Selama Vespiri siciliani (1282), Roberto kecil menjadi tawanan Pero III dari Aragon. Setelah kematian kakandanya, Károly Martell, ia menjadi ahli waris takhta Napoli;[2] untuk mendapatkan takhta Sisilia tetangganya, ia menikahi saudari Raja Chaime, Yolanda, sebagai pertukaran penyerahan Chaime atas Sisilia. Namun para baron Sisilia menolaknya dan memilih saudara Chaime, Fidiricu III. Peperangan berlanjut, dan dengan Perdamaian Caltabellotta (1302) Roberto dan wangsa Angevin kehilangan Sisilia untuk selamanya, kekuasaan mereka terbatas ke selatan semenanjung Italia.
Roberto menjadi ahli waris posisi juara kepausan di Italia; pemerintahannya diberkati dari konklaf di dalam wilayah Provence Roberto, oleh Paus Klemens V dari Prancis, yang menjadikannya pastor kepausan di Romagna dan Toskana, dimana Roberto campur tangan di dalam perang fraksi di Florence, menerima tawaran kepemimpinan di kota tersebut, tetapi harus meninggalkannya karena tentangan Klemens.[3]
Pemimpin partai Guelf di Italia, Roberto menentang kepemimpinan Heinrich VII, Kaisar Romawi Suci di Italia (1311–13) dan penaklukkannya di Roma pada tahun 1312. Setelah kematian Heinrich, Guelf bereaksi terhadap pemimpin Ghibellin di Italia utara, Matteo Visconti dan Cangrande della Scala, seakan-akan membuat Roberto akan menjadi juru damai di Italia.[4] Telah menjadi seorang pemimpin harta yang besar di Piemonte, prestise Roberto meningkat ketika pada tahun 1317 paus menjadikannya Senator Roma, dan ketika ia menjadi raja di Genova (1318–34) and Brescia (1319) dan dari tahun 1317 dan seterusnya memegang gelar jenderal kepausan di seluruh Italia, selama Kaisar Romawi Suci tidak berada di Italia, vacante imperio.[5]
Pada tahun 1328 ia memerangi kaisar lainnya yang berkelana ke Italia, Ludwig IV dari Bayern, dan pada tahun 1330 mendesak Jan Lucemburský untuk keluar dari Italia utara. Hegemoni Roberto di Italia berkurang hanya dengan ancaman terus menerus dari Aragon Sisilia.
Ketika suksesi Saluzzo bertentangan dengan Manfredo V dan keponakannya Tommaso II pada tahun 1336, Roberto campur tangan atas nama Manfredo, agar Tommaso menikahi keluarga Wangsa Visconti, Ghibellin. Roberto maju ke Saluzzo dan menaklukkannya. Ia berhasil menguasai dan menjarah wilayah tersebut, ia membakar kota dan memenjarakan Tommaso, yang harus membayar upeti. Seluruh insiden dramatis tersebut dicatat oleh Silvio Pellico. Namun ketika raja mudanya Reforza d'Angoult dikalahkan di dalam Perang Gamenario (22 April 1345), kekuatan Angevin di Piemonte mulai hancur. Dengan istri keduanya, Sança dari Mallorca, Roberto mendirikan istana Napoli sebagai pusat awal budaya Renaisans dan perbedaan pendapat agama, mendukung nubuat Joachimite Fransiskan.[6]
Setelah kematian Roberto pada tahun 1343, ia digantikan oleh cucu perempuannya yang berusia 16 tahun, Giovanna I dari Napoli, putranya Carlo meninggal pada tahun 1328. Giovanna telah dijodohkan dengan sepupunya, András dari Hungaria, putra Raja Angevin dari Hungaria, Károly Róbert. Di dalam wasiatnya Roberto menegaskan kecuali tuntutan András dari Hungaria, dengan jelas mengamanatkan ia menjadi Pangeran Salerno dan menetapkan bahwa Giovanna mendapat takhta dengan haknya sendiri, untuk digantikan oleh keturunan sahnya. Jika ia meninggal tanpa keturunan, adik perempuannya, Maria, akan ditunjuk sebagai adipati wanita Calabria, dan keturunan sahnya akan menjadi ahli waris takhta. Tidak disebutkan di dalam wasiat András dimahkotai raja; dan tradisi historiografi ini sebagian besar merupakan hasil yang diterima oleh sejarawan kemudian tanpa pemeriksaan pernyataan propaganda kerajaan Hungaria diikuti oleh pembunuhan András di Aversa pada tahun 1345. Propaganda tersebut, merupakan serangan Hungaria kepada Giovanna setelah pembunuhan András, dan serangan ke Regno oleh Lajos I dari Hungaria akhirnya menyebabkan berakhirnya kekuasaan Angevin di Napoli.[7]
Peninggalan
Raja Roberto dijuluki "pembawa perdamaian di Italia" dikarenakan tahun-tahun perubahan yang nyata yang dibuatnya di Napoli. Kota dan ekonomi bangsa terletak di tangan para pedagang Toskana, yang mendirikan bangunan yang luar biasa, monumen-monumen dan patung-patung yang scara drastis mengubah ibu kota Raja Roberto dari suaut pelabuhan yang kotor menjadi sebuah kota yang elegan dan megah di abad pertengahan. Roberto menugaskan Tino di Camaino untuk membangun sebuah makam untuk putranya, yang seharusnya menjadi ahli warisnya, dan Giotto di Bondone melukis beberapa karya untuknya. Universitas Federico II, Napoli berkembang di bawah naungan raja yang diberhentikan oleh Dante sebagai sebuah re di sermone yang menarik pelajar dari seluruh Italia.[8]
Ia dikenang oleh Petrarca dan Boccaccio sebagai seseorang yang berbudaya dan pelindung kesenian, "yang unik di antara raja-raja di zaman kita," Boccaccio menyatakan setelah kematian Roberto, "seorang sahabat pengetahuan dan kebajikan."[9] Petrarca meminta untuk diperiksa oleh Roberto sebelum dinobatkan sebagai penyair di Campidoglio, Roma (1341); Wiracaritanya yang berbahasa Latin, Afrika dipersembahkan untuk Roberto, meskipun tidak tersedia untuk pembaca sampai tahun 1397, lama kemudian setelah baik Petrarca dan Roberto meninggal.
Helene d'Anjou Thopia. Helene jatuh cinta dan menikah dengan Andrea Thopia, Raja Matija, tanpa restu ayahandanya. Helene dijodohkan dengan (diduga) Philippe, putra Baudouin II, ketika hal ini terjadi. Lambang Thopia mengandung tiga lili yang dipisahkan oleh garis putus-putus, yang menunjukkan anak haram. Andrea dan Helene Anjou Thopia memiliki Carlo (yang dinamakan sama seperti kakek moyangnya yang terkenal), Georges dan Helena bersama-sama.
Keturunan terakhir Raja Roberto melalui garis keturunan yang sah adalah Ratu Giovanna II dari Napoli.
^H. Hearder and D.P. Waley, eds., A Short History of Italy (Cambridge University Press) 1963, pp 60f.
^While Robert's nephew Charles Robert of Anjou could have succeeded just as rightfully, being the son of Charles Martel, he was preoccupied with obtaining the Hungarian crown (which he accomplished in 1310) and did not press his claim to the throne of Naples. Robert was the heir in proximity of blood.
^Later, the Florentine chronicler Giovanni Villani, recalled Robert with respect.
^Alessandro Barbero, Il mito angioino nella cultural italiana e provenziale fra duecento e trecento (Turin, 1983).
^Gennaro Maria Monti, "La dottrina anti-imperiale dei angioini di Napoli: i loro vicariati imperiali e Bartolomeo di Capua", Studi in onore di A. Solmi vol. ii (Milan, 1940, noted in Kelly p. 11 note 24
^ Ronald G. Musto, "Franciscan Joachimism at the Court of Naples, 1309-1345: A New Appraisal," Archivum Franciscanum Historicum 90.3-4 (1997): 419-86
^ Ronald G. Musto, Medieval Naples: A Documentary History, 400-1400. A Documentary History of Naples. [1]. New York: Italica Press, 2013, "The Angevins: Robert of Anjou, Giovanna I," pp. 192-298