Keseluruhan atau sebagian dari artikel ini membutuhkan perhatian dari ahli subyek terkait. Jika Anda adalah ahli yang dapat membantu, silakan membantu perbaiki kualitas artikel ini.
Pubertas atau baligh adalah proses perubahan fisik saat tubuhanak berubah menjadi tubuh dewasa (datang dewasa) yang mampu melakukan reproduksi seksual. Proses ini dimulai dengan sinyal hormonal dari otak ke gonad: ovarium pada anak perempuan, testis pada anak laki-laki. Menanggapi sinyal tersebut, gonad memproduksi hormon yang merangsang libido dan pertumbuhan, fungsi, dan transformasi otak, tulang, otot, darah, kulit, rambut, payudara, dan organ seks. Pertumbuhan fisik (tinggi dan berat badan) meningkat pada paruh pertama masa pubertas dan selesai saat tubuh orang dewasa telah berkembang. Sebelum pubertas, organ seks luar yang dikenal sebagai ciri seksual primer merupakan ciri seks yang membedakan laki-laki dan perempuan. Pubertas mengarah pada dimorfisme seksual melalui pengembangan karakteristik seks sekunder, yang selanjutnya membedakan jenis kelamin.
Rata-rata, anak perempuan mulai pubertas pada usia 10-11 dan berakhir pada usia 15-17; anak laki-laki umumnya mulai pubertas pada usia 11-12 dan berakhir pada usia 16-18.[1][2][3]
Penyebab pubertas
Pada dasarnya pubertas ini merupakan fase transisi dari anak menuju ke dewasa atau memang proses pendewasaan dari seseorang. Pubertas memang lekat kaitannya dengan hal-hal yang terkait dengan seksual.
Pada fase ini, remaja yang sudah mengalami pubertas mampu melakukan reproduksi seksual. Singkatnya pada fase ini, remaja laki-laki bisa membuahi, sedangkan perempuan sudah bisa hamil.
Artinya, selain sebagai penanda pendewasaan seseorang, pubertas ini juga berfungsi untuk reproduksi manusia.
Tanda pubertas pada perempuan
Pada remaja perempuan proses pubertas akan menimbulkan berbagai tanda. Penanda utama pubertas bagi perempuan adalah:
menstruasi pertama, yang terjadi rata-rata antara usia 12-13 tahun.[2]
Namun, menstruasi pertama setiap perempuan dapat berbeda, tanda pubertas ini dialmi sejak berusia 9 tahun, ada pula yang mengalami tanda pubertas ini ketika usianya 16 tahun.
Biasanya tanda pubertas berupa haid terjadi dalam waktu renang kurang lebih 2 atau 2,5 tahun setelah payudara mulai tumbuh.
Akibat pengaruh hormon selama pubertas, kelenjar keringat pada perempuan akan lebih aktif sehingga menghasilkan banyak keringat. Hal ini pun bisa memicu terjadinya bau badan. Untuk mengatasi hal ini dapat digunakan pengawabau atau yang lebih dikenal sebagai deodorant
Tingga badan pada perempuan akan bertambah juga seperti laki-laki. Tetapi, pada perempuan pertumbuhan itu umumnya hanya sebesar 5 cm sampai 7,5 per tahun
Pertumbuhan payudara
Hal pertama yang umumnya dijadikan tanda bahwa remaja perempuan sudah memasuki masa pubertas adalah payudara yang mulai tumbuh, diawali dari area sekitar puting. Ini biasanya terjadi pada saat anak perempuan memasuki usia 8–13 tahun.
Pada remaja perempuan yang baru pubertas, bentuk payudara yang berubah mungkin bisa berbeda antara payudara yang satu dan yang lainnya, tergantung sisi mana yang lebih dulu tumbuh.
Selain terlihat besar sebelah, payudara juga akan terasa sakit atau nyeri, terutama saat disentuh. Rasa nyeri ini akan menghilang seiring dengan berjalannya waktu.
Ciri fisik lain yang muncul pada perempuan adalah pinggul yang membesar. Perubahan ini terjadi karena hormon estrogen dan hormon progesterone yang memicu peningkatan jaringan lemak.
Setelah jaringan lemak meningkat hormon itu akan menyebarkan ke tubuh dan efeknya adalah membesarnya bagian pinggul.
Perubahan suara pada perempuan, yang juga dikenal sebagai mutasi suara, melibatkan peningkatan panjang dan ketebalan pita suara. Perubahan suara pada perempuan biasanya terjadi di usia sekitar usia 9 hingga 14 tahun. Dan berkembang hingga sempurna di usia 20 tahun. Ini mengakibatkan perubahan dalam resonansi suara, menyebabkan suara menjadi lebih matang dengan nada yang lebih stabil. Proses ini bisa membuat suara perempuan menjadi lebih rendah dan lebih stabil.
Mimpi basah adalah keluarnya air mani yang terjadi saat sedang tidur. Pada remaja laki-laki, ejakulasi pertama rata-rata terjadi pada usia 13 tahun.[4] Hal ini merupakan hal yang wajar terjadi, karena anak laki-laki yang pubertas mulai memproduksi lebih banyak hormontestosteron dan menghasilkan sel sperma.
Akibat pengaruh hormon selama pubertas, kelenjar keringat pada laki-laki akan lebih aktif sehingga menghasilkan banyak keringat. Hal ini pun bisa memicu terjadinya bau badan. Untuk mengatasi hal ini dapat digunakan pengawabau atau yang lebih dikenal sebagai deodorant
Saat mengalami pubertas, kelenjar minyak anak laki-laki cenderung lebih aktif. Itulah sebabnya anak laki-laki kerap mengalami jerawat.
Pertumbuhan Tinggi Badan
Normal dan umumnya tinggi badan remaja laki-laki akan bertambah pada kisaran 7 sampai 9,5 cm saat sedang masa pubertas. Pertumbuhan tinggi badan laki-laki biasanya lebih cepat dibanding dengan perempuan
Pada remaja laki-laki, pubertas ditandai dengan bertambahnya ukuran penis dan ukuran testis. Namun, tidak ada patokan yang baku mengenai kapan perubahan ini, tapi diperkirakan dapat terjadi sejak usia 9−18 tahun.
Selain itu, adanya sedikit perbedaan ukuran antara testis juga tak perlu dikhawatirkan karena hal ini normal.
Ukuran laring yang mengalami pertumbuhan, yaitu organ di mana pita suara terletak, akan membuat suara remaja laki-laki terdengar lebih berat. Hal ini normal terjadi karena tubuh sedang beradaptasi dengan ukuran laring yang baru.
Suara pecah ini akan terjadi selama beberapa bulan, dan biasanya terjadi pada rentan usia 12–16 tahun. Setelah itu, suara akan terus berkembang hingga sempurna dan biasanya menetap pada usia 17 tahun.
Seperti juga remaja perempuan, remaja laki-laki akan mengalami tumbuhnya rambut-rambut halus di sekitar kemaluan, ketiak, dan wajah. Tak hanya itu, rambut pada area kaki dan lengan juga umumnya menjadi lebih tebal dan gelap.
Dua perbedaan paling signifikan antara pubertas pada anak perempuan dan pubertas pada anak laki-laki adalah usia dimulainya, dan steroid seks utama yang mempengaruhinya, androgen dan estrogen.
Karakteristik paling menonjol di antara perubahan morfologis dalam ukuran, bentuk, komposisi, dan fungsi tubuh pubertas, adalah perkembangan karakteristik seks sekunder, "pengisian" tubuh anak; dari perempuan menjadi wanita dewasa, dari laki-laki menjadi pria dewasa. Istilah pubertas berasal dari bahasa Latin puberatum (usia kedewasaan), kata pubertas menggambarkan perubahan fisik menuju kematangan seksual, bukan kematangan psikososial dan budaya yang dilambangkan dengan istilah perkembangan remaja dalam budaya Barat. Masa remaja adalah masa transisi mental dari masa kanak-kanak hingga dewasa, yang tumpang tindih dengan sebagian besar periode pubertas fisik.[5]
Meskipun terdapat berbagai rentang usia normal, anak perempuan biasanya mulai pubertas sekitar usia 10–11 dan berakhir pubertas sekitar 15–17; anak laki-laki mulai sekitar usia 11-12 dan berakhir sekitar 16-17.[1][2][3] Anak perempuan mencapai kematangan reproduksi sekitar empat tahun setelah perubahan fisik pertama kali muncul.[6] Sebaliknya, pada anak laki-laki justru lebih lambat, tetapi terus tumbuh selama sekitar enam tahun setelah perubahan pubertas pertama yang terlihat.[7] Setiap peningkatan tinggi badan di luar usia pasca pubertas jarang terjadi.
Pada anak laki-laki, testosteronandrogen adalah hormon seks utama; sementara testosteron diproduksi, semua perubahan anak laki-laki dicirikan sebagai virilisasi. Produk substansial dari metabolisme testosteron pada pria adalah estradiol. Pengubahan testosteron menjadi estradiol bergantung pada jumlah lemak tubuh dan kadar estradiol pada anak laki-laki biasanya jauh lebih rendah dibandingkan pada anak perempuan. "Percepatan pertumbuhan" lelaki juga dimulai kemudian, berakselerasi lebih lambat, dan berlangsung lebih lama sebelum epifisis menyatu. Meskipun anak laki-laki rata-rata lebih pendek 2 cm (0,8 inci) daripada anak perempuan sebelum masa pubertas dimulai, laki-laki dewasa rata-rata lebih tinggi 13 cm (5,1 inci) daripada perempuan. Sebagian besar perbedaan jenis kelamin pada tinggi badan orang dewasa ini disebabkan oleh timbulnya lonjakan pertumbuhan yang lebih lambat dan perkembangan pertumbuhan yang selesai lebih lambat. Hal ini merupakan akibat langsung dari kenaikan dan penurunan kadar estradiol pada pria dewasa.[8]
Hormon yang mendominasi perkembangan wanita adalah estrogen yang disebut estradiol. Sementara estradiol meningkatkan pertumbuhan payudara dan rahim, hormon ini juga merupakan hormon utama yang mendorong percepatan pertumbuhan pubertas serta pematangan dan penutupan epifisis.[9] Kadar estradiol meningkat lebih awal dan mencapai tingkat yang lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.
Pematangan hormonal pada anak perempuan jauh lebih rumit daripada pada anak laki-laki. Hormon steroid utama, testosteron, estradiol, dan progesteron serta prolaktin memainkan fungsi fisiologis penting pada masa pubertas. Steroidgenesis gonad pada anak perempuan dimulai dengan produksi testosteron yang biasanya dengan cepat diubah menjadi estradiol di dalam ovarium. Namun tingkat konversi dari testosteron menjadi estradiol (didorong oleh keseimbangan FSH/LH) selama pubertas awal sangat individual, menghasilkan pola perkembangan karakteristik seksual sekunder yang sangat beragam. Produksi progesteron di ovarium dimulai dengan perkembangan siklus ovulasi pada anak perempuan (selama fase lutheal dari siklus). Sebelum masa pubertas, kadar progesteron yang rendah diproduksi di kelenjar adrenal pada anak laki-laki dan perempuan.
Pubertas yang dimulai lebih awal dari biasanya dikenal sebagai pubertas dini. Pada abad ke-21, rata-rata usia pubertas anak-anak, terutama perempuan, lebih rendah dibandingkan abad ke-19, yaitu 15 tahun untuk anak perempuan dan 16 tahun untuk anak laki-laki.[10] Hal ini dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk peningkatan nutrisi yang mengakibatkan pertumbuhan tubuh yang cepat, peningkatan berat badan dan penumpukan lemak,[11] atau akibat paparan zat pengganggu endokrin seperti xenoestrogen, yang terkadang dapat disebabkan oleh konsumsi makanan atau faktor lingkungan lainnya.[12][13]
pubertas yang dimulai lebih lambat dari biasanya disebut pubertas tertunda. Pubertas yang terlambat bisa terjadi pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada anak laki-laki, tanda nya bisa dilihat ketika ukuran penis belum meningkat di usia 14 tahun. Sementara pada anak perempuan, tandanya terlihat ketika payudara belum berkembang di umur 13 tahun.
Ada beberapa penyebab yang memungkinkan remaja mengidap pubertas tertunda:
Faktor keturunan
Faktor keturunan merupakan penyebab yang sering terjadi ketika remaja mengalami masa pubertas tertunda.
Faktor penyakit
Anak yang mempunyai kondisi penyakit kronis seperti diabetes, ginjal, atau bahkan asma ada kemungkinan mengalami keterlambatan Pubertas.
Sebagian remaja yang mengalami keterlambatan masa pubertas juga bisa disebabkan karena adanya masalah kromosom. Misalnya seperti sindrom turner, yaitu ketika salah satu dari kromosom X perempuan tidak normal atau hilang.
Pada laki-laki misalnya mengalami sindrom klinefelter dengan kromosom ekstra X.
Tidak bisa mengalami pubertas
Dalam medis, kondisi ini disebut sebagai sindrom Kallmann. Ini merupakan kelainan genetik langka pada manusia yang didefinisikan terjadinya penundaan atau tidak adanya tanda pubertas.
Kondisi yang bisa terjadi pada perempuan atau laki-laki ini disertai dengan indra penciuman yang terganggu. Kadar testosteron pada laki-laki serta estrogen dan progesteron pada perempuan mengalami penurunan jumlah dalam tubuh.
Kondisi ini mengakibatkan terjadinya kegagalan pertumbuhan seks sekunder pada masing-masing jenis kelamin. Adapun perawatan utama kondisi ini adalah terapi penggantian hormon.
Jumlah penggantian hormon disesuaikan dengan kadar hormon seks normal pada rentang usia tersebut, tergantung pada usia seseorang saat terdiagnosis.
^ abcSchuiling (2016). Women's Gynecologic Health. Jones & Bartlett Learning. hlm. 22. ISBN978-1-284-12501-6. The changes that occur during puberty usually happen in an ordered sequence, beginning with thelarche (breast development) at around age 10 or 11, followed by adrenarche (growth of pubic hair due to androgen stimulation), peak height velocity, and finally menarche (the onset of menses), which usually occurs around age 12 or 13.
^ abD. C. Phillips (2014). Encyclopedia of Educational Theory and Philosophy. Sage Publications. hlm. 18–19. ISBN978-1-4833-6475-9. On average, the onset of puberty is about 18 months earlier for girls (usually starting around the age of 10 or 11 and lasting until they are 15 to 17) than for boys (who usually begin puberty at about the age of 11 to 12 and complete it by the age of 16 to 17, on average).
^Garn, SM. Physical growth and development. In: Friedman SB, Fisher M, Schonberg SK., editors. Comprehensive Adolescent Health Care. St Louis: Quality Medical Publishing; 1992. Retrieved on 2009-02-20
^Abbassi V (1998). "Growth and normal puberty". Pediatrics. 102 (2 Pt 3): 507–513. PMID9685454.
^MacGillivray MH, Morishima A, Conte F, Grumbach M, Smith EP; Morishima; Conte; Grumbach; Smith (1998). "Pediatric endocrinology update: an overview. The essential roles of estrogens in pubertal growth, epiphyseal fusion and bone turnover: lessons from mutations in the genes for aromatase and the estrogen receptor". Hormone Research. 49 Suppl 1: 2–8. doi:10.1159/000053061. PMID9554463.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Buck Louis GM, Gray LE, Marcus M, Ojeda SR, Pescovitz OH, Witchel SF, Sippell W, Abbott DH, Soto A, Tyl RW, Bourguignon JP, Skakkebaek NE, Swan SH, Golub MS, Wabitsch M, Toppari J, Euling SY; Gray Jr; Marcus; Ojeda; Pescovitz; Witchel; Sippell; Abbott; Soto; Tyl; Bourguignon; Skakkebaek; Swan; Golub; Wabitsch; Toppari; Euling (February 2008). "Environmental factors and puberty timing: expert panel research needs". Pediatrics. 121 Suppl 3: S192–207. doi:10.1542/peds.1813E. PMID18245512.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Mouritsen A, Aksglaede L, Sørensen K, Mogensen SS, Leffers H, Main KM, Frederiksen H, Andersson AM, Skakkebaek NE, Juul A; Aksglaede; Sørensen; Mogensen; Leffers; Main; Frederiksen; Andersson; Skakkebaek; Juul (April 2010). "Hypothesis: exposure to endocrine-disrupting chemicals may interfere with timing of puberty". Int. J. Androl. 33 (2): 346–59. doi:10.1111/j.1365-2605.2010.01051.x. PMID20487042.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
Bacaan lanjutan
Gordon CM, Laufer, MR (2005). "Chapter 4: Physiology of puberty". Dalam Emans SJ, Goldstein DP, Laufer, MR. Pediatric and Adolescent Gynecology (edisi ke-5th). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. hlm. 120–155. ISBN978-0-7817-4493-5.
Marshall WA, Tanner, JM (1986). "Chapter 8: Puberty". Dalam Falkner F, Tanner JM. Human Growth: A Comprehensive Treatise (edisi ke-2nd). New York: Plenum Press. hlm. 171–209. ISBN978-0-306-41952-2.
Plant TM, Lee PA, eds. The Neurobiology of Puberty. Bristol: Society for Endocrinology, 1995. Proceedings of the latest (4th) International Conference on the Control of the Onset of Puberty, containing summaries of current theories of physiological control, as well as GnRH analog treatment.
Tanner JM, Davies PS (1985). "Clinical longitudinal standards for height and height velocity for North American children". The Journal of Pediatrics. 107 (3): 317–29. doi:10.1016/S0022-3476(85)80501-1. PMID3875704. Highly useful growth charts with integrated standards for stages of puberty.
Sizonenko, PC. Role of sex steroids during development—integration. in Bourguignon, Jean Pierre & Tony M. Plant. The Onset of Puberty in Perspective: Proceedings of the 5th International Conference on the Control of the Onset of Puberty, Held in Liège, Belgium, 26–28 September 1999. Elsevier. Amsterdam & New York 2000. ISBN0-444-50296-3. pp 299–306.
Gluckman PD, Hanson MA; Hanson (2006). "Evolution, development and timing of puberty". Trends in Endocrinology and Metabolism. 17 (1): 7–12. doi:10.1016/j.tem.2005.11.006. PMID16311040.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Terasawa E, Fernandez DL; Fernandez (2001). "Neurobiological mechanisms of the onset of puberty in primates". Endocrine Reviews. 22 (1): 111–51. doi:10.1210/er.22.1.111. PMID11159818.