Ridderschap van Holland
Ridderschap van Holland (pelafalan dalam bahasa Belanda: [ˈrɪdərsxɑp fɑn ˈɦɔlɑnt];[1] Ksatria Holland) merupakan retourschip ('kapal kembali') besar, kelas dagang terbesar yang dibangun oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (umumnya disingkat sebagai VOC) untuk berdagang di Hindia Timur. Pada tahun 1694, kapal tersebut berlayar ke Batavia (kini Jakarta, Indonesia) pada perjalanannya yang ke-5, namun tidak mencapai tujuan akhir dan tidak pernah terdengar lagi.[2] Diduga kapal ini telah karam di lepas pantai barat Australia. Detail konstruksiKapal ini dibangun di Amsterdam, Republik Belanda pada tahun 1682 oleh VOC, dan didaftarkan di Vlissingen. Panjang kapal ini adalah 50 meter (164 ft) dan lebarnya 120 meter (395 ft), dengan tonase kasar sekitar 520 ton. Perjalanan awalRidderschap van Holland menyelesaikan 4 perjalanan sebelum perjalanan terakhirnya yang nahas.
Perjalanan terakhirPada tanggal 11 Juli 1693, Ridderschap van Holland bertolak dari Wielingen dalam perjalanan ke Batavia dikomandoi oleh Kapten Dirk de Lange.[4] Kapal ini tiba di Tanjung Harapan pada tanggal 9 Januari 1694, dan tetap di sana hingga tanggal 5 Februari. Kapal ini berlayar dari Tanjung Harapan dengan anak buah kapal sekitar 300 orang, dan 2 penumpang, termasuk Laksamana Sir James Couper dan Cornelis van der Stel, putera Simon van der Stel, Komandan dan Gubernur Koloni Tanjung Belanda (kini Afrika Selatan). Kapal ini tidak pernah mencapai tujuannya, dan tidak pernah terdengar lagi. Rumor saat itu menyebutkan bahwa kapal ini telah rusak tiangnya ketika mengitari Tanjung Harapan, berjalan tanpa tenaga ke utara dan direbut oleh perompak yang bermarkas di Fort Dauphin, dekat ujung tenggara Madagaskar. Namun, Abraham Samuel, bajak laut yang diduga bertanggung jawab, tidak datang ke daerah itu hingga tahun 1697. Pada tahun 1697, Willem de Vlamingh dikirim bersama 3 kapal untuk mencari Ridderschap van Holland di Ile Saint-Paul dan Île Amsterdam, dan kemudian ke pantai Australia Barat. Tak ada yang ditemukan. 2 tahun kemudian, 2 kapal menyelidiki saat mengunjungi Madagaskar, namun tidak berhasil. Ada kemungkinan bahwa Ridderschap van Holland sebenarnya terdampar di Gugusan Pelsaert, Kepulauan Houtman Abrolhos di lepas pantai barat Australia. ABK East Indiaman terakhir, Zeewijk, yang terdampar di Pulau Pelsaert pada tahun 1727, menemukan sisa-sisa kapal Belanda sekitar pulau tersebut, bersama dengan sejumlah artefak, seperti botol, yang mengesankan beberapa ABK telah bertahan hidup di kepulauan itu selama beberapa waktu. John Lort Stokes, kapten HMS Beagle, juga menyaksikan artefak tersebut pada tahun 1840. Saat ini diduga artefak itu berasal dari Ridderschap van Holland, meskipun ada kemungkinan berasal dari kapal Fortuyn, yang lenyap pada tahun 1724 dan saat ini diduga karam dekat Kepulauan Cocos. Sisa-sisa arkeologis dihancurkan oleh pertambangan guano di pulau itu pada awal abad ke-20, sehingga identifikasi positif bangkai kapal itu saat ini tidak memungkinkan. Rujukan
Sumber
|