Ernest Hemingway
Ernest Miller Hemingway (21 Juli 1899 – 2 Juli 1961) adalah seorang novelis, pengarang cerita pendek, dan wartawan Amerika. Gaya penulisannya yang khas dicirikan oleh minimalisme yang singkat dan dengan gaya mengecilkan dari keadaan sebenarnya (understatement) dan mempunyai pengaruh yang penting terhadap perkembangan fiksi abad ke-20. Tokoh-tokoh protagonis Hemingway biasanya stoik, sering kali dilihat sebagai proyeksi dari karakternya sendiri–orang-orang yang harus memperlihatkan "keanggunan di bawah tekanan." Banyak dari karyanya dianggap klasik di dalam kanon sastra Amerika. Hemingway, yang dijuluki "Papa," adalah bagian dari komunitas ekspatriat pada 1920-an di Paris, seperti yang digambarkan dalam novelnya A Moveable Feast. Ia yang dikenal sebagai bagian dari "Generasi yang Hilang," sebuah nama yang diciptakan dan dipopulerkan oleh Gertrude Stein, mengalami kehidupan sosial yang penuh dengan badai, menikah empat kali, dan konon menjalin banyak hubungan romantis semasa hidupnya. Hemingway memperoleh Hadiah Pulitzer pada 1953 untuk The Old Man and the Sea. Ia memperoleh Penghargaan Nobel dalam Sastra pada 1954, meskipun ia mengatakan bahwa ia "akan berbahagia–lebih berbahagia...bila hadiah itu diberikan kepada pengarang yang cantik itu Isak Dinesen," sambil merujuk kepada pengarang Denmark Karen Blixen.[1] Pada 1961, dalam usia 61, ia bunuh diri. Kehidupan awal dan pengalaman menulisErnest Hemingway dilahirkan pada 21 Juli 1899 di Oak Park, Illinois, sebuah suburban dari Chicago. Hemingway adalah anak lelaki pertama dan anak kedua dari enam anak yang dilahirkan dalam keluarga Clarence Edmonds ("Doctor Ed") dan Grace Hall Hemingway. Ayah Hemingway, seorang dokter, menyaksikan kelahiran Ernest dan kemudian meniup sebuah serunai di teras depannya, untuk mengumumkan kepada tetangga-tetangganya bahwa istrinya telah melahirkan seorang bayi lelaki. Keluarga Hemingway tinggal di sebuah rumah bergaya Victoria dengan enam kamar tidur, yang dibangun oleh nenek Ernest dari pihak ibunya yang telah menjanda, Ernest Hall, seorang imigran Inggris dan veteran Perang Saudara yang tinggal bersama keluarga itu. Nama Hemingway diberikan mengikuti nama neneknya. Ibunda Hemingway berbakat menyanyi dan pernah bercita-cita untuk menjadi penyanyi opera dan hidup dengan memberikan pelajaran menyanyi dan musik. Ia seorang yang dominan dan seorang yang saleh dan berpandangan sempit, yang mencirikan etika Protestan yang ketat di Oak Park, yang kelak digambarkan Hemingway mempunyai "halaman yang luas dan pikiran yang sempit."[2] Ibunya ingin melahirkan anak kembar, dan ketika hal itu tidak terjadi, ia mendandani Ernest yang kecil dan saudara perempuannya Marcelline (18 bulan lebih tua) dengan pakaian yang sama dan gaya rambut yang sama pula, sambil berpura-pura bahwa kedua anak itu "kembar". Grace Hemingway lebih jauh memperlakukan anaknya secara feminin pada masa remajanya dengan memanggilnya "Ernestine."[3] (Meskipun hal ini banyak dipemasalahkan oleh para penulis biografi—khususnya Kenneth S. Lynn—harus dicatat bahwa anak-anak lelaki dari kelas menengah keluarga Victorian sering diperlakukan seperti ini.) Sementara ibunya berharap bahwa anaknya akan mengembangkan minat dalam musik, Hemingway mewarsi minat ayahnya yang aktif dalam kegiatan di luar rumah, yaitu berburu dan memancing di hutan-hutan dan danau-danau di Michigan utara. Keluarga itu memiliki sebuah rumah yang dinamai Windemere di Danau Walloon, Michigan dan sering kali melewati liburan musim panasnya di sana. Pengalaman-pengalaman awal dalam hubungan erat dengan alam ini kelak menanamkan dalam diri Hemingway kecintaan yang mendalam dan berlangsung seumur hidup terhadap petualangan di luar rumah dan kehidupan di tempat-tempat di dunia yang umumnya dianggap terpencil atau terisolasi. Hemingway belajar di SMA Oak Park dan River Forest dan di sana ia berhasil baik dalam bidang akademis maupun atletik. Hemingway bertinju dan bermain rugby, serta memperlihatkan bakat yang luar biasa dalam pelajaran sastra Inggris. Pengalaman menulisnya yang pertama adalah menjadi untuk Trapeze dan Tabula, surat kabar dan majalah sastra sekolah. Setelah SMA Hemingway tidak melanjutkan ke sekolah tinggi. Sebaliknya, pada usia 17 tahun ia memulai karier penulisannya sebagai seorang reporter muda untuk The Kansas City Star (1917). Meskipun ia bekerja di koran itu hanya selama enam bulan, sepanjang hidupnya ia menggunakan pedoman dari gaya penulisan Star' sebagai dasar untuk gaya penulisannya: "Gunakan kalimat-kalimat pendek. Gunakan alinea pertama yang singkat. Gunakan bahasa Inggris yang hidup. Bersikaplah positif, jangan negatif."[4] Perang Dunia IHemingway meninggalkan pekerjaannya sebagai reporter setelah hanya beberapa bulan, dan, bertentangan dengan kehendak ayahnya, ia berusaha bergabung dengan Angkatan Darat Amerika Serikat untuk menyaksikan aksi dalam Perang Dunia I. Konon ia gagal dalam ujian kesehatan karena penglihatannya yang buruk (tidak ada catatan tentang hal ini), dan karena itu ia bergabung dengan Korps Ambulans Palang Merah berangkat ke Italia. Dalam perjalanan ke front Italia, ia berhenti di Paris, yang saat itu terus-menerus dibom oleh artileri Jerman. Bukannya tinggal di tempat yang relatif aman di Hotel Florida, Hemingway malah berusaha mencapai arena pertempuran sedekat mungkin. Segera setelah tiba di front Italia, ia menyaksikan kebrutalan perang; pada hari pertama tugasnya, sebuah pabrik amunisi dekat Milano mengalami ledakan. Hemingway harus memunguti potongan-potongan tubuh manusia, umumnya perempuan yang bekerja di pabrik itu. Perjumpaan yang pertama, dan sangat kejam dengan maut ini membuatnya gemetar. Para serdadu yang dijumpainya kelak tidak menolongnya meringankan rasa ngerinya. Misalnya, salah seorang di antara mereka, Eric Dorman-Smith, mengutip baginya satu baris ungkapan dari Bagian Dua dari Henry IV karya Shakespeare: aku tidak peduli, mati hanya satu kali; kita berutang maut kepada Tuhan ... dan biarkanlah hal itu terjadi sesukanya; orang yang mati tahun ini berarti bebas pada tahun depan."[5] (Hemingway sendiri kelak mengutip ungkapan dari Shakespeare yang sama ini dalam cerita-cerita pendek Afrikanya yang terkenal.) Dalam kesempatan lain, seorang serdadu berusia 50 tahun, yang kepadanya Hemingway berkata, "Anda troppo vecchio untuk perang ini, Pak," menjawab, "Saya dapat mati seperti siapa saja."[6] ("troppo vecchio" berarti "terlalu tua " dalam konteks ini) Di front Italia pada 8 Juli 1918, Hemingway terluka ketika sedang mengirim pasokan kepada tentara, hingga kariernya sebagai pengemudi ambulans pun berakhir. Rincian persisnya tentang serangan ini dipertikaikan, tetapi Hemingway pasti terkena pecahan mortir parit Austria yang meninggalkan potongan-potongannya di kedua kakinya, dan oleh sebuah rentetan tembakan senapan mesin. Karena itu ia dianugerahi Medali Perak (medaglia d'argento) dari pemerintah karena, sementara terluka, ia menyeret seorang serdadu Italia yang telruka hingga ke tempat aman. Setelah pengalaman ini, Hemingway dirawat di sebuah rumah sakit Milano yang dikelola oleh Palang Merah Amerika. Di rumah sakit itu tidak banyak yang dapat dilakukannya sebagai hiburan. Hemingway sering kali minum-minum dan membaca surat kabar untuk melewatkan waktu. Di situ pulalah ia bertemu dengan Suster Agnes von Kurowsky dari Washington, D.C., salah seorang dari 18 perawat yang masing-masing merawat empat pasien. Hemingway jatuh cinta kepada Suster Agnes, yang usianya lebih dari enam tahun lebih tua daripadanya, tetapi hubungan mereka tidak berlanjut. Setelah ia kembali ke AS, Suster Agnes jatuh cinta dan menikah dengan lelaki lain. Kejadian-kejadian ini memberikan ilham dan kemudian dijadikan fiksi dalam salah satu novel pertama Hemingway, A Farewell to Arms. Kegiatan menulis setelah Perang Dunia INovel-novel pertama dan karya-karya awal lainnyaSetelah Perang Dunia, Hemingway kembali ke Oak Park. Merasa diusir dari Amerika Serikat sebagian karena larangan minuman keras, pada 1920 ia menerima pekerjaan di Toronto, Ontario pada Toronto Star. Ia bekerja di sana sebagai penulis bebas, penulis staf, dan koresponden asing. Di Toronto inilah Hemingway bersahabat dengan rekan wartawan Star Morley Callaghan. Callaghan telah mulai mengarang cerita-cerita pendek pada saat ini dan memperlihatkannya kepada Hemingway, yang memujinya sebagai karya yang indah. Callaghan dan Hemingway belakangan bersatu kembali di Paris. Ernest tinggal dekat bagian utara Chicago (1920 hingga 1921), bekerja untuk sebuah surat kabar kecil Pada 1921, Hemingway menikah dengan istri pertamanya, Hadley Richardson. Bulan September, ia pindah ke apartemen lantai empat yang sempit di 1239 North Dearborn dekat bagian utara Chicago yang kumuh. Gedung ini masih berdiri sekarang dengan plakat di depannya yang berbunyi "Apartemen Hemingway." Hadley merasa apartemen itu gelap dan meresahkan dan, sebagian karena alasan ini, suami-istri Hemingway memutuskan untuk tinggal di luar negeri untuk sementara waktu. Pada Desember 1921 Hemingway meninggalkan Chicago dan Oak Park untuk selama-lamanya. Atas nasihat Sherwood Anderson, mereka menetap di Paris, dan di sana Hemingway meliput Perang Yunani-Turki untuk Star. Setelah kembalinya Hemingway ke Paris, Anderson memberikan kepadanya surat perkenalan untuk Gertrude Stein. Stein menjadi mentornya dan memperkenalkannya kepada "Gerakan Modern Paris" yang saat itu berlangsung di Wilayah Montparnasse; inilah permulaan dari lingkaran ekspatriat Amerika yang belakangan dikenal sebagai Generasi yang Hilang, sebuah istilah yang diciptakan oleh Stein. Mentor Hemingway lainnya yang berpengaruh adalah Ezra Pound,[7] pendiri imagism. Hemingway belakangan mengenang kelompok ini dan berkata, "Setengah waktu Ezra benar, dan bila dia keliru, dia keliru sekali hingga kita tidak akan ragu sedikit pun tentang hal itu. Gertrude selalu benar."[8] Kelompok ini sering kali mengunjungi toko buku Sylvia Beach, Shakespeare & Co., di 12 Rue de l'Odéon. Setelah penerbitan tahun 1922 dan dilarangnya karya rekan mereka dari Amerika James Joyce, Ulysses, Hemingway menggunakan sahabat-sahabatnya yang berbasis di Toronto untuk menyelundupkan novel-novel itu ke Amerika Serikat. Buku pertama Hemingway sendiri, yang berjudul Three Stories and Ten Poems (1923), diterbitkan di Paris oleh Robert McAlmon. Pada tahun yang sama, ketika ia kembali sebentar ke Toronto, anak lelaki pertama Hemingway dilahirkan. Hemingway meminta Gertrude Stein untuk menjadi ibu serani John. Karena sibuk mengasuh keluarga, Hemingway menjadi bosan dengan Toronto Star dan mengundurkan diri pada 1 Januari 1924. Debut sastra Hemingway di Amerika dimulai dengan penerbitan kumpulan cerita pendeknya In Our Time (1925). Sketsa yang kini menjadi antar-bab dari versi Amerikanya mulanya diterbitkan di Eropa sebagai In Our Time (1924). Karya ini penting bagi Hemingway, karena mengukuhkan kembali kepadanya bahwa gaya minimalisnya dapat diterima oleh komunitas sastra. "Big Two-Hearted River" adalah cerita terbaik dari kumpulan ini. Pada April 1925, dua minggu setelah diterbitkannya The Great Gatsby, Hemingway berjumpa dengan F. Scott Fitzgerald di Dingo Bar. Fitzgerald dan Hemingway mulanya bersahabat karib, sering kali minum dan berbincang bersama. Mereka sering tukar-menukar naskah, dan Fitzgerald banyak menolong perkembangan karier Hemingway serta penerbitan kumpulan cerita-ceritanya yang pertama, meskipun belakangan hubungan mereka mendingin dan menjadi lebih kompetitif. Namun istri Fitzgerald, Zelda, sejak awal tidak suka terhadap Hemingway. Dengan terang-terangan ia menggambarkan Hemingway sebagai orang yang “penuh kepura-puraan” dan “palsu seperti cek karet” serta menyatakan bahwa kepribadiannya yang macho hanyalah sebuah kedok. Ia pun merasa sangat yakin – hingga pada tingkat yang tidak rasional – bahwa Hemingway adalah seorang homoseksual dan menuduh suaminya menjalin hubungan cinta dengannya. Apakah pertimbangan Zelda Fitzgerald tentang hubungan antara kedua orang itu benar atau tidak, sejumlah sumber mengatakan bahwa homofobia Hemingway yang tercatat dengan baik dan serangan-serangannya yang banyak diajukan kepada orang-orang yang terang-terangan homoseksual, seperti misalnya Jean Cocteau, adalah suatu tindakan berlebih-lebihan untuk menutupi homoseksualitasnya sendiri. Dalam salah satu contohnya, sebuah anekdot yang dikisahkan oleh Hemingway telah membuat Cocteau marah dan menuduh Radiguet (yang dikenal di kalangan sastra Paris sebagai "Monsieur Bébé") dekaden dengan hubungan gelapnya dengan seorang model: "Bébé est vicieuse. Il aime les femmes." ("Baby tak bermoral. Ia suka perempuan." [Perhatikan adjektiva feminin yang digunakan di sini]). Radiguet, demikian menurut Hemingway, menggunakan seksualitas untuk memajukan kariernya, karena sebagai penulis "yang tahu bagaimana memajukan kariernya bukan hanya dengan pena tetapi juga dengan pensil," sebuah Referensi yang sensasional kepada penis.[9][10] Kemarahan yang jelas terhadap Cocteau dan Radiguet (yang hubungannya sangat diperdebatkan dalam sumber-sumber lainnya) memperlihatkan kebencian yang inheren terhadap kaum homoseksual yang juga merupakan tema sentral dari banyak cerita pendeknya, termasuk "The Sea Change".[11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] Hubungan ini dan malam-malam panjang sambil minum-minum memberikan ilham bagi novel pertama Hemingway yang suksesThe Sun Also Rises (1926). Ia hanya membutuhkan enam minggu untuk menyelesaikannya di restoran favoritnya di Montparnasse, La Closerie des Lilas. Novel ini, yang isinya setengah-biografis karena mengikuti sekelompok ekspatrian Amerika di Eropa, sukses dan dipuji oleh para kritikus. Sementara Hemingway mulanya mengklaim bahwa novel adalah bentuk kuno sastra, ia tampaknya diilhami untuk menulis novel setelah membaca naskah Fitzgerald untuk The Great Gatsby. Hemingway bercerai dengan Hadley Richardson dan menikahi Pauline Pfeiffer, seorang Katolik yang saleh dari Piggott, Arkansas, pada 1927. Hemingway sendiri pada saat ini beralih menjadi Katolik. Tahun itu bukunya Men Without Women, sebuah kumpulan cerita pendek diterbitkan. Isinya memuat "The Killers", salah satu cerita Hemingway yang paling terkenal dan paling sering dimuat dalam antologi. Pada 1928, ayah Hemingway, Clarence, yang mengidap diabetes dan dilanda masalah-masalah keuangan, melakukan bunuh diri dengan sebuah pistol tua dari old masa Perang Saudara. Tindakannya ini sangat melukai Hemingway. Ia segera berangkat ke Oak Park untuk mengatur pemakamannya dan menimbulkan kehebohan karena ia mengungkapkan gagasan Katolik bahwa orang yang bunuh diri akan masuk ke neraka. Pada saat yang hampir bersamaan, Harry Crosby, pendiri Black Sun Press dan sahabat Hemingway dari masa ia tinggal di Paris, juga membunuh dirinya sendiri. Pada tahun yang sama itu, anak lelaki Hemingway, Patrick, lahir di Kansas City (anak lelakinya yang ketiga, Gregory, dilahirkan beberapa tahun kemudian). Anak itu lahir dengan bedah Caesar setelah ibunya dengan susah payah berusaha melahirkannya. Rincian kejadiannya dimasukkan oleh Hemingway ke dalam bagian penutup dari novelnya, A Farewell to Arms. A Farewell to Arms yang diterbitkan pada 1929, menggambarkan secara terinci kisah cinta antara Frederic Henry, seorang tentara Amerika, dengan Catherine Barkley, seorang perawat Inggris. Novel ini sangat bersifat otobiorafisnya Hemingway sendiri. Plotnya secara langsung diilhami oleh pengalamannya dengan Suster von Kurowsky di Milano; kesakitan yang hebat di saat melahirkan anaknya Patrick oleh istri keduanya, Pauline, mengilhami proses melahirkan Catherine dalam novel tersebut; Kitty Cannell dalam kehidupan nyatanya mengilhami tokoh fiksinya, Helen Ferguson; sang pastor dalam novel ini didasarkan pada Don Giuseppe Bianchi, pastor dari Residem ke-69 dan ke-70 dari Brigata Ancona. Sementara ilham untuk tokoh Rinaldi tidak jelas, yang menarik ialah bahwa ia sudah muncul dalam In Our Time. A Farewell to Arms diterbitkan pada saat ketika buku-buku tentang Perang Dunia I lainnya juga banyak beredar, Her Privates We oleh Frederic Manning, All Quiet on the Western Front oleh Erich Maria Remarque, Death of a Hero oleh Richard Aldington, and Goodbye to All That oleh Robert Graves. Sukses A Farewell to Arms membuat Hemingway mandiri secara finansial. The (First) Forty Nine StoriesBeberapa dari cerita pendek Hemingway yang paling terkenal ditulisnya pada periode setelah perang; pada 1938—bersama-sama dengan satu-satunya drama panjangnya, yang berjudul The Fifth Column—49 cerita-cerita tersebut diterbitkan dalam kumpulan The Fifth Column and the First Forty-Nine Stories. Maksud Hemingway adalah, seperti yang diungkapkannya dalam pengantar kumpulannya, menulis lebih banyak lagi. Banyak dari cerita-cerita yang dimasukkannya dalam kumpulannya ini dapat ditemukan dalam kumpulan lain yang lebih disederhanakan, termasuk In Our Time, Men Without Women, Winner Take Nothing, dan The Snows of Kilimanjaro. Sebagian dari cerita-ceritanya yang penting dalam kumpulan ini termasuk: Old Man at the Bridge, On The Quai at Smyrna, Hills Like White Elephants, One Reader Writes, The Killers dan (barangkalin yang paling terkenal) A Clean, Well-Lighted Place. Sementara cerita-cerita ini agak pendek, buku ini juga memuat cerita-cerita yang lebih panjang. Di antaranya yang paling terkenal adalah The Snows of Kilimanjaro dan The Short Happy Life of Francis Macomber. Hanya satu kumpulan cerita lainnya karya Hemingway yang terbit pada masa hidupnya, Four Stories Of The Spanish Civil War; "The Denunciation" yang memuat cerita yang paling penting. The Nick Adams Stories terbit secara anumerta pada 1972. Apa yang kini dianggap kumpulan definitif dari semua cerita pendek Hemingway diterbitkan dengan judul The Complete Short Stories Of Ernest Hemingway, yang pertama kali dikumpulkan dan diterbitkan pada 1987. Early critical interplayKaryar-karya awal Hemingway laku terjual dan pada umumnya mendapatkan pujian dari para kritikus. Sukses ini membangkitkan kelakuan kasar dan sombong dari Hemingway, bahkan dalam tahun-tahun pembentukan kariernya. Misalnya, ia mulai mengajari F. Scott Fitzgerald bagaimana cara menulis; ia juga mengklaim bahwa novelis Inggris Ford Madox Ford itu lemah syahwat. Hemingway pada gilirannya mendapatkan banyak kritik. Jurnal Bookman menyerangnya sebagai seorang penulis kotor. Menurut Fitzgerald, McAlmon, penerbit bukunya yang pertama yang non-komersial, mengecap Hemingway "seorang fag dan pemukul istri"[18] dan mengklaim bahwa Pauline seorang lesbian (ia konon mempunyai hubungan lesbian setelah perceraian mereka). Gertrude Stein mengkritiknya dalam bukunya The Autobiography of Alice B. Toklas, dan mengatakan bahwa ia mengambil gaya prosanya dari dirinya dan dari Sherwood Anderson.[19] Max Eastman mengecam Hemingway dengan keras. Ia memintanya untuk "keluar dari balik bulu dada palsu itu " (tuduhan-tuduhan ini menyebabkan konfrontasi fisik antara keduanya.). Eastman belakangan menulis sebuah esai yang berjudul Bull in the Afternoon, sebuah satire tentang karya Hemingway Death in the Afternoon. Sisi lain dari kritik Eastman terdiri dari saran bahwa Hemingway mestinya meninggalkan gaya hidupnya yang kesepian, stoisismenya yang membungkam, dan menulis tentang masalah-masalah sosial pada masa kini. Hemingway melakukan hal itu setidak-tidaknya untuk sementara waktu, dalam artikelnya Who Murdered the Vets? untuk New Masses, sebuah majalah kiri, dan To Have dan Have Not menampilkan kesadaran sosial yang meningkat. Tentang kritik-kritiknya, Hemingway berkata, "Kita dapat menulis kapan saja bila orang meninggalkan kita sendirian dan tidak mengganggu. Atau kita dapat menulis bila kita cukup kejam tentang soal ini. Tetapi jelas tulisan terbaik terjadi bila kita sedang jatuh cinta," dalam sebuah wawancara dalam The Paris Review, dengan pendirinya, George Plimpton, pada 1958. Key West dan Perang Saudara SpanyolMengikuti nasihat John Dos Passos, Hemingway pindah ke Key West, Florida dan di sana ia mendirikan rumah pertamanya di Amerika. Dari rumah batunya yang lama —sebuah hadiah pernikahan dari paman Pauline—Hemingway memancing di perairan Dry Tortugas dengan teman lamanya Waldo Peirce, pergi ke bar terkenal Sloppy Joe's, dan sesekali pergi ke Spanyol, untuk mengumpulkan bahan-bahan untuk Death in the Afternoon dan Winner Take Nothing. Death in the Afternoon sebuah buku tentang adu banteng, diterbitkan pada 1932. Hemingway telah menjadi seorang penggemar adu banteng setelah menyaksikan fiesta Pamplona pada 1925, dan mengarang fiksinya dalam The Sun Also Rises. Dalam Death in the Afternoon, Hemingway secara panjang lebar membicarakan metafisika adu banteng: praktik ritualnya, bahkan hampir merupakan agama. Dalam tulisan-tulisannya tentang Spanyol ia dipengaruhi oleh empu Spanyol Pío Baroja (ketika Hemingway memperoleh Penghargaan Nobel, ia pergi mengunjungi Baroja, lalu di tempat tidur kematiannya, secara khusus ia mengatakan bahwa ia berpendapat Baroja lebih berhak untuk penghargaan itu daripada dirinya). Sebuah safari pada musim gugur 1932 membawanya ke Mombasa, Nairobi, dan Machakos di Mua Hills, Kenya. Di Spanyol, ketika menulis laporan tentang Perang Saudara Spanyol, Hemingway memutuskan persahabatannya dengan John Dos Passos karena Dos Passos terus menulis laporan, meskipun berkali-kali menulis peringatan mengenai kekejaman, bukan hanya dari kaum Fasis yang tidak disukai Hemingway, tetapi juga kaum Republikan yang dibela Hemingway ("The Breaking Point: Hemingway, Dos Passos, and the Murder of Jose Robles" oleh Stephen Koch, diterbitkan pada 2005 ISBN 1-58243-280-5) dan The Spanish Civil War (1961) oleh Hugh Thomas). Dalam pandangan ini, Hemingway dihubungkan dengan wartawan Herbert Matthews. Hemingway juga mulai mempertanyakan iman Katoliknya saat ini, dan akhirnya meninggalkan Gereja itu (meskipun sahabat-sahabatnya mengatakan bahwa ia mempunyai “hubungan yang lucu” dengan iman Katolik hingga akhir hayatnya). Cerita "The Denunciation" [1] tampaknya merupakan otobiografinya, dan karena itu menunjukkan bahwa si pengarang pernah menjadi informan bagi kaum Republikan serta pelatih senjata (The Spanish Civil War (1961) oleh Hugh Thomas). Pada tahun 1935 terbit Green Hills of Africa, sebuah kisah tentang safari AFrikanya. The Snows of Kilimanjaro dan The Short Happy Life of Francis Macomber adalah hasil fiksi dari pengalaman-pengalamannya di Afrika. Beberapa masalah kesehatan terjadi dalam hidup Hemingway pada masa ini: infeksi antraks, luka pada bola matanya, luka pada dahinya, flu, sakit gigi, pendarahan; gangguan ginjal karena memancing di Spanyol, otot selangkangan yang robek, jarinya terluka hingga ke tulang dalam sebuah kecelakaan dengan sebuah bola tinju, luka terpotong (di lengan, kaki, dan mukanya) karena menunggang kuda yang lari tidak terkendalikan melalui hutan lebat di Wyoming, dan lengan yang patah karena kecelakaan mobil. For Whom the Bell TollsFrancisco Franco memenangkan Perang Saudara Spanyol pada musim semi 1939. Hemingway kehilangan tanah air adopsinya yang dikuasai oleh kaum nasionalis fasis Franco, dan belakangan juga rumahnya yang tercinta di Key West, Florida karena perceraiannya pada 1940. Beberapa minggu setelah perceraiannya, Hemingway menikahi pendampingnya di Spanyol, Martha Gellhorn, sebagai istri ketiganya. Novelnya For Whom The Bell Tolls terbit pada 1940; karya panjang yang berlangsung selama Perang Saudara Spanyol, yang didasarkan pada kejadian-kejadian sesungguhnya (Perang Saudara Spanyol Hugh Thomas) dan mengisahkan tentang seorang lelaki Amerika yang bernama "Robert Jordan" yang bertempur bersama kaum gerilyawan Spanyol di pihak Republikan. Ini adalah salah satu sukses sastra Hemingway yang paling menonjol. Judulnya diambilnya dari alinea sebelum yang terakhir dari karya John Donne Meditation XVII. Perang Dunia II dan sesudahnyaAmerika Serikat ikut terlibat dalam Perang Dunia II pada 8 Desember 1941, dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Hemingway berusaha ikut serta dalam perang laut. Di atas kapal Pilar, yang kini sebuah Q-Ship, awak Hemingway ditugasi menenggelamkan kapal-kapal selam Jerman yang mengancam pelayaran di lepas pantai Kuba dan Amerika Serikat (Martha Gellhorn selalu menganggap pengejaran di bawah laut ini sebagai alasan Hemingway dan teman-temannya untuk mendapatkan bahan bakar dan minuman keras untuk menangkap ikan). Setelah FBI mengambil alih kontra-spionase di Karibia – J. Edgar Hoover yang sudah sejak awal curiga terhadap Hemingway, dan belakangan menjadi semakin bertambah-tambah – Ernest belakangan pergi ke Eropa sebagai koresponden perang untuk majalah Collier's . Hemingway, yang menjadi koresponden untuk Collier's Weekly, mengamati pendaratan D-Day (Hari-H) dari sebuah LCVP (pesawat pendarat), meskipun ia tidak diizinkan ke daratan. Ia belakangan marah karena istrinya Martha Gellhorn – yang saat itu lebih merupakan koresponden perang saingannya daripada seorang istri – malah berhasil mendarat pagi-pagi sekali pada tanggal 7 Juni dengan berpakaian sebagai seorang perawat, setelah ia menyeberangi Atlantik ke Inggris dengan sebuah kapal yang penuh dengan bahan peledak. Belakangan, di Villedieu-les-Poêles, Prancis, ia konon melemparkan tiga buah granat ke gudang bawah tanah tempat para perwira SS bersembunyi – meskipun cerita ini masih harus dibuktikan. Hemingway bertindak sebagai seorang perwira penghubung tidak resmi di Château de Rambouillet, dan belakangan membentuk kelompok partisannya sendiri, yang, menurut ceritanya, ikut serta dalam pembebasan Paris. Klaim ini telah dibantah oleh banyak sejarahwan, yang mengatakan bahwa satu-satunya yang dibebaskan oleh Hemingway adalah Bar Ritz Hotel; namun tidak diragukan bahwa ia memang berada di sana. Setelah perang, Hemingway mulai mengerjakan The Garden of Eden, yang tak pernah diselesaikannya dan kelak diterbitkan secara anumerta dalam bentuk yang sangat disederhanakan pada 1986. Pada suatu tahap, ia merencanakan sebuah trilogi besar yang akan terdiri dari "The Sea When Young", "The Sea When Absent" dan "The Sea in Being" (yang belakangan akhirnya terbit pada 1952 dengan judul The Old Man and the Sea). Ia tinggal selama beberapa waktu di sebuah kota Italia yang cantik bernama Acciaroli (terletak sekitar 136 km di selatan Napoli. Di sana ia sering kali terlihat berjalan berkeliling kota, dengan sebuah botol selalu di tangannya. Acciaroli terutama sekali dikenal sebagai desa nelayan, dan di sinilah pertama kalinya Hemingway berkenalan dengan ide untuk "The Old Man and the Sea." Hemingway terpesona oleh Antonio Masarone, seorang nelayan tua yang julukan namanya dalam bahasa Italia berarti "Lelaki tua." (Mastracchio) Ada pula cerita "Sea-Chase" (Pengejaran Laut); tiga dari cerita-cerita ini disunting dan dipersatukan sebagai novel yang terbit secara anumerta Islands in the Stream (1970). Tak lama setelah bercerai dengan Martha, Hemingway menikahi koresponden perang, Mary Welsh, yang pernah dijumpainya di luar negeri pada 1944. Novel pertama Hemingway setelah For Whom the Bell Tolls adalah Across the River and Into the Trees (1950), yang terjadi di Venezia setelah Perang Dunia II. Ia mengambil judulnya dari kata-kata terakhir Jenderal Stonewall Jackson. Hemingway yang sedang dimabuk cinta dengan seorang gadis muda Italia (Adriana Ivancich) pada saat itu, menulis Across the River and Into the Trees yang merupakan kisah cinta antara Kolonel Cantwell (berdasarkan Letnan Jenderal Inggris "Chink" Dorman-Smith [lihat Journal of Modern Literature, Juni 1984]) dengan Renata yang muda (yang dibuat berdasarkan Adriana; "Renata" dalam bahasa Italia berarti "dilahirkan kembali"). Novel ini oleh banyak pihak dianggap jelek. Banyak yang menuduh Hemingway karena seleranya yang buruk, gayanya yang tidak lancar, dan sentimental. Barangkali tuduhan yang terakhir itu yang paling benar, danc ocok dengan sebuah pola yang sedang berkembang: Hemingway sudah makin tua. Tetapi 'Across the River' toh mempunyai sejumlah pembelanya di kemudian hari. Tahun-tahun belakanganSatu seksi dari trilogy laut yang telah disebutkan di atas diterbitkan dengan judul The Old Man and the Sea pada 1952. Sukses besar novella tersebut memberikan kepuasan besar bagi Hemingway, barangkali untuk yang terakhir kalinya dalam hidupnya. Buku itu menghasilkan Penghargaan Pulitzer baginya pada 1953 dan Penghargaan Nobel dalam Sastra pada 1954, serta memulihkan reputasi internasionalnya. Lalu, nasib sialnya yang legendaries menimpanya kembali; dalam sebuah safari ia mengalami luka-luka dalam dua kecelakaan pesawat terbang secara berturutan. Luka-luka Hemingway sangat serius; bahu kanannya, lengan dan kaki kirinya keselo, ia mengalami gegar otak yang parah, untuk sementara watku kehilangan daya penglihatan mata kirinya (dan daya pendengarannya di telinga kiri), mengalami kelumpuhan sphincter, tulang belakang, yang remuk, liver, spleen dan ginjal, dan yang robek, serta mengalami luka bakar pada tingkat pertama di wajah, kedua lengan dan kakinya. Beberapa surat kabar AS secara keliru menerbitkan obituarinya karena menduga ia terbunuh dalam kedua kecelakaan itu [2]Diarsipkan 2009-10-29 di Wayback Machine.. Seolah-olah itu belum cukup, ia luka parah sebulan kemudian dalam sebuah kecelakaan kebakaran semak, yang membuat ia mengalami luka bakar pada tingkat kedua pada kedua kakinya, dada, bibir, tangan kiri dan bagian atas lengan kanannya. Penderitaannya menyiksanya cukup lama, sehingga ia tidak dapat pergi ke Stockholm untuk menerima Hadiah Nobelnya. Secercah harapan muncul dengan ditemukannya sebagian naskah lamanya dari tahun 1928 di gudang bawah tanah Ritz, yang kemudian ditransformasikannya menjadi A Moveable Feast. Meskipun sebagian dari energinya tampaknya telah pulih, kecanduan minumnya yang parah tetap membuatnya tidak berdaya. Tekanan darah tingginya serta kolesterolnya yang tinggi sangat berbahaya. Ia menderita radang aorta, dan depresinya, yang diperparah oleh kecanduan alkoholnya, menjadi semakin buruk. Ia juga kehlangan Finca Vigía-nya, tanahnya di luar Havana, Kuba yang telah dimilikinya selama sekitar 20 tahun, dan terpaksa mengasingkan diri di Ketchum, Idaho, ketika konflik di Kuba mulai meningkat. Maka bab terakhir pun dimulai – dengan Hemingway berada dalam pengawasan pemerintah federal AS karena pernah tinggal di Kuba dan aktivitasnya di sana. Pada 26 Februari 1960, Ernest Hemingway tidak dapat mengirimkan ceritanya tentang adu banteng, The Dangerous Summer kepada penerbitnya. Karena itu ia menyuruh istrinya agar meminta temannya, kepala kantor Majalah Life Will Lang Jr., untuk meninggalkan Paris dan dating ke Spanyol. Hemingway membujuk Lang agar mengizinkannya menerbitkan naskahnya, bersama-sama dengan sebuah tata gambar sebelum cerita itu muncul dalam bentuk sampul tebal. Meskipun tidak ada perjanjian tertulis, Ernest sepakat dengan usul itu. Bagian pertama dari ceritanya muncul dalam Majalah Life pada 5 September 1960. Bagian-bagian lainnya diterbitkan pada terbitan-terbitan berikut Life. Hemingway kecewa oleh foto-foto dalam artikelnya The Dangerous Summer. Ia sedang dirawat di Ketchum, Idaho untuk tekanan darah tinggi dan masalah-masalah livernya —dan juga electroconvulsive therapy (ECT) untuk depresi dan paranoianya yang berkelanjutan, meskipun hal ini mungkin telah ikut menyebabkan bunuh dirinya, karena ia dilaporkan menderita kehilangan daya ingat yang cukup besar sebagai akibat perawatan kejut itu. Berat badannya juga menurun, dan tubuhnya yang tingginya sekitar 183 cm tampak kurus dengan berat badan 77 kg. KematianHemingway berusaha melakukan bunuh diri pada musim semi 1961, dan memperoleh perawatan ECT kembali; namun sekitar tiga minggu sebelum ulang tahunnya yang ke-62, ia bunuh diri pada pagi hari 2 Juli 1961, dengan sebuah senapan yang ditembakkannya ke kepala. Senapan itu dibelinya di Abercrombie and Fitch. Ia dinilai secara mental tidak bertanggungjawab atas tindakan bunuh dirinya, sehinga ia dikuburkan dengan tata-cara Katolik Roma. Hemingway sendiri mempersalahkan perawatan ECT karena "membuat ia kehilangan bisnisnya" dengan menghancurkan daya ingatnya. Opini medis dan para pakar kini memperhatikan pandangan ini. Beberapa anggota keluarga dekat Hemingway juga melakukan bunuh diri, termasuk ayahnya, Clarence Hemingway, dua orang saudaranya Ursula dan Leicester, dan belakangan cucunya Margaux Hemingway. Sebagian orang percaya bahwa beberapa anggota dari garis keturunan ayah Hemingway mempunyai kondisi gentik atau penyakit keturunan yang dikenal sebagai hemokromatosis; dalam kasus ini, konsentrasi zat besi yang berlebihan di dalam darah menyebabkan kerusakan pada pancreas dan juga menyebabkan depresi atau ketidakstabilan dalam cerebrum. Ayah Hemingway yang seorang dokter diketahui mengidap diabetes perunggu yang disebabkan oleh kondisi ini pada tahun-tahun sebelum bunuh dirinya pada usia 59 tahun. Sebagian orang berpendapat Hemingway menderita bipolar disorder. Sepanjang hidupnya Hemingway adalah seorang peminum berat dan ia menderita kecanduan alkohol (alkoholisme) pada usia senjanya. Namun ada pula kemungkinan spekulasi medis yang berlebihan di sini mengenai penyakitnya menjelang kematiannya serta kematiannya sendiri. Ernest Hemingway dikebumikan di pemakaman kota di Ketchum, di ujung utara kota. Sebuah tugu peringatan, yang dibangun pada 1966, terletak tepat di ujung Trail Creek Road, satu mil di sebelah timur laut dari Penginapan Sun Valley. Penerbitan anumertaErnest Hemingway adalah seorang penulis yang produktif. Pada 1981 banyak dari tulisan-tulisannya yang diterbitkan oleh Scribner dalam Ernest Hemingway Selected Letters 1917-1961. Penerbitan ini menimbulkan sejumlah kontroversi karena Hemingway sendiri menyatakan bahwa ia tidak ingin menerbitkan surat-suratnya. Namun, surat-surat ini memberikan rincian dan kepribadian yang membuat bukunya lebih mengasyikkan daripada kebanyakan biografi Hemingway. Surat-suratnya yang lain diterbitkan dalam buku tentang korespondensinya dengan penyuntingnya Max Perkins, The Only Thing that Counts [1996]. Hemingway masih terus menulis karya-karya baru hingga saat kematiannya pada 1961. Semua dari karya-karya yang tidak selesai ini adalah satu-satunya karangan Hemingway yang diterbitkan secara anumerta; karangan-karangannya itu adalah A Moveable Feast, Islands in the Stream, The Nick Adams Stories (bagian-bagian yang sebelumnya tidak pernah diterbitkan), The Dangerous Summer, dan The Garden of Eden.[20] Dalam sebuah catatan yang mengantarkan "Islands in the Stream" Mary Hemingway menunjukkan bahwa ia bekerja dengan Charles Scribner, Jr. dalam "mempersiapkan buku ini untuk penerbitan dari naskah asli Ernest." Dalam catatan itu, ia menyatakan bahwa "di luar aktivitas rutin mengoreksi ejaan dan tanda baca, kami melakukan beberapa pemotongan terhadap naskahnya yang saya rasa Ernest sendiri akan melakukannya. Buku ini seluruhnya milik Ernest. Kami tidak menambahkan apapun ke dalamnya." Sejumlah kontroversi muncul sekitar penerbitan karya-karya ini, sejauh tidak menyangkut yrusdiksi sanak keluarga Hemingway atau para penerbit yang menentukan apakah karya-karya ini perlu diterbitkan untuk umum. Misalnya, para ahli sering kali mencatat dengan nada negatif bahwa versi The Garden of Eden yang diterbitkan oleh Charles Scribner's Sons pada 1986, meskipun sama sekali bukanlah revisi terhadap karya asli Hemingway, tetap tidak memasukkan dua pertiga dari naskah aslinya.[21] Pada 1999, sebuah novel yang lain berjudul True at First Light muncul dengan nama Ernest Hemingway, meskipun buku ini mengalami banyak suntingan oleh anaknya, Patrick Hemingway. Enam tahun kemudian, Under Kilimanjaro, sebuah versi suntingan ulang dan versi yang jauh lebih panjang dari True at First Light terbit. Dalam kedua edisi tersebut, novelnya adalah sebuah kisah fiktif tentang safari terakhir Hemingway di Afrika pada 1953–1954. Ia menghabisi beberapa bulan di Kenya dengan istri keempatnya, Mary, sebelum kecelakaan pesawat terbang yang hampir fatal terjadi.[22] Antisipasi akan novel ini, yang naskahnya telah selesai pada 1956, adumbrates barangkali suatu pertempuran besar dan kritis yang tidak pernah terjadi sebelumnya tentang apakah layak menerbitkan karya ini (banyak sumber mengatakan bahwa sisi baru yang ringan dari Hemingway akan dilihat berlawanan dengan citranya yang macho dan kanonik [23]), bahkan sebagai editor Robert W. Lewis dari Universitas North Dakota dan Robert E. Fleming dari Universitas New Mexico telah mendorong agar novel ini diterbitkan. Novel ini akhirnya terbit pada 15 September 2005. Yang juga diterbitkan setelah kematian Hemingway adalah sejumlah kumpulan karyanya sebagai seorang wartawan. Terbitan-terbitan ini memuat kolom dan artikel-artikel yang ditulisnya untuk Esquire Magazine, Aliansi Surat kabar Amerika Utara, dan Toronto Star. Tulisan-tulisannya antara lain adalah Byline: Ernest Hemingway disunting oleh William White, dan Hemingway: The Wild Years disunting oleh Gene Z. Hanrahan. Akhirnya, sebuah kumpulan pengantar, kata pendahuluan, surat-surat publik dan berbagai tulisannya yang lain diterbitkan sebagai Hemingway and the Mechanism of Fame pada 2005. Pengaruh dan warisanPengaruh karangan-karangan Hemingway terhadap sastra Amerika sangat besar dan terus dirasakan hingga sekarang. Memang, pengaruh gaya Hemingway begitu meluas sehingga dapat terlihat dalam kebanyakan fiksi kontemporer, ketika para penulis menggali inspirasi entah dari Hemingway sendiri ataupun secara tak langsung melalui penulis-penulis yang secara sengaja meniru gaya Hemingway. Pada masa hidupnya sendiri, Hemingway memengaruhi penulis-penulis di lingkungan sastra modernisnya seniri. James Joyce menyebut "A Clean, Well Lighted Place" sebagai "salah satu cerita terbaik yang pernah ditulis". Pulp fiction dan fiksi kriminal "matang" (yang berjamuran sejak 1920-an hingga 1950-an) sering kali berutang besar kepada Hemingway. Gaya prosa Hemingway yang padat--"Nick bangkit. Ia tidak apa-apa"—dikenal telah mengilhami Bret Easton Ellis, Chuck Palahniuk, Douglas Coupland dan banyak pengarang Generasi X. Gaya Hemingway juga memengaruhi Jack Kerouac dan para pengarang Beat Generation lainnya. J.D. Salinger konon pernah ingin menjadi pengarang cerita pendek besar Amerika seperti Hemingway. Hunter S. Thompson sering membandingkan dirinya dengan Hemingway, dan kalimat-kalimat singkat gaya Hemingway dapat ditemukan dalam The Rum Diary. Thompson juga bunuh diri, dalam cara yang sama seperti Hemingway, diduga oleh banyak orang sengaja dilakukan Thompson dalam usahanya menghormati pahlawannya. Di luar para pengarang sastra yang lebih formal, novelis populer Elmore Leonard, yang mengarang sejumlah novel genre Western dan Kriminalitas, menyebut Hemingway sebagai tokoh yang paling memengaruhinya, dan hal ini tampak jelas dalam prosanya yang ditulisnya dengan paadt. Meskipun ia tak pernah mengklaim menulis sastra yang serius, ia pernah mengatakan, "Saya belajar dengan meniru Hemingway.... hingga saya sadar bahwa saya tidak mengikuti sikapnya terhadap kehidupan. Saya tidak mengangap diri saya atau apapaun juga dengan serius seperti dia." Dalam sastra Amerika Latin, pengaruh Hemingway mungkin paling jelas kelihatan dalam karya-karya Gabriel García Márquez, yang, misalnya, sering kali menggunakan laut sebagai citra sentral dalam fiksinya. Film 1988 The Moderns mengambil tempat di Paris pada masa Hemingway dengan tokoh sentralnya yang bernama Nick Hart, yang bersahabat dengan Hemingway. Novelis fiksi ilmiah Joe Haldeman memperoleh Penghargaan Hugo dan Penghargaan Nebula untuk novellanya, The Hemingway Hoax, sebuah cerita yang menjajaki kemungkinan dampak cerita-cerita Hemingway yang hilang terhadap sejarah abad ke-20. Band heavy-metal terkenal, Metallica diilhami oleh 'For Whom The Bell Tolls' dan menulis sebuah lagu dengan judul yang sama yang menjadi sangat terkenal. Pada 1999, Michael Palin melakukan napak tilas terhadap kehidupan Hemingway, dalam Michael Palin's Hemingway Adventure, sebuah film dokumenter televisi, seratus tahun setelah kelahiran pengarang favoritnya. Perjalanan ini membawanya ke banyak tempat termasuk Chicago, Paris, Italia, Afrika, Key West, Kuba, dan Idaho. Bukuya tersedia di situsnya [3]. Sejak 1987, aktor-penulis Ed Metzger telah melukiskan kehidupan Ernest Hemingway dalam sebuah pertunjukan panggung solo Hemingway: On The Edge, yang menampilkan cerita-cerita dan anekdot dari kehidupan dan petualangan Hemingway sendiri. Metzger mengutip Hemingway, "Ayahku berkata kepadaku, jangan membunuh apapun yang akan kaumakan. Pada usia 9 tahun, aku menembak seekor landak. Itu adalah pelajaran yang paling berat yang pernah kuperoleh." Informasi loebih jauh tentang pertunjukan ini terdapat di situs ini [4] Diarsipkan 2008-07-03 di Wayback Machine.. Saat artikel ini ditulis, hanya seorang anak lelaki Hemingway yang masih bertahan yaitu Patrick. DAlam karya Harry Turtledove "Alternate History" Timeline-191, Hemingway muncul sebagai tokoh yang mengemudikan ambulans di Front AS-Kanada di Quebec pada masa Perang Dunia. Si tokoh tertembak alat reproduksinya, sehingga ia mengalami depresi berat dan kecenderungan bunuh diri. Dalam novel grafis Dave Sim, Cerebus, kisah "Form and Void" menampilakn Ham dan Mary Ernestway, parodi tentang Hemingway dan istrinya Mary. Beberapa tahun terakhir hidup Hemingway, termasuk terapi kejutan listriknya, safari yang menyebabkan ia terluka parah, dan bunuh dirinya, digunakan sebagai plot untuk ceritanya. Band Ween menyebutkan Hemingway dalam nyanyian "Don't Laugh I Love You". Kata-katanya berbunyi, "Ernest Hemingway akan selalu ada untukku. Tapi kini Ernest Hemingway telah mati." Band rock Bad Religion punk merujuk Hemingway dalam lagu mereka "Stranger Than Fiction". Kata-katanya berbunyi, "Aku ingin tahu mengapa Hemingway gila." "Here's to Life" karya Streetlight Manifesto juga menyebutkan Hemingway: "Hemingway tampaknya tidak pernah peduli akan kebosanan kehidupan yang normal dan setiap kali saya merasa hal ini makin berat. Karena itu ia mengarahkan senapannya ke udara. Wajahnya diletakkannya di antara keduanya dan ia menghela napasnya, 'Demi kehidupan!'" Penghargaan dan penghormatanSelama hidupnya Hemingway diberikan penghargaan sebagai berikut:
Aneka rupa
Karya-karya HemingwayNovel/Novela
Non fiksi
Kumpulan cerita pendek
Catatan kaki
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Ernest Hemingway. Wikisumber memiliki karya asli dari atau mengenai:
Wikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: Ernest Hemingway.
|