Sunggal, Deli Serdang
SejarahSebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1945, Kecamatan Sunggal merupakan daerah kedatukan yang bernama Kedatukan Serbanyaman yang dikepalai oleh seorang datuk yang tunduk kepada Kesultanan Deli. Sejak berdirinya Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kekuasaan Datuk Serbanyaman berubah menjadi asisten wedanan yang tunduk kepada wedanan Deli Hilir yang berkedudukan di Labuhan Deli. Sebelum perluasan Kota Medan pada tahun 1972, Kecamatan Sunggal terdiri dari 30 desa dengan luas ± 171 km² dan selanjutnya berubah menjadi 19 Desa dengan luas ± 92,52 km². Pada tahun 1986, wilayah Kecamatan Sunggal terkena perluasan Kota Binjai dan hingga saat ini Kecamatan Sunggal terdiri dari 17 (tujuh belas) desa, 162 dusun, 284 RW, 584 RT, dan 68.722 KK.[4] GeografiKecamatan Sunggal berada di wilayah Kabupaten Deli Serdang. Terletak pada dan batas administratif wilayah Kecamatan Sunggal berbatasan dengan beberapa kecamatan yang ada di Kota Medan dan berbatasan juga dengan Kota Binjai. Kecamatan Sunggal merupakan salah satu daerah penyangga terhadap kebutuhan ekonomi Kota Medan dan Kota Binjai, dan juga merupakan wilayah hinterland (kota satelit) yang berbatasan langsung dengan Kota Medan dan Kota Binjai.[5] Batas wilayahAdapun mengenai batas administrasi Kecamatan Sunggal adalah sebagai berikut:[5]
Wilayah administratifKecamatan Sunggal terbagi menjadi 17 desa.[6] Nama-nama desanya yaitu:[7] DemografiSuku bangsaKecamatan Sunggal, di Kabupaten Deli Serdang berada di dataran rendah, yang dominan menggunakan adat-istiadat suku Melayu. Suku bangsa lain juga banyak di kecamatan ini, sehingga masyarakat Sunggal terdiri dari berbagai suku bangsa. Adapun suku bangsa yang umumnya berada di kecamatan ini adalah suku Melayu, Batak, Jawa, Tionghoa, India, dan lain-lain.[8] AgamaPada tahun 2024, jumlah penduduk kecamatan Sunggal sebanyak 251.348 jiwa. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri 2024 mencatat bahwa masyarakat kecamatan Sunggal mayoritas memeluk agama Islam yakni 72,06%, kemudian Kristen 26,13%, dimana Protestan 23,57% dan Katolik 2,56%. Selebihnya merupakan pemeluk agama Buddha yakni 1,54% Hindu 0,24%, dan Konghucu serta Kepercayaan 0,03%.[2] Referensi
|