Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
Tambahkan pranala wiki. Bila dirasa perlu, buatlah pautan ke artikel wiki lainnya dengan cara menambahkan "[[" dan "]]" pada kata yang bersangkutan (lihat WP:LINK untuk keterangan lebih lanjut). Mohon jangan memasang pranala pada kata yang sudah diketahui secara umum oleh para pembaca, seperti profesi, istilah geografi umum, dan perkakas sehari-hari.
Sunting bagian pembuka. Buat atau kembangkan bagian pembuka dari artikel ini.
Desa Sagara terdiri dari 4 dusun yaitu Dusun Mekarjaya, Dusun Mekarsari, Dusun Cintapada, dan Dusun Galasri.[butuh rujukan] Selain itu, Desa Sagara juga terdiri dari 4 RW dan 13 RT yang tersebar di seluruh Desa Sagara.[butuh rujukan]
Sejarah
Dari keturunan orang-orang pendatang itu yaitu dari keturunan Anggelung Nachoda kurang lebih pada tahun 1734 M diangkat menjadi Kuwu yang pertama yang bernama Ngabeui yang memerintah pada tahun 1734 M - 1773 M. Menurut cerita dalam masa pemerintahannya cukup maju, aman dan sudah mengenal bercocok tanam yaitu padi, jagung, dll.[butuh rujukan]
Dalam kepercayaannya sudah menganut Agama Islam yang masih dipengaruhi oleh Agama Hindu yaitu dengan adanya bermacam-macam tradisi (adat) yang masih kuat pendukungnya terutama dari golongan tua-tua atau golongan kokolot.[butuh rujukan]
Dari keluarga Ngabeui mempunyai keturunan dan mempunyai 3 orang anak yaitu, Demang Ardilautan, Sanjar, dan Apang. Adapun yang meneruskan pemerintahan di desa yaitu Demang Ardilautan. Dari ketiga orang keturunan inipun sampai sekarang masih ada diantaranya ialah:[butuh rujukan]
Dari keturunan Demang Ardilautan ialah Drs. Sutisna yang pernah menjabat Kepala Kantor Departemen Penerangan Kabupaten di Provinsi Irian Jaya.
Dari keturunan Sanjar ialah Sahno yang pernah menjabat Kepala Desa Sagara (yang sekarang sudah almarhum)
Dari keturunan Apang ialah Jendral Kusnoutomo di jakarta.
Potensi - Potensi Desa Sagara
Desa Sagara, yang terletak di kaki Gunung Ciremai, menyimpan potensi besar di berbagai sektor. Potensi ini bisa dikembangkan menjadi pendorong kemajuan masyarakat desa.[butuh rujukan]
Bidang Pertanian
Lahan yang subur dan produktif menjadi pondasi kekuatan pertanian Desa Sagara. Para petani di sini menanam berbagai macam hasil bumi, seperti bawang daun, bawang merah, padi, ubi, sayuran, kopi, dan cengkeh. Namun, cara pemasaran yang masih tradisional dan minimnya pengolahan hasil tani membatasi nilai jual produk mereka.[butuh rujukan]
Bidang Wisata
Di balik potensi pertanian, sosial, ekonomi, dan kesehatan yang telah dibahas, Desa Sagara menyimpan pesona alam yang luar biasa, yakni Bukit Lingga. Bukit ini menawarkan panorama menakjubkan, mengantarkan pengunjung pada pemandangan terasering Panyaweuyan yang memesona, Gunung Ciremai yang megah, hamparan sawah yang hijau, dan pemukiman yang tertata rapi. Keindahan panorama ini bagaikan lukisan alam yang terbentang di depan mata.[butuh rujukan]
Namun, potensi wisata Bukit Lingga belum sepenuhnya tergali. Saat ini, bukit ini masih tersembunyi, belum tersentuh oleh pengelolaan dan perhatian dari pihak berwenang. Akses menuju puncak bukit pun masih terjal dan belum memadai, sehingga pengunjung yang ingin menikmati keindahannya harus berjuang ekstra.[butuh rujukan]
Bidang UMKM
Semangat kewirausahaan Desa Sagara terlihat dari sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang berkembang pesat. Warga desa mengolah hasil pertanian menjadi kripik pisang, kripik ubi, dan kue kering/basah yang lezat, menunjukkan keahlian kuliner mereka.[butuh rujukan]
Bidang Kesehatan
Komitmen desa terhadap kesehatan terlihat dari posyandu (pos pelayanan terpadu) yang aktif. Posyandu ini secara rutin melakukan pemantauan kesehatan anak dan kampanye kesadaran stunting. Meski begitu, angka anak stunting di desa sagara adalah 0, artinya desa Sagara telah sukses dengan campaign zero stunting nya. Namun, pihak desa masih terus melakukan edukasi mengenai pentingnya mencegah stunting walaupun angka stunting sangat rendah.[butuh rujukan]