Stasiun ini diresmikan bersamaan dengan pembukaan jalur kereta api Tarik–Sidoarjo pada 16 Oktober 1880,[3] dan ditutup ditutup mulai 1972. Pada masa-masa Agresi Militer Belanda I, stasiun ini menjadi saksi bisu perjuangan kemerdekaan Indonesia. Hubungan kereta api di lintas Mojokerto–Sidoarjo sempat terputus dan banyak kereta api yang berhenti di stasiun ini ditembaki dari udara. Warga yang tinggal di lokasi kejadian harus diungsikan di Jombang, Kediri, Malang, dan daerah-daerah sekitarnya.[4]
Pada tahun 2009, jalur ini bersama dengan Stasiun Tulangan selesai direaktivasi.[5] Walaupun peluncuran KRD Jenggala yang melewati jalur ini dilakukan pada 12 November 2014, stasiun ini tidak ikut diaktifkan karena pertimbangan okupansi penumpang yang minim di daerah-daerah sekitarnya.[6] Bangunan stasiun ini masih utuh, tetapi terlihat kurang terawat.
Galeri
Tampak depan Stasiun Prambon
Bangunan gudang yang terletak di timur bangunan Stasiun Prambon
Tampak luar bangunan stasiun beserta gudang
Referensi
^Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).
^Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken.Pemeliharaan CS1: Format tanggal (link)
^Nasution, A.H. (1978). Sekitar perang kemerdekaan Indonesia: Periode Linggajati. Bandung: Angkasa. hlm. 351–354.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)