001 Taufik Adam lalu pindah ke daerah Ciputat dan memulai proses berkesenian dengan menjadi Komposer Musik komunitas Teater Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Industri Film
Nama Taufik Adam di Industri Perfilman mulai mencuat semenjak ia membantu pembuatan musik di film Pasir Berbisik (2001) arahan Nan Achnas. Ia ditunjuk oleh Thoersi Argeswara untuk mengisi beberapa bagian skor dalam film tersebut. Tidak berhenti disitu, ia kemudian ditunjuk oleh Embie C. Noer untuk mengisi beberapa skor musik di film Doaku Harapanku Season 2 (2003) arahan Ahmad Yusuf. Sebagai penata musik film, Taufik Adam telah mengerjakan skor musik pada beberapa film seperti Baik Baik Sayang (2011) arahan Iding Sunadi, Perempuan Sasak Terakhir (2012) arahan Sandi Amaq Rinjani dan Sepeda Presiden (2021) arahan Garin Nugroho.
Karya Internasional
Karir Taufik Adam sebagai musisi sekaligus komposer internasional dimulai saat ia bergabung sebagai pemusik dalam grup saudaranya Muhammad Ikhlas (Cilay) yang merupakan putra dari Huriah Adam. Bersama saudaranya dalam grup Cilay Ensemble (2002), Taufik Adam melakukan beberapa pertunjukan musik di seluruh dunia seperti Jerman, Inggris dan lain-lain. Selanjutnya Taufik Adam mencoba berdiri di kaki sendiri dengan berkontribusi menjadi Komposer dalam acara Peringatan Hari Kemerdekaan Brunei Darussalam yang ke-19 (2003).
Beberapa tahun berikutnya Taufik Adam Terpilih untuk ikut dalam sebuah project yaitu Ruang Suara. Project tersebut terdiri dari beberapa Komponis dari seluruh Indonesia seperti duo Senyawa (Wukir Suryadi dan Rully Shabara), Dewa Ketut Alit, M. Arham Aryadi, Gema Swaratyagita, Stevie Jonathan Sutanto, Joko Winarko, Gatot Danar Sulistiyanto dan Taufik Adam. Ia bersama Ensble Modern dalam Project Ruang Suara melakukan pentas pertamanya dalam acara Frankfurt Lab 2015 dan Holland Festival (2017). dengan sebuah karya yang berjudul ‘Balayia’.
Tak berhenti sampai disitu, sekembalinya dari Holland Festival nama Taufik Adam kembali meledak di Indonesia. Ia diundang dalam berbagai acara bertaraf Internasional yang ada di Indonesia. Beberapa diantaranya adalah Payakumbuah Botuang Festival (2017), Padang Indian Ocean Music Festival (2017), dan International Gamelan Festival (2018).
Pada tahun 2020 Taufik Adam membentuk sebuah Band Metal yang berkolaborasi dengan musisi dari tiga benua dan tiga negara. Band yang diberi nama Sirangkak tersebut beranggotakan Taufik Adam (Indonesia), Aaron Schreiber (North Caroline), Jeremy Hambrick (USA), Sebastian Marino (Italy), Brett A. Jorgensen (USA). Band tersebut dibentuk atas inisasi dari Taufik Adam dan melakukan proses produksi hingga release secara online. Sirangkak telah mempunyai empat Single yang dirilis pada platform YouTube, Spotify,dan ITunes.
Kemudian pada tahun 2021 Taufik Adam kembali diundang dalam acara International Ethnic Music Festival untuk memperkenalkan karya terbarunya. Dalam acara yang diadakan oleh Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta tersebut Taufik Adam menyajikan dua komposisi barunya yang diberi judul Neo Ratok Suayan dan Terdampar.
Kehidupan Pribadi
Taufik Adam dikenal sebagai seniman, musisi, sekaligus komposer yang dekat dengan lingkungan sosial disekitarnya. Ia dapat melebur dengan berbagai kalangan mulai dari kelas bawah, menengah, hingga golongan eksklusif sekalipun. Dalam bersosial Taufik Adam tidak pernah memandang status, kasta bahkan strata seseorang, tetapi ia lebih mengedepankan semangat berproses serta attitude orang-orang di sekitarnya. Hal ini membuat ia gampang berbaur dengan seniman bahkan orang-orang di luar ranah berkesenian.
Bagi Taufik Adam proses dalam berkreatifitas sangatlah luas dan tidak mempunyai batasan. Hal ini lah yang membuat seorang Taufik Adam terkenal ‘haus’ serta ‘liar’ dalam berkarya. Ia juga dikenal sebagai sosok panutan dalam berkesenian. Berbagai bantuan serta dorongan ia berikan kepada musisi hingga seniman muda untuk terus berkarya. Tidak sedikit diantaranya yang berhasil, salah satunya adalah Wali Band, dimana para personil dari band tersebut merupakan muridnya saat berproses di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.