Shakespeare and Company adalah sebuah toko buku dan perpustakaan yang sekarang bertempat di rue de la Bucherie di La Rive Gauche (Bantaran Kiri atau Tepi Kiri) Sungai Seine, Paris. Nama ini mengacu pada dua tempat yang berbeda dan pada kurun waktu berbeda, tapi sering kali dianggap satu tempat karena memiliki semangat yang sama. Tempat ini dikenal memiliki hubungan baik dengan banyak tokoh sastra, seperti Ernest Hemingway, James Joyce, Allen Ginsberg, Lawrence Ferlinghetti, Gregory Corso, Jean Paul Sartre, dan Simone de Beauvoir.
Riwayat
Sylvia Beach
Sylvia Beach, seorang ekspatriat Amerika,[1] mendirikan Shakespeare and Company di rue Dupuytren pada 1919 karena terilhami oleh toko buku Adrienne Monnier, Les Maison des Amis des Livres.[2] Dua tahun kemudian toko buku itu pindah ke rue de l’Odeon. Usaha Sylvia sempat nyaris bangkrut karena terkena imbas depresi ekonomi. Untuk mengatasi masalah itu, Andre Gide dan Jules Romains melakukan kegiatan penggalangan dana.[2] Pada tahun 1941 toko buku Sylvia tutup pada masa pendudukan Jerman di Prancis.
George Whitman
Pada tahun 1951 George Whitman, seorang veteran perang Amerika, mendirikan sebuah toko buku bernama Le Mistral di rue de la Bucherie.[3] Atas restu Sylvia Beach dan sebagai penghormatan kepadanya, pada tahun 1964 George mengganti nama toko bukunya menjadi Shakespeare and Company.[4] Dari tahun 1966 sampai 1968 toko ini sempat ditutup oleh Perfecture de Police karena masalah surat izin.[2] Tapi, banyak yang menduga hal ini disebabkan oleh pandangan politik George yang anti-Perang Dingin. Pada masa itu banyak pemuda Amerika yang menumpang di Shakespeare and Company untuk menghindari wajib militer ke Vietnam.[5]
Sylvia Whitman
Setelah kematian George Whitman pada tahun 2011, Sylvia Whitman, putrinya yang telah membantu mengurus manajemen toko buku itu sejak tahun 2003, menjabat sebagai kepala pengelola Shakespeare and Company.
Kegiatan
Penerbitan
Shakespeare and Company pernah menjadi kantor penerbitan buku dan majalah sastra. Sylvia Beach memperjuangkan penerbitan Ulysses karya James Joyce. Dia mencarikan juru ketik naskahnya, mempromosikan pesan-beli buku itu pada seluruh relasi Shakespeare and Company, dan menyelundupkan buku itu ke Amerika dengan bantuan koneksi Hemingway.[6] Pada era George Whitman terdapat dua majalah sastra yang alamat kantor redaksinya adalah Shakespeare and Company, yakni Merlin, The Paris Magazine, dan Two Cities.[7] Merlin dianggap menjadi tempat pertama kali Samuel Beckett menerbitkan karyanya. Two Cities disokong oleh Anaïs Nin dan Lawrence Durrell, dan menerbitkan karya Ted Hughes dan Octavio Paz. The Paris Magazine menerbitkan kontribusi dari Lawrence Ferlinghetti, Jean-Paul Sartre, dan Pablo Neruda.
Diskusi dan festival
Sejak era Sylvia Beach Shakespeare and Company sering mengadakan kegiatan sastra. Sylvia sering mengadakan jamuan di tokonya. Pada jamuan itu dia memperkenalkan satu sastrawan pada sastrawan lainnya. Oleh karena itu, ada yang berpendapat bahwa Shakespeare and Company memiliki konsep yang memadukan antara kafe dan literary salon.[1] Salah satu kalangan yang sering berdiskusi di Shakespeare and Company adalah para sastrawan Lost Generation.[8]
Pada era George terdapat acara mingguan yang bernama Sunday Tea Party, acara diskusi, yang pernah melibatkan Dave Eggers, Jonathan Safran Foer, dan Naomi Klein.[4]
Shakespeare and Company sering menggelar acara pembacaan karya. Joyce, Hemingway, Ginsberg, dan William S. Burroughs adalah beberapa sastrawan yang pernah melakukannya di sana.[2][5]
Pada tahun 2003 Sylvia Whitman memprakarsai FestivalandCo, sebuah festival sastra dua tahunan yang diselenggarakan di taman di dekat toko itu. Paul Auster dan Marjane Satrapi adalah beberapa orang partisipannya.[9]
Pada tahun 2010 Shakespeare and Company meresmikan The Paris Literary Prize bagi novel-novel yang belum pernah diterbitkan. Hadiah tertingginya adalah 10.000 euro yang ditajai oleh Yayasan de Groot.[10]
Tumbleweeds
George Whitman sering memperbolehkan orang-orang menumpang di Shakespeare and Company. Sebagai gantinya, mereka diminta untuk membantu menjaga dan memelihara toko, membaca setidaknya satu buku setiap hari, dan sebelum meninggalkan Shakespeare and Company mereka diminta untuk menuliskan otobiografinya selama menumpang di sana. Orang-orang yang menumpang di Shakespeare and Company ini dijuluki tumbleweeds.[11]
Dalam budaya populer
Shakespeare and Company pernah menjadi latar dalam film Before Sunset, Midnight in Paris, dan Julie & Julia.
Shakespeare and Company pernah menjadi subjek dalam dokumenter berjudul Potrait of a Bookstore as an Old Man pada tahun 2003.
Referensi