Perang Musuh Bisik

Perang Musuh Bisik (Jawi: ڤرڠ موسوه بيسيق) atau Perang Bisik (Jawi: ڤرڠ بيسيق) merupakan sebuah serangan yang dilakukan oleh Kerajaan Siam terhadap Kesultanan Kedah yang terjadi pada abad ke-19.

Perang ini terjadi karena fitnah yang dilakukan oleh Tunku Embun terhadap Kedah karena Sultan Ahmad Tajuddin Shah II tidak mau melantik beliau sebagai Raja Perlis dan Setul. Hal ini mengakibatkan Tunku Embun menyimpan dendam dan melaporkan kepada Siam bahwa Kedah telah menjalin hubungan dengan Britania Raya.

Siam yang sebelum ini sudah terkesan dengan penyerahan Pulau Pinang kepada Britania Raya oleh Kedah telah mengarahkan Ligor untuk menyerang Kedah: “Pada Minggu 12 November 1821, perahu pasukan tentara Siam berlayar dari Trang dan tiba di Kuala Kedah. Selanjutnya mereka melancarkan serangan dan berhasil menguasai Kedah. Pasukan Siam yang berjumlah 7000 tentara dibawah komando Raja Ligor berlayar dari Trang ke Sungai Kedah dengan alasan untuk mendapatkan pasokan beras untuk melakukan serangan ke Burma”.

Siam menggunakan alasan ingin mendapatkan pasokan makanan terutama beras untuk menghadapi peperangan dengan Burma.Dalam serangan tiba-tiba ini,pertahanan Kedah tidak dapat berbuat apa-apa karena tidak bersedia menghadapi peperangan dan hanya terjadi beberapa perlawanan.Serangan Siam ini sebenarnya bertujuan untuk menangkap Sultan Ahmad Tajuddin Halim Shah II yang dikatakan mengingkari kehendak Siam.

Rekaan ulang panji berikut kemenangan Kedah dalam Perang Musuh Bisik,bertanggal 1254 Hijriah (1838 M).Di bagian atas tertulis Basmalah,Surah Al-Fath dari ayat 1-3.Diikuti syair Arab Syaikh Abdus Samad Al Palembangi dan potongan kalimat terakhir Ayat Kursi,Wa laa ya'uuduhu hifzhuhumaa,wa huwal 'aliyyul 'azhim.

Waktu Kedah menjadi wilayah Siam,musnah semua bangunan dibakar,rakyat dibunuh.Ada yang dijadikan sebagai buak dan ada yang disiksa.Semua ini terjadi saat 10 tahun Kedah berada di bawah Siam.