Sheila on 7 adalah grup musikrock alternatifIndonesia asal Yogyakarta. Didirikan oleh sekelompok pelajar SMA pada 6 Mei 1996, grup musik ini sekarang beranggotakan Akhdiyat Duta Modjo (Duta), Eross Candra (Eross), dan Adam Muhammad Subarkah (Adam). Mereka telah beberapa kali berganti anggota sejak dibentuk dengan formasi Duta (vokal), Saktia "Sakti" Ari Seno (gitar), Eross (gitar), Adam (gitar bas) dan Anton Widiastanto (drum). Anton dikeluarkan pada tahun 2004, kemudian disusul Sakti yang hengkang pada tahun 2006. Selanjutnya, Brian Kresna Putro bergabung sebagai pemain drum tetap dan menggantikan Anton selama 18 tahun hingga akhirnya dikeluarkan pada tahun 2022.
Sheila on 7 adalah band pertama di Indonesia dengan 3 album pertama mereka terjual lebih dari 1 juta kopi di Indonesia dengan album kedua Kisah Klasik untuk Masa Depan (2001) yang berada di peringkat #8 dan Sheila on 7 berada di peringkat #13 dalam daftar album terlaris di Indonesia. Kisah Klasik Untuk Masa Depan menduduki peringkat #1 di Hits Albums of the World dalam Billboard Malaysia. Meskipun telah berkarya jauh sebelum era musik digital, Sheila on 7 berhasil menjadi salah satu dari 10 artis Indonesia terpopuler di Spotify dengan total lebih dari 1 miliar pemutaran.[1]
Karier
Pembentukan
Pada awalnya, Sheila on 7 adalah sekumpulan anak-anak sekolah dari beberapa SMA di Yogyakarta.[2] Formasi pertamanya adalah Duta (vokal) yang berasal dari SMA Negeri 4, Adam (gitar bas) dari SMA Negeri 6, Eross (gitar) dari SMA Muhammadiyah 1, Sakti (gitar) dari SMA De Britto dan Anton (drum) berasal dari SMA Bopkri I. Mereka sepakat untuk membentuk sebuah band dan membawakan lagu-lagu dari grup musik Oasis, U2, Bon Jovi, Guns N' Roses dan lain-lain. Pada waktu itu juga mereka telah memiliki beberapa lagu orisinal karya mereka sendiri, kemudian mereka mencoba untuk memperkenalkan dan membawakan lagu-lagu tersebut dengan penuh rasa percaya diri di berbagai pentas.[2]
Berawal dari Adam dan Sakti yang memiliki grup musik bernama "W.H.Y Gank" mengajak Duta ikut latihan grup musik mereka untuk menjadi vokalis. Duta dipilih berbekal cerita Adam bahwa Adam dan Duta merupakan langganan pengisi acara 17 Agustus di komplek perumahan mereka, Duta menyanyi dan Adam bermain gitar akustik.[3]
Berbicara mengenai "W.H.Y Gank" saat itu Adam dan Sakti masih sering bertukar posisi sebagai bassis dan gitaris tergantung dari lagu yang mereka bawakan. Namun, kebetulan grup musik yang beranggotakan Adam, Sakti, Duta dan seorang penabuh bernama Agung ini belum sempat mencicipi panggung musik. Mereka baru sekadar berlatihan di studio, mengover lagu grup-grup musik ternama dan mengikuti audisi/seleksi untuk bisa tampil di sebuah acara.
Setahun berselang setelah "W.H.Y Gank" sempat vakum beberapa waktu, berkenalanlah mereka dengan Eross—kelak menjadi gitaris mereka. Mereka berempat kemudian memutuskan untuk memulai sebuah grup musik baru dan bertemulah mereka dengan Anton, penabuh drum yang dikenalkan oleh Eross pada saat latihan pertama grup musik ini di studio. Setelah latihan pertama selesai inilah mereka memutuskan untuk menamakan grup musik ini dengan nama "Sheilagank", dan menjadikan tanggal 6 Mei 1996 sebagai hari lahir mereka.
"Sheilagank" sempat malang melintang di pensi-pensi dan festival grup musik SMA se-Jateng DIY selama kurang lebih 2 tahun, hingga pertengahan tahun 1998 akhirnya mereka mendapatkan "kontrak rekaman" pertama mereka dengan pihak label Sony Music Entertainment Indonesia. Mereka kemudian mengubah nama grup musik mereka menjadi "Sheila On 7". Nama "Sheilagank" kemudian digunakan sebagai sebutan bagi pendengar setia karya-karya mereka. "Sheila" sebenarnya diambil dari nama teman SMA Eross yang juga adalah teman SD Adam dan Duta. Awalnya, saat pertama kali Adam dan Eross berkenalan dulu, Adam memanggil Eross dengan panggilan "temannya Sheila ya ?!", dan Eross pun menjawab "kamu temannya Sheila juga ya ?!", sehingga nama tersebut sering kali disebut dalam perbincangan mereka. Sedangkan "On 7" maksudnya adalah "pada 7 nada yaitu do-re-mi-fa-sol-la-si". Sehingga nama "Sheila On 7" kira-kira artinya adalah teman-temannya "Sheila" yang memainkan 7 nada atau memainkan musik.
Kesuksesan di jalur umum
Sejak awal mulanya di kancah musik Indonesia, Sheila on 7 telah menorehkan banyak prestasi, termasuk menjadi satu-satunya grup musik Indonesia yang mampu menjual album fisik lebih dari 1 juta kopi—3 album berturut-turut. Lewat kesuksesan album perdana Sheila On 7 (1999), disusul 2 album lainnya yang meledak di pasaran, Kisah Klasik untuk Masa Depan (2000) dan 07 Des (2002). Pada tahun 2003, mereka merilis soundtrack film pertama mereka OST. 30 Hari Mencari Cinta yang berhasil terjual lebih dari 600.000 kopi dan disusul dengan album keempat Pejantan Tangguh (2004), meskipun tidak sesukses 3 album pertama yang penjualannya mencapai jutaan, album ini mampu terjual lebih dari 450.000 kopi. Karena kesuksesan itu, mereka juga memiliki pendengar setia di negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Brunei. Atas prestasi dan pencapaiannya dengan 3 album terlarisnya, membuat Sheila on 7 sempat diberi julukan sebagai "million copies band" (grup musik sejuta kopi).
Setelah merilis album ketiga 07 Des, Sheila on 7 sempat diterpa sebuah masalah. Masalah yang kala itu muncul adalah tindakan indisipliner. Ketidakdisiplinan dan absennya Anton Widiastanto (drum) dengan alasan cuti dan keinginan Anton untuk liburan selepas Sheila On 7 menjalani tur 30 kota pada awal Agustus 2002. Ketika Sheila on 7 tampil di Sentul, di saat itulah Anton menghilang. Anton merasa dirinya kelelahan dan kecapaian. Kelelahan yang dialami Anton terjadi karena tur panjang yang dilakukannya bersama Sheila on 7. Dengan absennya Anton, membuat Sheila On 7 yang kala itu tampil berempat, memutuskan untuk memakai bantuan additional drummer yaitu Kiki Mirano (drummer Es Nanas & Cannonball) dan Harry Goro (eks drummer KLa Project) yang bergabung sementara untuk menggantikan Anton yang absen. Hal ini pada akhirnya terulang terus menerus hingga Sheila On 7 tampil dalam "A Mild Soundrenaline 2002" dan posisi Anton kala itu diisi oleh Kiki Mirano.
Pada bulan November 2002, Sheila on 7 bersama grup musik papan atas Indonesia, seperti Dewa 19, GIGI, Slank dan Boomerang, tampil dalam festival musik berskala besar yaitu "A Mild Soundrenaline 2002". Festival Musik yang merupakan hasil kerjasama Sampoerna A Mild dengan Deteksi Production ini merupakan festival musik yang menampilkan beraneka macam pengisi acara dari artis-artis dari genre musik pop hingga rok. Pada saat itu, Soundrenaline 2002 diadakan di Lapangan Parkir Timur Senayan, Jakarta. Festival Musik ini berlangsung pada tanggal 2 & 3 November 2002.
Setahun kemudian, Sheila on 7 bersama Dewa 19 dan Slank tampil lagi dalam "A Mild Soundrenaline 2003". Sheila On 7 sempat bernasib kurang beruntung saat memanggung dalam Soundrenaline 2003 yang diadakan di Bandung. Tampil di Bandung, Sheila On 7 justru dihujani lemparan batu dan air mineral sejak menyanyikan lagu pertama. Hal itu sangat berbeda, jika dibandingkan dengan aksi panggung Sheila On 7 saat memanggung di auditorium UPN Jogja (1999–saat rilis album pertama)—yang kala itu ditonton lebih dari 12.000 orang.
Akhir tahun 2003, Sheila on 7 mengisi lagu tema untuk film 30 Hari Mencari Cinta dan merilis album musik tema OST. 30 Hari Mencari Cinta dengan hits single "Melompat Lebih Tinggi" dan "Berhenti Berharap". Dalam album ini, berisi 4 lagu baru dan 6 lagu lama yang diubah menjadi versi lain. Pada tahun 2004, Sheila On 7 merilis album keempat Pejantan Tangguh. Berbeda dengan album ketiga 07 Des, yang mengandalkan alat musik gesek (string section dan orkestra). Dalam album keempat ini, Sheila On 7 mengandalkan alat musik tiup (brass section).
Pada tanggal 18 Oktober 2004, Sheila on 7 berpisah dengan Anton Widiastanto (drum) karena dianggap tidak disiplin menurut Anton Kurniawan (manager Sheila on 7 saat itu). Namun, menurut Anton Widiastanto, dirinya merasa bahwa saat itu dipaksa mengundurkan diri karena adanya sosok personel yang tidak menyukai keberadaan Anton. Sementara itu, Brian Kresna Putro masuk sebagai additional drummer untuk mengisi posisi penabuh drum yang ditinggalkan Anton. Sebelumnya, Brian bergabung dengan grup musik Tiket (2001-2004). Melalui perkenalan Brian dengan Adam (pemain bas Sheila on 7) saat di major label, Brian kemudian direkrut menjadi additional drummer. Brian kemudian tampil bersama Sheila On 7 untuk menyelesaikan tur promo album Pejantan Tangguh di berbagai kota.
Album kompilasi Jalan Terus (2005) menjadi karier rekaman studio pertama Brian bersama Sheila on 7 sebagai additional drummer. Pada tahun ini pula, Sheila on 7 menjalankan turnya bersama Ari Lasso dan ADA Band ke-33 daerah di Indonesia. Awal tahun 2006, Sheila on 7 mendapat kesempatan untuk berpartisipasi dalam perayaan ulang tahun Indosiar yang ke sebelas yang dimeriahkan oleh artis-artis Indonesia seperti Iwan Fals, Radja & ADA Band. Sheila on 7 hadir dalam acara 1 Jam Bersamanya.
Pada bulan Februari 2006, Sheila on 7 berpisah juga dengan Saktia Ari Seno (gitar). Sakti telah dipecat dari Sheila on 7 di tengah proses rekaman album kelima 507 karena keinginan Sakti untuk melanjutkan pendidikannya ke Pakistan dan ingin mendalami ilmu agama. Duta bercerita, pada saat itu Sakti sedang di studio untuk proses take lagu "Radio". Akan tetapi, dari pagi hingga sore hari Sakti tidak mendapatkan hasil apa-apa. Lalu, pada sore hari itu Sakti memilih pamit pulang. 2 hari kemudian, Sakti datang lagi ke studio dan memutuskan untuk dipecat dari Sheila on 7. Namun, Sakti tetap memberikan penampilan terbaiknya lewat petikan gitar akustiknya, tepatnya dalam lagu ciptaan Sakti yang berjudul "Cahaya Terang". Pada saat proses rekaman album 507 sudah rampung dikerjakan dan siap dirilis, Sheila On 7 akhirnya mengangkat Brian menjadi penabuh drum tetap Sheila on 7. Pada tahun ini pula, Sheila on 7 terpilih sebagai salah satu pengisi album Voices from the FIFA World Cup dengan hits singel yang berjudul "Pemenang" dan hanya dirilis di Indonesia dan Malaysia saja. Lagu "Pemenang" menjadi salah satu lagu tema dari Piala Dunia 2006.
Setahun setelah rilisnya album 507, tepatnya pada tahun 2007, Eross bersama Brian dan 2 personel lain, yaitu Helmi (vokal) dan Alam (bas), membentuk proyek sampingan yaitu grup musik Jagostu yang terkenal lewat singel hit "Ampun DJ" dan "Mau Tak Mau". Pada tahun 2008, Sheila on 7 merilis album keenam Menentukan Arah. Album ini merupakan album lanjutan dari album sebelumnya 507 yang telah dirilis pada tahun 2006. Album ini disebut sebagai album kembalinya Sheila on 7 ke panggung hiburan setelah marak berita perpecahan karena beberapa personelnya memiliki kesibukan masing-masing. Dengan dirilisnya singel "Betapa" usai sudah penantian para penggemar Sheila on 7. Singel ini dirilis dalam format RBT dan disusul pemutaran di radio dan TV. Album ini menjadi album pertama Sheila on 7 yang seluruh proses pembuatannya dikerjakan oleh mereka sendiri. Sheila on 7 juga memperkenalkan logo terbaru mereka di album ini.
Pada tahun 2011, Sheila on 7 merilis album ketujuh Berlayar—bukan merupakan "sekuel" dari album sebelumnya meskipun ada konjungtivitas judul di antara keduanya, Menentukan Arah (2008) dengan Berlayar (2011). Untuk memberikan album Berlayar ciri khas, mereka menambahkan sentuhan perkusi pada musiknya—salah satunya seperti dalam lagu "Have Fun". Walaupun didominasi irama medium beatnge-rock, tetapi tabuhan tabla di lagu ini membuatnya lebih ringan didengar. Judul berikutnya "Pasti Ku Bisa" menjadi singel andalan kedua mereka. Dengan gitar Eross yang melodis, petikan bas Adam yang dalam, suara hangat Duta yang renyah dan gebukan drum Brian yang ritmik memberi keunikan tersendiri, sehingga menghasilkan harmonisasi irama khas Sheila on 7 (lebih dikenal dengan istilah Sheila Music). Keistimewaan lain, di album ini ada 2 lagu baru dalam bahasa Inggris, "On The Phone" dan "Perfect Time", yang memberi kesan berbeda—sekali lagi—di tengah dominasi pasar dengan grup-grup musik yang beraliran sama. Album ini telah diganjar sebagai "Best Album" dalam Polling Musik Hai 2011.
Setelah sempat dilanda ketidakpastian, akhirnya album kedelapan Musim Yang Baik resmi dirilis pada 10 Desember 2014. Album ini menjadi album kedelapan sekaligus album terakhir Sheila on 7 bersama Sony Music Entertainment Indonesia. Lagu "Lapang Dada" menjadi lagu utama dalam album ini—berisi 10 lagu yang semuanya baru, dengan semua personel Sheila On 7 menyumbang lagu dalam porsi yang sama di album ini (kecuali Brian). Eross sebagai gitaris tetap menyumbang lagu terbanyak dengan 4 lagu, sedangkan Adam dan Duta masing-masing menyumbang 3 lagu.
Pada album ini, Duta dan kawan-kawannya mencoba mengusir rasa bosan mereka dengan menghadirkan sesuatu yang berbeda. Seperti diketahui kecuali album pertama, semua album yang telah dirilis direkam menggunakan teknologi digital. Maka, di album ini Sheila on 7 mencoba untuk kembali ke era analog. Pada album berikutnya, mereka kabarnya akan berkarier di jalur indie label.
Pada tanggal 26 Januari 2018, Sheila on 7 merilis singel pertama mereka yang berjudul "Film Favorit" di bawah label mereka sendiri bernama 507 Records. Ini juga pertama kalinya mereka melibatkan music director untuk menggarap lagu mereka. "Film Favorit" sendiri merupakan lagu ciptaan Eross Candra (gitar). Eross mengatakan jika lagu ini terinspirasi dari kisah seorang teman dekatnya yang belum berhasil menemukan pasangan hidup. Sementara judul "Film Favorit" dipilih karena menurutnya aksi heroik hanya terjadi di film. Eross juga menyebut bahwa film The Pursuit of Happyness sebagai salah satu film yang menginspirasi lagu ini. Untuk proses perekaman, lagu ini direkam di studio Lahaneross dan hanya membutuhkan waktu 2 hari. Sheila on 7 juga menunjuk Tomo Widayat dan Tama Wicitra untuk membantu mengarahkan proses rekaman
Pada tanggal 9 Mei 2022, Adam selaku manajer Sheila on 7 mengumumkan bahwa Brian Kresna Putro (drum) sudah tidak lagi menjadi anggota Sheila on 7 sejak 6 April 2022.[4] Adam mengatakan bahwa hengkangnya Brian sebelumnya telah diberitahukan kepada kelompok penggemar mereka. Namun, pengumuman ke ranah umum dilakukan belakangan karena dinilai belum mendesak/penting.[5] Brian mengonfirmasi kabar tersebut lewat sebuah postingan Instagram pada tanggal 26 Mei 2022.[6]
Gaya bermusik
Sampai saat ini juga, mereka masih sulit untuk menyebut warna musik apa yang sebenarnya dimainkan. Tetapi satu hal yang jelas adalah bahwa mereka berkeyakinan untuk memainkan "Sheila Music", di mana ide-ide atau kreasi dalam bermusik dimunculkan secara spontan dan menampilkan lirik-lirik yang gampang dicerna serta konsep musik yang sederhana.
Pada awal berdirinya grup ini bernama "Sheila". Tidak lama kemudian, mereka menambahkan kata "Gank", hingga jadilah "Sheila Gank". Namun karena masalah sense, akhirnya nama mereka berganti menjadi "Sheila on 7". "On 7" berarti solmisasi alias 7 tangga nada (do re mi fa sol la si).
Sejak awal grup ini mencoba untuk tampil secara profesional. Dimulai dengan keterlibatan mereka dalam beberapa pentas musik, festival maupun pertunjukan komersial di DIY dan Jawa Tengah, baik di lingkup sekolah, kampus, serta panggung umum. Satu hal yang cukup meyakinkan dan membanggakan adalah keikutsertaan mereka dalam program indie label "Ajang Musikal" (Ajang Musisi Lokal) pada tahun 1997 milik Radio Geronimo 106.1 FM & G-Indie Production yang diinisiasi oleh Teuku Dalin di Yogyakarta, dimana program ini adalah program sindikasi radio yang disiarkan oleh hampir 90 radio swasta di tanah air. Ajang Musikal adalah program radio yang menyiarkan lagu-lagu karya sendiri dari band-band lokal yang belum pernah rekaman komersial.
Dalam program ini mereka mendapat respons yang sangat positif, di mana request dari para pendengar untuk lagu karya mereka sendiri yaitu "Kita", menempatkan mereka selama 3 bulan berturut-turut di tangga lagu Ajang Musikal G-Indie 10 pada bulan Maret, April, dan Mei 1997. Seperti yang di katakan oleh Teuku Dalin: "Sheila Gank punya talenta di mana mereka berani menyodorkan lagu-lagu original di panggung lokal, meskipun saat itu masih sepi tepukan, saya yakin mereka adalah trigger bagi grup-grup band di Jogja untuk dapat tiket rekaman komersial di major label. Menunjuk pada hal tersebut, "Sheila on 7" mampu untuk merefleksikan dirinya dan menjadikannya sebagai tolak ukur untuk ke jenjang yang lebih atas lagi yakni rekaman komersial. Dengan penuh keyakinan pula, Sheila on 7 memberanikan diri untuk menawarkan demotape serta proposal ke label Sony Music Entertainment Indonesia, dan akhirnya kesempatan pun datang dengan dikontraknya Sheila on 7 untuk 8 album dengan sistem royalti.