Provinsi OroProvinsi Oro, sebelumnya (dan sekarang masih) disebut Provinsi Utara, adalah provinsi yang terletak di Papua Nugini. Seperti halnya Provinsi Papua Barat Daya yang letak sebenarnya berada di barat laut, Provinsi Utara justru terletak di ekor cenderawasih, atau bagian tenggara Pulau Papua, penamaan kedua provinsi ini merupakan sebuah contoh misnomer. Ibu kota provinsi ini adalah Popondetta. Provinsi ini meliputi wilayah seluas 22.800 km² dan memiliki jumlah penduduk sebesar 133.065 jiwa pada tahun 2000. Oro adalah satu-satunya provinsi di mana Gereja Anglikan menjadi denominasi religius utama. Kelapa sawit adalah industri utama provinsi ini. Oro merupakan provinsi yang jarang penduduknya di daerah pegunungan dan dataran di pantai utara. Tanah subur bekas abu vulkanik memberikan wilayah Popondetta-Ilimo-Kokoda sebagai wilayah tanah pertanian terbesar dan terbaik di daratan. Skema pemukiman di Oro telah menarik ratusan keluarga untuk menanam karet, kelapa sawit, kakao, kopra, atau sapi. Perkebunan kelapa sawit Higaturu dekat Popondetta seluas 9600-ha merupakan perkebunan kelapa sawit terbesar. Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi kerusuhan sosial antara masyarakat Oro dan penduduk liar. Kupu-kupu Ratu Alexandra merupakan kupu-kupu terbesar di dunia yang terdapat hanya di Oro.
SejarahSebelum berhubungan dengan bangsa Eropa, orang-orang Oro telah tinggal di desa-desa kecil yang tersebar dan mereka menanam talas dan ubi sebagai sumber makanan pokok. Masyarakat pesisir memperdagangkan kerang, kapur, periuk tanah liat, piring kayu, kaca vulkanik dan sampan. Mereka berdagang dengan orang-orang pedalaman untuk mendapatkan bulu, kulit reptil, kain dan pinang. Penambang emas asing pindah ke Yodda-Kokoda pada tahun 1895. Pemerintah Kolonial Inggris membuka stasiun di Kokoda 1898 karena masalah antara penduduk setempat dan para penambang. Anglikan memulai sebuah misi di Wanigela pada tahun 1898 dan di Mamba, di dekat Kokoda pada tahun 1899. Pasukan Jepang menginvasi Oro, antara Buna dan Gona, pada 21 Juli 1942. Pertempuran sengit pun berlangsung selama berbulan-bulan. Tentara Australia akhirnya berhasil menghalangi serangan Jepang di Pegunungan Imita, Central, pada pertengahan September. Pasukan Jepang menguasai Kokoda pada 2 November. Pasukan Australia dan Amerika memaksa Jepang keluar dari Oro pada 23 Januari 1943. Kebanyakan warga desa melarikan diri dari zona pertempuran, tetapi banyak penduduk Papua Nugini yang bertugas sebagai tentara atau tenaga kerja perusahaan pengangkutan menderita luka atau meninggal karena luka-luka, penyakit atau kelelahan. Pada tanggal 21 Januari 1951, letusan dahsyat Gunung Lamington membunuh 2942 orang. Letusan ini merupakan bencana alam terbesar dalam sejarah Papua Nugini. Gas panas dan semburan batu menghancurkan segala sesuatu dalam radius 175 km2 di wilayah lereng pegunungan bagian utara. Letusan ini juga menyerang Higaturu dan Sekolah Peringatan Marty (Martyrs’ Memorial School) di Sangara, yang Anglikan bangun pada 1948, sebagai tanda peringatan untuk mengenang pendeta-pendeta yang dibunuh oleh Jepang. Insinyur Tentara Australia dengan cepat membangun jalan dan bangunan kota untuk membuat Popondetta sebagai markas distrik baru. Sekolah Peringatan Marty dibangung kembali di Agenahombo. Bulan Oktober 1960, George Ambo, dari sebuah desa dekat Gona, diangkat menjadi uskup Anglikan. Dia adalah uskup pertama di Papua Nugini. Distrik dan LLG
|