Penginjakan Steven YadohamangPada hari Senin, 26 Juli 2021, seorang pria tunarungu bernama Steven Yadohamang[1] diinjak kepalanya oleh dua orang Polisi Militer Angkatan Udara di dekat Pangkalan TNI Angkatan Udara Johanes Abraham Dimara, Merauke.[2] Meskipun ada beberapa versi mengenai alasan mengapa Kaize diinjak, secara umum saksi menyatakan bahwa Kaize terlibat dalam adu mulut dengan seorang penjual bubur ayam.[3] Beberapa saat kemudian, dua orang polisi militer Angkatan Udara, Sersan Dua Dimas Harjanto dan Prajurit Dua Rian Febrianto,[4] datang dan menginjak kepala serta mengunci tangan Yadohamang.[3] InsidenMenurut TNI Angkatan Udara, kejadian bermula ketika dua orang petugas mendatangi sebuah rumah makan kecil yang terletak di Kampung Muli, Merauke. Sesampainya di sana, mereka melihat kerumunan di sekitar perkelahian antara Steven dan seorang penjual makanan jalanan tidak jauh dari lokasi. Sumber militer mengatakan bahwa Steven mabuk dan memeras penjual. Kedua personil memutuskan untuk campur tangan untuk menghentikan perkelahian. Mereka memarahi Steven dan menurunkannya sebelum salah satu dari mereka menginjak kepalanya.[5] Namun, menurut sumber lain yang digambarkan dari warga sipil di sana, Steven marah kepada penjual karena apa yang dia terima tidak sama dengan yang dia pesan. Steven meminta penjual untuk mengembalikan uangnya sementara penjual tidak setuju dan memaksanya untuk mengambil makanan.[6] ReaksiVideo tersebut dengan cepat menjadi viral di internet Indonesia, dibagikan di WhatsApp dan Twitter.[7][1] TNI AU menjadi topik tren di Twitter Indonesia tak lama kemudian.[8] Warganet mengutuk insiden itu, dengan beberapa membandingkannya dengan pembunuhan George Floyd.[9][10] Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal Fadjar Prasetyo meminta maaf kepada publik atas kejadian tersebut.[11] Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto memecat Komandan Lanud Johanes Abraham Dimara dan Komandan Satuan Polisi Militer Pangkalan serta meminta maaf kepada masyarakat.[12] Lembaga Bantuan Hukum Papua mengutuk insiden tersebut dan mendesak pemerintah untuk memecat kedua orang tersebut.[13] Aktivis hak asasi manusia Veronica Koman menyatakan bahwa permintaan maaf saja tidak cukup dan harus ada putusan pengadilan sipil yang transparan.[14] Dia mengancam akan membawa kasus ini ke Perserikatan Bangsa-Bangsa jika tidak diadili secara transparan di pengadilan sipil.[7] Komisi Nasional Hak Asasi Manusia mengutuk insiden tersebut dan melaporkannya kepada Panglima TNI.[15] TNI menyatakan berjanji akan menindak tegas kedua personel tersebut.[16] Keduanya saat ini ditahan di Merauke dan menunggu penyelidikan lebih lanjut. Belum jelas hukuman apa yang akan diterima kedua orang tersebut.[3] LSM Indonesia "Tim Advokasi" mendesak Presiden Joko Widodo untuk meminta maaf kepada para korban atas insiden tersebut, serta mendesak penyelidikan yang transparan atas kasus tersebut.[15] Setelah mengunggah video kejadian tersebut, akun Twitter jurnalis Papua Victor Mambo menghilang.[15] Gubernur Provinsi Papua, Lukas Enembe, mengutuk insiden tersebut dan meminta masyarakat Papua untuk memperhatikan penyelidikan insiden tersebut.[4] Referensi
|