Persaudaraan Setia Hati Terate (dikenal luas sebagai PSHT atau SH Terate) adalah organisasi olahraga yang diinisiasi oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada tahun 1922 dan kemudian disepakati namanya menjadi Persaudaraan Setia Hati Terate pada kongres pertamanya di Madiun pada tahun 1948.
Pada tahun 1903, Ki Ageng Ngabehi Soerodiwirjo (EBI: Ki Ageng Surodiwiryo) meletakkan dasar gaya pencak silat Setia Hati di Kampung Tambak Gringsing, Surabaya (kawasan dekat Tanjung Perak). Sebelumnya, gaya silat ini ia namai Djojo Gendilo Tjipto Muljo (EBI: Joyo Gendilo Cipto Mulyo) dengan sistem persaudaraan yang dinamai Sedulur Tunggal Ketjer. Pada tahun 1917, ia pindah ke Madiun dan mendirikan Persaudaraan Setia Hati di Winongo.[4]
Awal mula SH Terate
Pada tahun 1922, Ki Hadjar Hardjo Oetomo (EBI: Ki Hajar Harjo Utomo) salah satu pengikut aliran pencak silat Setia Hati yang berasal dari Pilangbango, Madiun[5] meminta izin kepada Ki Ageng Ngabehi Soerodiwirjo untuk mendirikan pusat pendidikan pencak silat dengan aliran Setia Hati. Niat ini dilatarbelakangi keadaan saat itu di mana ilmu pencak silat hanya diajarkan kepada mereka yang memiliki status bangsawan seperti bupati, wedana atau masyarakat bangsawan yang memiliki gelar raden, sehingga Ki Hardjo Oetomo berniat agar ilmu pencak silat ini bisa dipelajari oleh rakyat jelata dan pejuang perintis kemerdekaan.[5][6] Ki Ageng Ngabehi Soerodiwirjo setuju atas ide ini asalkan pusat pendidikan nanti harus memiliki nama yang berbeda. Akhirnya didirikanlah SH PSC (Persaudaraan Setia Hati "Pemuda Sport Club").[7] Pengikut Ki Ageng Ngabehi Soerodiwirjo yang lain yang telah terhasut[8] beberapa pihak mengganggap pembukaan SH PSC sebagai sebuah pengkhianatan sehingga SH PSC dianggap "SH murtad".[4] Kelak, pihak-pihak yang mendukung pemurnian aliran Setia Hati dan mengklaim sebagai penerus sah ajaran Ki Ageng Ngabehi Soerodiwirjo ini tergabung dalam SH Panti.[9] Selain itu, adanya tempat latihan ini dianggap oleh Pemerintah Kolonial Belanda sebagai sarana untuk melawan pemerintah kolonial sehingga Ki Hardjo Oetomo ditangkap dan menjalani hukuman pembuangan Belanda di Jember, Cipinang, dan Padangpanjang.[5] Sistem yang dianut SH PSC ini adalah sistem paguron (perguruan) di mana guru ditempatkan pada tingkat tertinggi sebagai patron perguruan. Sistem pendidikan inilah yang menjadi cikal bakal Persaudaraan Setia Hati Terate.[4]
Pada tahun 1942, salah seorang murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang bernama Soeratno Sorengpati mengganti nama SH PSC menjadi Setia Hati Terate. Perubahan ini lalu disepakati saat kongres pertama yang diadakan di rumah Ki Hadjar Hardjo Oetomo di Madiun pada tahun 1948.[5][7] SH Terate lalu mengubah diri dari sistem yang berbentuk perguruan menjadi sistem berbentuk persaudaraan untuk mendukung konsep demokratisasi organisasi, namun konsepsi dan tradisi sistem perguruan masih tetap dilanjutkan.[10] Selanjutnya SH Terate semakin berkembang, setelah Mas Irsjad (salah satu murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo) menjadi ketua dan memperkenalkan 90 senam dasar, jurus 1–4, jurus belati, dan jurus toya.[4] Jurus-jurus perguruan juga diperbarui oleh Mas Imam Koesoepangat untuk membedakan diri dari jurus-jurus Djojo Gendilo Tjipto Muljo milik SH Winongo atau sekarang di kenal dengan Setia Hati Panti.
Ketua dari masa ke masa
Pucuk kepemimpinan di SH Terate berganti-ganti seiring waktu. Setelah wafatnya Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada tanggal 12 April1952, ketua dijabat oleh Soetomo Mangkoedjojo (EBI: Sutomo Mangkujoyo), yang merupakan karyawan BRI. Setelah Sutomo dipindahtugaskan ke Surabaya, ketua dijabat oleh Mas Irsjad. Pada dekade 1960-an, Mas Irsjad pindah ke Bandung dan kepemimpinan SH Terate diserahkan kepada Mas Santoso Kartoatmodjo. Setelah itu terjadi pergolakan tahun 1965 sehingga ketua kembali dijabat oleh Soetomo Mangkoedjojo hingga 1974. Pada masa jabatan kedua ini SH Terate membuka beberapa cabang di Magetan, Surabaya, Mojokerto, Yogyakarta, dan Solo. Pada tahun 1974, diadakan kongres di Madiun yang memutuskan Mas Imam Koesoepangat (dikenal dengan julukan Pandhita Wesi Kuning[11][12]) sebagai ketua pusat. 3 tahun berikutnya, diadakan kongres kembali dan menghasilkan nama Badini sebagai ketua selanjutnya. Pada masa ini organisasi mengalami masalah keuangan sehingga salah satu pendekarnya yang bernama Tarmidji Boedi Harsono keluar dengan solusi kontroversial, yakni mengubah sistem pembayaran pengesahan warga dari menggunakan uang logam lama (ketengan atau benggolan) menjadi uang logam yang berlaku (baik rupiah maupun yang lainnya seperti dolar, ringgit, atau riyal) agar dapat membantu keuangan organisasi. Sebelumnya uang ketengan dan benggolan didapat dengan cara membeli dari istri Ki Hardjo Oetomo, Inem, sekaligus sebagai bentuk terima kasih organisasi untuk membantu keluarga Ki Hardjo Oetomo. Maka Tarmadji meyakinkan pada semua pihak yang mempertanyakan usul tersebut karena PSHT sudah berubah menjadi organisasi modern yang menjadi milik anggota bukan perorangan lagi dan untuk membantu keluarga Ki Hardjo Oetomo sudah dipersiapkan solusi lain.
Pada Musyawarah Besar tahun 1981, Tarmadji Boedi Harsono diangkat sebagai Ketua Umum, R. Moerdjoko HW sebagai Sekretaris Umum dan Imam Koesoepangat sebagai Dewan Pusat SH Terate. Mereka bertiga memulai kepengurusan dengan 27 cabang eksis dan 9 cabang sedang berproses, sehingga tahun pertama ada 36 cabang.
Sebagai perkumpulan tidak berbadan hukum, SH Terate tidak bisa bertindak sebagai subyek hukum . Karena itu pada tahun 1982 didirikan Yayasan Setia Hati Terate ( YSHT) untuk membeli tanah eks bengkok Desa Nambangan Kidul Kota Madiun, dimana saat ini berdiri Pendapa Agung Graha Wiratama di atasnya. Yayasan SH Terate ini secara hukum didirikan oleh 4 orang; Januarno, Tarmadji Boedi Harsono, Imam Koesoepangat dan Sugeng Wiyono, dimana di dalam akta pendirian yayasan ini, bawah nama Januarno dan Tarmadji Boedi Harsono terdapat keterangan bahwa selain bertindak atas nama pribadi juga mewakili Persaudaraan Setia Hati Terate Pusat Madiun.
Tahun 1985 dilaksanakan peletakan batu pertama pembangunan Padepokan Agung oleh Bapak Menpora Republik Indonesia saat itu, Abdul Ghofur. Pada tahun 1985 juga dilaksanakan pengesahan serentak sejumlah 3500 warga baru di Stadion Wilis Kota Madiun.
Tahun 1987 Ketua Dewan Pusat Imam Koesoepangat meninggal dunia, sehingga tinggal duet Tarmadji Boedi Harsono dan R. Moerdjoko H.W yang memimpin SH Terate.
Di kemudian hari, Yayasan SH Terate meluaskan lahan Padepokan dengan membeli tanah PT Tjipta Niaga (Persero), dimana saat ini berdiri Krida Satria Tama di atasnya.
Pada tahun 2000, kongres diadakan kembali dengan menjadikan kembali Tarmadji Boedi Harsono sebagai ketua dan dilengkapi dengan 9 tokoh lainnya sebagai dewan pusat atau yang dikenal sebagai Nawa Pandhita.[4][10][13]
Cabang
Perwapus Jawa Timur
Persaudaraan Setia Hati Terate Daerah Khusus Pusat (DKP) Madiun
Pendidikan pencak silat di SH Terate memiliki inti unsur pembelaan diri untuk mempertahankan kehormatan, keselamatan, kebahagiaan, dan kebenaran. Materi yang diajarkan terbagi untuk 3 kelompok, yaitu kelompok pencak silat ajaran (pemula) yang terdiri dari, senam massal, senam dasar, jurus, senam dan jurus toya, jurus belati, kuncian (kripen), dan silat seni untuk tunggal, ganda, dan beregu. Kelompok kedua adalah kelompok pencak silat prestasi untuk mengikuti kejuaraan atau ajang olahraga yang melibatkan pencak silat dengan materi tanding serta dan silat seni baik tunggal, ganda, maupun beregu. Dan yang terakhir adalah kelompok Pencak Silat Bela Diri Praktis yang diberi materi bela diri profesional, pertunjukan dan keterampilan khusus.[14]
Selain itu SH Terate juga mengajarkan beberapa ajaran seperti Ajaran Setia Hati, di mana warga akan belajar mengenai upaya mendekatkan hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan alam semesta. Ajaran Setia Hati mengharuskan warganya mampu memahami dirinya sendiri dan hati nuraninya, bahwa manusia dapat dihancurkan, manusia dapat dimatikan (dibunuh) tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu setia pada hatinya sendiri dan tidak ada kekuatan apa pun di atas manusia yang bisa mengalahkan manusia kecuali kecuali kekuatan Tuhan Yang Maha Esa.[15] Ajaran selanjutnya adalah Ajaran dan Gerakan Budi Luhur di mana warga SH Terate harus ikut berupaya mewujudkan memayu hayuning bawana (Bahasa Indonesia: memperindah keindahan dunia) dalam upaya mewujudkan masyarakat nyaman, adil, makmur, dan sejahtera lahir batin.[1][14]
Falsafah ajaran
SH Terate memiliki falsafah ajaran yang diambil dari ajaran luhur Jawa:[16]
Sepira Gedhening Sengsara Yen Tinampa Amung Dadi Coba, yang berarti "seberapa pun besarnya kesengsaraan jika mampu menerimanya hanya akan jadi cobaan semata".
Ala Tanpa Rupa Yen Tumandhang Amung Sedhela, yang berarti "setiap rasa kesusahan, keburukan, serta masalah-masalah apabila dijalani dengan berlapang dada maka kemudian terasa sebentar saja".
Tega Larane, Ora Tego Patine, yang secara harfiah berarti "tega melihat sakitnya, tidak tega melihat matinya". Yang mana maksudnya adalah warga SH Terate berani menyakiti seseorang dalam rangka memperbaiki bukan merusak (membunuh).
Suro Diro Joyo Diningrat Lebur Dening Pangastuti, yang berarti "segala kesempurnaan hidup dapat diluluhkan dengan budi pekerti luhur".
Satria Ingkang Pilih Tanding, yang secara harfiah berarti "seorang kesatria mampu memilih lawan". Maksudnya seseorang berjiwa kesatria hanya mau melawan orang yang mampu menghadapinya, bukan orang yang lemah daripadanya".
Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha, yang berarti "mendatangi tanpa kawan, menang tanpa mengalahkan, sakti tanpa kesaktian dan kaya tanpa kekayaan".
Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan, yang artinya "jangan sakit hati kala musibah menimpa, jangan susah kala kehilangan".
Ojo Seneng Gawe Susahe Liyan, Opo Alane Gawe Seneng Liyan, yang artinya "jangan suka menyusahkan orang lain, apa jeleknya membahagiakan orang lain".
Ojo Waton Ngomong Ning Yen Ngomong Sing Gawe Waton, yang artinya "jangan hanya bisa bicara namun harus bisa membuktikan".
Ojo Rumongso Biso Ning Sing Biso Rumungso, yang artinya "jangan merasa bisa, namun juga harus bisa merasakan".
Ngunduh Wohing Pakarthi, yang artinya "siapa yang berbuat pasti akan menerima hasil perbuatannya".
Jer Basuki Mawa Beya, yang artinya "segala kesuksesan membutuhkan pengorbanan".
Budhi Dayane Manungso Tan Keno Ngluwihi Kodrate Sing Maha Kuwoso, yang berarti "segala daya upaya manusia tidak akan bisa melebihi ketentuan Tuhan Yang Maha Kuasa".
Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara, yang secara harfiah berarti "memperindah keindahan dunia serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak pada diri".
Sepiro duwurmu ngudi kawruh, sepiro jeromu ngangsu ngilmu, sepiro akehe guru ngajimu tembe mburine mung arep ketemu marang sejatine awake dewe, yang berarti "seberapa tinggimu mencari pengetahuan, seberapa dalammu menuntut ilmu, seberapa banyak guru yang mengajarmu, tetap bergantung pada dirimu sendiri".
Sopo sing wus biso nemoake sedulur batine kakang kawah adi ari-ari papat kiblat lima pancer, sejatine wus nemu guru sejatine.
Sekti tanpo aji digdoyo tanpo guru, yang berarti "sakti tanpa kesaktian, hebat tanpa guru".
Kridhaning ati ora bisa mbedhah kuthaning pesthi, yang berarti "gejolak jiwa (seharusnya) tidak mengubah kepastian".
Amemangun karyenak tyasing sesama, yang berarti "membuat nyaman perasaan orang lain".
Sukeng tyas yen den hita, yang berarti "suka/bersedia menerima nasihat".
Aja Adigang, Adigung, Adiguna, yang berarti "jangan sok kuasa, sok besar dan sok sakti".
Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo, yang berarti "jangan tergoda kemewahan, jangan mudah mendua agar semangat tidak kendur".
Sing Resik Uripe Bakal Mulya, yang berarti "yang bersih hidupnya akan mulia".
Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka, Sing Was-was Tiwas, yang berarti "jangan sok pintar karena akan salah arah, jangan suka berbuat curang karena akan celaka, yang ragu-ragu akan binasa".
Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman, yang berarti "jangan terobsesi kedudukan, keduniawian dan kepuasan".
Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman, yang berarti "jangan mudah heran, jangaan mudah kecewa, jangan mudah kaget, jangan manja".
Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Banter tan Mbancangi, Dhuwur tan Ngungkuli, yang berarti "bekerja dengan giat tanpa pamrih, cepat tanpa mendahului dan tinggi tanpa menandingi".
Urip Iku Urup, yang secara harfiah artinya "hidup itu menghidupi". Maksudnya dalam hidup harus bisa menjadi manfaat bagi orang lain.
Sak Apik-apike Wong Yen Aweh Pitulung Kanthi Cara Dedhemitan, yang berarti "sebaik-baiknya orang adalah memberi pertolongan dengan tanpa ingin diketahui orang lain".
Hierarki Organisasi
Pengurus Pusat (Pusat) berkedudukan di Madiun
Perwakilan Pengurus Pusat (Perwapus) berkedudukan di Provinsi
Pengurus Daerah Khusus Pusat (DKP) Meliputi Kota Madiun dan Kabupaten Madiun
Pengurus Cabang (Cabang) berkedudukan di Kota Madya/Kota/Kabupaten
Pengurus Cabang Khusus (Cabang Khusus) berkedudukan di luar Negeri/Keraton/Wilayah Khusus
Pengurus Ranting (Ranting) berkedudukan di Wilayah Kecamatan/Distrik
Pengurus Komisariat (Komisariat) berkedudukan di Lembaga/Yayasan Pendidikan
Pengurus Rayon (Rayon) berkedudukan di Dusun/Kelurahan
Pengurus Sub Rayon (Sub Rayon) berkedudukan di Dusun/RW
Tingkatan
Siswa
Siswa Polos
Siswa polos atau siswa hitam adalah tingkatan awal pada SH Terate, yang ditandai dengan sabuk berwarna hitam. Warna hitam melambangkan kebutaan karena siswa belum mengetahui dengan baik apa itu SH Terate.[7][17] Pada tingkatan ini siswa diajarkan pengenalan tentang Setia Hati dan Setia Hati Terate, pengenalan gerak, gerakan, beberapa senam dan jurus. Gerak dan gerakan yang diajarkan termasuk senam untuk tangan dan kaki. Sedangkan jurus yang diajarkan pada tingkatan ini adalah 1 hingga 2 pukulan, tendangan dan pertahanan, 30 senam dan 5 sampai 6 jurus.[18]
Siswa Jambon
Siswa Polos yang lulus ujian kenaikan tingkat akan menjadi Siswa Jambon yang ditandai sabuk berwarna merah jambu (merah muda). Warna merah muda melambangkan keragu-raguan. Jambon juga berarti sifat matahari yang terbit atau sifat matahari yang terbenam, yaitu sifat yang mulai mengarah ke suatu kepastian tetapi masih belum sempurna.[7][17] Pada tingkatan ini siswa diajarkan pemahaman dan pengamalan Ajaran Setia Hati. Dan penambahan kemampuan gerak dan gerakan menjadi 3 hingga 4 pukulan, tendangan dan pertahanan, 45 senam dan 13 jurus.[18]
Siswa Ijo
Siswa Jambon yang lulus ujian kenaikan tingkat akan menjadi Siswa Ijo yang ditandai sabuk berwarna hijau. Warna hijau melambangkan keadilan dan keteguhan dalam menjalani sesuatu.[7][17] Pada tingkatan ini siswa diajarkan penambahan kemampuan gerak dan gerakan menjadi 5 hingga 6 pukulan, tendangan dan pertahanan, 60 senam dan 15 hingga 20 jurus.[18]
Siswa Putih
Sesuai namanya, Siswa Putih menggunakan sabuk berwarna putih.[7] Dalam tingkatan ini semua pukulan, tendangan, teknik pertahanan, senam dan jurus sudah diajarkan kecuali jurus ke-36.[18] Warna putih melambangkan kesucian[17] sehingga siswa dalam tingkatan ini diharapkan telah mengerti arah yang sebenarnya dan telah mengetahui perbedaan antara benar dan salah, bertindak berdasarkan prinsip kebenaran, dan bersikap tenang. Siswa pada tingkatan ini sudah siap untuk menjalani pengesahan sebagai pendekar/warga SH Terate.[18]
Warga
Warga atau Pendekar SH Terate adalah mereka yang sudah menjalani ujian dan pengesahan. Warga SH Terate dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu Warga tingkat I (satria), tingkat II (ngalindra), dan tingkat III (pandhita).[19] Warga tingkat I menggunakan sabuk berwarna putih dari kain mori. Warga tingkat dua dan tiga menggunakan selendang.[18]
Tokoh Pendiri Persaudaraan Setia Hati Terate dan Penerus
Sebagai organisasi persaudaraan yang telah berdiri sejak tahun 1922, Persaudaraan Setia Hati Terate telah dipimpin oleh sejumlah tokoh yang berdedikasi dan memiliki komitmen tinggi terhadap organisasi. Nama-nama tokoh tersebut merupakan sosok yang telah melakukan pengabdian atau mendharma bakti kan dirinya untuk organisasi persaudaraan Setia Hati Terate. Berikut adalah daftar nama Ketua Umum dan Ketua Dewan Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate yang telah memimpin organisasi ini sejak periode tahun 1922 hingga tahun 2022-2026 mendatang, dan Berikut ini adalah susunan daftar Ketua Umum dan Ketua Dewan Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate beserta informasi mengenai masing-masing tokoh tersebut:
Tokoh Pendiri Persaudaraan Setia Hati Terate
Kang Mas | Ki Hadjar Hardjo Oetomo (1922-1948) Ki Hadjar Hardjo Oetomo adalah seorang murid kinasih dari Ki Ngabehi Soerodiwirjo dan merupakan salah satu warga yang setia dari Persaudaraan Setia Hati Terate (SH) yang berkedudukan di Winongo Madiun. Beliau lahir pada tahun 1883, di daerah Winongo, Kota Madiun, Jawa Timur pada abad ke-19. Ki Hadjar Hardjo Oetomo menyelesaikan pendidikannya hingga tingkat III dari gurunya Ki Ngabehi Soerodiwirjo. Selain sebagai murid kinasih dan warga setia SH, Ki Hadjar Hardjo Oetomo juga dikenal sebagai seorang Pendekar Pencak Silat dan Pendiri Organisasi Pencak Silat paling besar di Indonesia bahkan juga di dunia, yang awalnya bernama SH Pencak Sport Klub (SH-PSC) dan kini dikenal sebagai Persaudaraan Setia Hati Terate. Beliau juga dikenal sebagai salah satu Pahlawan Pelopor Kemerdekaan RI dari Madiun, Jawa Timur. Ki Hadjar Hardjo Oetomo sangat aktif berorganisasi dan tergabung dengan Organisasi Boedi Oetomo, Syarikat Islam dan Taman Pelajar. Selain berkecimpung di organisasi tersebut, beliau juga berusaha di bidang ekonomi dengan membangun perkumpulan Harta Djaja, yang kini serupa dengan koperasi, untuk membantu warga terlepas dari penganiayaan lintah darat. Meskipun banyak prestasi yang diraih, Ki Hadjar Hardjo Oetomo tetap rendah hati. Nama kecil beliau ialah Samingun, yang saat beliau dewasa diundang Harjo. Sejarah mencatat, Ki Hadjar Hardjo Oetomo merupakan sosok yang sangat berjasa dalam mengembangkan Persaudaraan Setia Hati Terate, dan perjuangannya telah diabadikan dalam buku Sejarah Persaudaraan Setia Hati Terate.
Tokoh Penerus Persaudaraan Setia Hati Terate
Kang Mas | RM. Soetomo Mangkoedjojo (1948-1956, 1962-1974) RM. Soetomo Mangkoedjojo adalah sosok yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Persaudaraan Setia Hati Terate selama 20 tahun, yaitu pada periode 1948-1956 dan 1962-1974. Beliau diakui sebagai salah satu tokoh penting dalam perkembangan SH Terate dan menjadi penghubung antara Persaudaraan Setia Hati Terate dengan organisasi serupa di Jawa Barat.
Kang Mas | Muhammad Irsyad Widagdo (1956-1958) Muhammad Irsyad Widagdo merupakan sosok yang berjasa dalam perkembangan Persaudaraan Setia Hati Terate (SH Terate). Ia menjabat sebagai Ketua Umum SH Terate selama dua tahun pada periode 1956-1958. Selama kepemimpinannya, Irsyad Hadi Widagdo sangat konsisten dalam menjaga kesatuan dan persatuan di antara anggota SH Terate. Sebagai pemimpin, Irsyad Hadi Widagdo juga memperhatikan peningkatan kualitas jurus-jurus SH Terate. Ia menciptakan 90 senam dasar yang menjadi cikal bakal perkembangan SH Terate sebagai sebuah organisasi pencak silat yang semakin berkembang dan diakui oleh masyarakat luas. Dengan upaya tersebut, SH Terate semakin terkenal dan dihormati oleh masyarakat pencak silat di Indonesia bahkan dunia. Kepemimpinan Irsyad Hadi Widagdo adalah tonggak penting dalam sejarah perkembangan SH Terate yang patut diapresiasi dan dijadikan inspirasi bagi generasi muda dalam mengembangkan dan memajukan organisasi pencak silat di Indonesia.
Kang Mas | Santoso (1958-1962) Santoso memimpin Persaudaraan Setia Hati Terate selama empat tahun, yaitu pada periode 1958-1962. Beliau diakui sebagai sosok yang berdedikasi tinggi dalam mengembangkan SH Terate dan memperkenalkannya ke masyarakat luas.
Kang Mas | RM. Imam Koessoepanggat (1974-1977) RM. Imam Koessoepanggat pernah menjabat sebagai Ketua Umum Persaudaraan Setia Hati Terate selama tiga tahun, yaitu pada periode 1974-1977. Beliau adalah sosok yang memperkenalkan SH Terate ke luar negeri dan menjalin hubungan dengan organisasi seni bela diri serupa di luar negeri. RM Imam Koesoepangat, yang juga dikenal dengan nama Pandhita Wesi Kuning, lahir di Madiun pada tanggal 18 November 1938. Ia dibesarkan oleh orangtuanya, RM Ambar Koesensi dan Raden Ayu Koesmiyatoen, di keluarga yang memiliki warisan kebangsawanan. Sejak kecil, RM Imam Koesoepangat sudah terkenal dengan kejujuran dan keberaniannya, serta senang membantu teman-temannya. Ia dibesarkan di rumah kakeknya, Kanjeng Pangeran Ronggo Ario Koesnoningrat, yang juga pernah menjabat sebagai regent ke-6 di Madiun. Pada usia 13 tahun, RM Imam Koesoepangat mengalami tragedi besar yaitu kematian ayahnya, yang sangat berdampak pada dirinya. Namun, RM Imam Koesoepangat kemudian menjadi sosok kunci dalam pengembangan dan kemajuan Persaudaraan Setia Hati Terate, dengan menjabat sebagai Ketua Dewan Pusat dan Ketua Dewan Pusat. Ia dianugerahi gelar kehormatan Pandhita Wesi Kuning, yang merujuk pada kekuatannya, keterampilan bela dirinya, dan karakter yang baik. Prestasi dan kiprah RM Imam Koesoepangat dalam Persaudaraan Setia Hati Terate merupakan bukti nyata bahwa dirinya memiliki kepemimpinan yang kuat serta kualitas sebagai seorang pemimpin yang dapat diandalkan. Melalui pengalaman dan kepribadian yang baik, RM Imam Koesoepangat mampu membawa organisasi tersebut menjadi lebih maju dan berkembang. Hal ini tentu saja patut diapresiasi dan menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia.
Kang Mas | Badini (1977-1981) Badini memimpin Persaudaraan Setia Hati Terate selama empat tahun, yaitu pada periode 1977-1981. Beliau adalah sosok yang konsisten dalam menjaga keutuhan dan persatuan di antara anggota SH Terate. Kang Mas Badini atau Eyang Badini merupakan seorang tokoh susuhan Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate (SH Terate) yang sangat berjasa dalam melestarikan ajaran organisasi ini. Ia adalah warga trap 3 asal Kota Magetan yang menjadi Ketua Umum dan Dewan Pusat SH Terate pada periode tahun 1977 hingga 1984. Selain sebagai pengabdi, Kang Mas Badini juga merupakan seorang seniman yang memberikan kontribusi dalam pengembangan logo emblem SH Terate. Ia berhasil menciptakan sebuah logo yang indah dan cantik serta tetap menarik perhatian meski sudah lama digunakan. Kang Mas Badini terlibat dalam organisasi SH Terate sejak ia bergabung menjadi pelajar di bawah arahan Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada tahun 1938. Bersama dengan Kang Mas Hardjo Mardjoet, ia menjadi pelatih dan menciptakan ikonik SH Terate, yang sampai saat ini masih digunakan sebagai lambang organisasi SH Terate. Selain itu, Kang Mas Badini juga dikenal sebagai pakar solo spell serta pernah menjadi juara 1 tunggal putra Jawa Timur di Jember. Organisasi SH Terate tidak hanya mengajarkan tentang bela diri pencak silat, tetapi juga turut mendidik manusia agar memiliki budi luhur yang diharapkan dapat menjadikan mereka manusia yang mulia, serta memahami yang benar dan yang salah. Kang Mas Badini adalah salah satu tokoh yang telah membantu organisasi ini dalam mencapai tujuannya. Ia meninggal dunia pada tanggal 3 November dan dikebumikan di Dusun Ringin Agung, Ngariboyo, Magetan. Sebagai seorang tokoh yang berjasa dalam sejarah SH Terate, Kang Mas Badini layak dikenang atas dedikasinya dalam memperkuat organisasi dan melestarikan ajaran yang diusungnya.
Kang Mas | R. A.T. Tarmadji Boedi Harsono (1981-2014) RM. A.T. Tarmadji Boedi Harsono adalah sosok yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Persaudaraan Setia Hati Terate selama 33 tahun, yaitu pada periode 1981-2014. Beliau diakui sebagai sosok yang mampu mengembangkan SH Terate dan menjalin hubungan baik dengan pihak-pihak terkait. Kang Mas Tarmadji Boedi Harsono adalah tokoh terkemuka dan pemimpin dalam organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate. Dia adalah murid dari Raden Mas Imam Koesoepangat, pendiri organisasi tersebut, dan diakui sebagai Ketua Umum organisasi dari tahun 1981 hingga 2014. Perjalanan hidup Kang Mas Tarmadji Boedi Harsono dipengaruhi oleh panduan mentornya, dan dia menjadi tokoh yang dihormati dalam organisasi. Lahir dari keluarga sederhana dengan enam saudara kandung, masa kecil Kang Mas Tarmadji Boedi Harsono ditandai oleh kesederhanaan. Namun, ketiadaan hak istimewa membangkitkan semangatnya untuk mengubah nasib, dan ia menjadi tokoh sukses dan sangat dihormati yang hidup dengan alami dan terhormat. Ketertarikannya pada bela diri dimulai sejak usia dini dan ia terpesona dengan gagasan menjadi seorang prajurit unggul. Minat Kang Mas Tarmadji Boedi Harsono pada bela diri dan kagumnya pada para pejuang yang berkompetisi dalam sebuah kompetisi lokal pada tahun 1958 membawanya bergabung dengan organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate. Meskipun ia adalah seorang anak yang berani dan kadang nakal, semangatnya untuk belajar dan tekadnya untuk berhasil akhirnya membuatnya menjadi pemimpin yang dihormati dan tokoh terkemuka dalam organisasi.
Kang Mas | Richard Simorangkir (2014-2016) Richard Simorangkir menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Ketua Umum Persaudaraan Setia Hati Terate selama 2 tahun dari tahun 2014 hingga 2016. Selama kepemimpinannya, Richard Simorangkir banyak melakukan perbaikan dalam organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate, terutama dalam hal administrasi dan keuangan. Ia juga aktif dalam mengembangkan cabang-cabang baru di luar negeri.
Kang Mas | Arif Suryono (2014-2016) Arif Suryono juga menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Ketua Umum Persaudaraan Setia Hati Terate selama 2 tahun bersamaan dengan Richard Simorangkir. Ia juga terkenal sebagai seorang pemimpin yang gigih dan tekun dalam menjalankan tugasnya. Selama kepemimpinannya, Arif Suryono banyak fokus pada pengembangan organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate, terutama dalam hal promosi dan publisitas.
Kang Mas | Muhammad Taufik (2016-2017) Muhammad Taufik menjadi Ketua Umum Persaudaraan Setia Hati Terate pada tahun 2016. Selama menjabat, ia lebih fokus pada penguatan hubungan antar cabang dan pengembangan olahraga pencak silat. Ia juga giat dalam menyuarakan kebudayaan Indonesia dan menjaga nilai-nilai Persaudaraan Setia Hati Terate.[1]
Kang Mas | Drs. R Moerdjoko, H.W (2017 sd sekarang) R Moerdjoko, H.W menjadi Ketua Umum Persaudaraan Setia Hati Terate pada tahun 2017 mengantikan Muhammad Taufik dan terpilih kembali di Parapatan Luhur tahun 2021 yang dilaksanakan di Padepokan Agung Persaudaraan Setia Hati Terate di Jalan Merak 10 dan 17 Kota Madiun. [2]. [3]
Dalam sejarah kepemimpinan Persaudaraan Setia Hati Terate, para Ketua Umum dan Ketua Dewan Pusatnya telah banyak berjasa dalam pengembangan organisasi dan pencak silat di Indonesia. Melalui kepemimpinan yang berpengalaman dan gigih, Persaudaraan Setia Hati Terate terus berkembang hingga saat ini dan berhasil menjadi salah satu organisasi pencak silat terbesar dan terpercaya di Indonesia.
Pola Langkah Pembukaan Persaudaraan Setia Hati Terate
Pola langkah pembukaan SH Terate merupakan serangkaian gerakan yang memiliki makna spiritual yang sangat dalam. Gerakan pertama pada pola langkah ini adalah posisi berdiri seperti huruf alif dengan jari-jari tangan bersatu dan dua ibu jari melekat di ulu hati. Gerakan ini merupakan simbol dari sikap pasrah atau tunduk kepada Tuhan Yang Maha Tunggal yang sangat penting dalam Pencak Silat. Dengan sikap pasrah, seorang praktisi Pencak Silat dapat mencapai ketenangan dan konsentrasi yang lebih baik dalam melaksanakan gerakan-gerakan bela diri.
Gerakan kedua pada pola langkah pembukaan SH Terate adalah posisi kaki kanan digeser ke samping sekitar 15˚ derajat sementara jemari telunjuk dan jemari tengah tangan kanan dikumpulkan. Gerakan ini mengajarkan tentang kebijaksanaan dalam menghadapi masalah serta kesabaran dan kesiapan untuk menghadapi tantangan dengan keyakinan dan kepercayaan pada diri sendiri.
Gerakan selanjutnya pada pola langkah pembukaan SH Terate adalah posisi jari-jari tangan kanan yang melekat ke tanah dan ke udara, serta jemari telunjuk dan jemari tengah tangan kanan yang ditempelkan di pelipis. Gerakan ini memiliki makna bahwa faktor kehidupan kita terdiri dari tanah dan udara, serta mengajarkan tentang sikap yakin pada diri sendiri. Gerakan terakhir pada pola langkah ini adalah posisi jari-jari tangan kanan mengepal dan dipukulkan ke musuh dengan penglihatan mata tertuju pada musuh. Gerakan ini merupakan simbol dari sikap yakin dan percaya bahwa musuh dapat ditaklukkan atau segala masalah dapat dituntaskan.
Ilustrasi Foto Umum Gerakan Pencak Silat dari Pendekar Persaudaraan Setia Hati terate