Pengepungan Sirakusa adalah pengepungan terhadap kota HelenistikSirakusa oleh Republik Romawi yang terjadi pada 213–212SM.[4] Romawi akhirnya berhasil menyerbu kota tersebut setelah aksi pengepungan yang berkepanjangan dan berwenang atas kendali seluruh pulau Sisilia. Selama pengepungan tersebut, kota Sirakusa dilindungi oleh senjata yang dikembangkan oleh seorang penemu besar dan polimatikArchimedes. Archimedes akhirnya terbunuh oleh seorang tentara Romawi pada akhir pengepungan. Hal ini bertentangan dengan instruksi prokonsul Romawi, Marcellus untuk menyelamatkan nyawanya.[5]
Pendahuluan
Sisilia adalah provinsi pertama Republik Romawi yang bukan bagian langsung dari Italia yang direbut dari Kartago selama Perang Punik I (264–241SM). Kerajaan Sirakusa adalah wilayah sekutu independen Romawi di bagian tenggara pulau Sisilia dan sekutu dekat Roma selama masa kekuasaan Raja Hiero II.[6][7][8] Setelah Raja Hiero II mangkat pada 215SM, cucunya Hieronimus naik tahta, kemudian Sirakusa jatuh di bawah pengaruh faksi anti-Romawi, termasuk dua pamannya yang berada di antara para elite Sirakusa. Terlepas dari pembunuhan Hieronimus dan para pemimpin pro-Kartago yang disingkirkan, reaksi ancaman Roma terhadap bahayanya aliansi Sirakusa dengan Kartago akan memaksa para pemimpin republik Sirakusa mempersiapkan diri untuk berperang.
Walaupun terdapat upaya-upaya diplomatik, perang antara Romawi dan Kerajaan Sirakusa tak terhindarkan dan perang terjadi pada 214SM, sementara Romawi masih sibuk berperang dengan Kartago pada puncak Perang Punik II (218–201SM).
Pada 213SM, kekuatan Romawi yang dipimpin oleh prokonsul Marcus Claudius Marcellus, mengepung kota pelabuhan tersebut melalui darat dan laut. Kota Sirakusa yang terkenal dengan benteng-bentengnya dan tembok-tembok besar untuk melindungi kota dari serangan, terletak di pantai timur Sisilia. Di antara orang-orang yang mempertahankan kota dari serangan, adalah seorang ahli matematika dan ilmuwan, Archimedes.
Pengepungan
Kota tersebut bertahan dengan kokoh selama berbulan-bulan atas seluruh aksi dan tindakan yang dapat dilakukan oleh Romawi. Menyadari betapa sulitnya pengepungan tersebut, orang-orang Romawi membawa perangkat dan penemuan unik mereka sendiri untuk membantu serangan terhadap kota. Alat dan perangkat tersebut di antaranya termasuk sambuca, menara pengepungan yang terapung dengan pengait dan tangga skala yang dipasang pada kapal, lalu diturunkan dengan menggunakan katrol untuk menaiki tembok kota.
Terlepas dari penemuan-penemuan tersebut, Archimedes merancang alat pertahanan untuk melawan serangan Romawi, termasuk di antaranya kait besar yang dioperasikan dengan derek, dikenal dengan Cakar Archimedes, digunakan untuk mengait kapal musuh dari laut dan menenggelamkannya. Legenda mengatakan bahwa Archimedes juga membuat cermin parabola raksasa yang digunakan untuk membelokkan pancaran sinar matahari Mediterania yang kuat, ke layar kapal agar kapal terbakar. Upaya-upaya tersebut dilakukan bersamaan dengan tembakan dari ballista dan onager yang dipasang di tembok kota, sehingga membuat orang-orang Romawi semakin frustasi dan memaksa untuk mencoba serangan langsung yang mahal.
Kebuntuan
Pengepungan tersebut akhirnya menemui jalan buntu dengan situasi bahwa orang-orang Romawi tidak dapat memaksa masuk ke dalam kota atau penjagaan blokade yang cukup ketat untuk menghentikan pasokan bagi pasukan yang bertahan di dalam kota dan orang-orang Sirakusa tidak dapat memaksa Romawi untuk mundur. Orang-orang Kartago menyadari potensi gangguan yang dapat ditimbulkan atas pertahanan Sirakusa yang berkelanjutan terhadap upaya perang Romawi dan juga berupaya untuk membebaskan kota dari para pengepungnya, tetapi berhasil dihalau kembali. Meskipun Kartago merencanakan upaya lain, mereka tidak mampu membeli pasukan dan kapal yang diperlukan dengan perang yang tengah berlangsung di Hispania dan Sirakusa bertahan sendiri tanpa dukungan. Namun, akhirnya Kartago berhasil mengirim pasokan ke dalam kota, sementara pasukan daratnya di bawah komando Himilco, mampu merebut beberapa kota di Sisilia, termasuk benteng Kartago lama di Agrigentum, karena Romawi yang terlalu sibuk dengan pengepungan.
Kesudahan
Keberhasilan Sirakusa dalam memukul mundur pasukan dan pengepungan Romawi, membuatnya terlalu percaya diri. Pada tahun 212SM, orang Romawi mendapatkan informasi tentang warga kota yang akan turut serta dalam pesta perayaan tahunan bagi dewi mereka Artemis. Sekelompok kecil pasukan Romawi memasuki kota pada malam hari dan berhasil menaiki tembok untuk masuk ke bagian terluar kota, kemudian dengan bala bantuan, pasukan tersebut segera mengambil kendali atas kota, tetapi benteng utama tetap berdiri kokoh.
Marcus Claudius Marcellus telah memerintahkan agar Archimedes, ahli matematika terkenal dan mungkin juga dikenal oleh Marcellus sebagai penemu peralatan mekanis yang mendominasi pengepungan, tidak boleh dilukai. Archimedes, pada masa itu berusia sekitar 78 tahun, melanjutkan studinya setelah kota berhasil ditembus pasukan Romawi dan selama di kediamannya, ia merasa terganggu oleh seorang tentara Romawi. Archimedes memprotes gangguan tersebut dan dengan kasar mengusir prajurit tersebut untuk pergi, prajurit tersebut yang tidak mengenali bahwa dihadapannya adalah Archimedes (atau mungkin menyadari identitasnya sebagai perancang mesin perang yang telah membunuh ratusan orang Romawi), langsung membunuh Archimedes di tempat saat itu juga.[9]
Bangsa Romawi kini menguasai bagian luar dari kota, tetapi sisa penduduk Sirakusa dengan cepat mundur ke benteng bagian dalam yang dibatasi tembok dengan terus memberikan perlawanan. Romawi kini mengepung benteng dan berhasil memotong jalur pasokan ke wilayah kota yang semakin mengecil tersebut. Setelah delapan bulan masa pengepungan yang panjang tersebut, hal ini membawa kesulitan bagi para penduduk yang bertahan di dalam kota karena kekurangan pasokan dan kelaparan. Sementara perundingan tengah berlangsung, seorang kapten Iberia bernama Moeriscus, salah satu dari tiga pejabat Achradina, memutuskan untuk menyelamatkan hidupnya sendiri, dengan membiarkan orang-orang Romawi berada dekat air mancur Arethusa. Sesuai dengan sinyal yang disetujui, selama serangan pengalihan, ia membuka gerbang kota, setelah sebelumnya mengatur para penjaga di rumah-rumah orang yang mendukung faksi pro-Romawi. Akhirnya Marcellus membebaskan Sirakusa untuk dijarah.[10] Pasukan Romawi yang marah dan frustasi atas pengepungan yang panjang dan mahal, mereka mengamuk menuju benteng dan membantai banyak penduduk Sirakusa yang dapat mereka temui dan memperbudak sisanya. Kota tersebut kemudian dijarah habis-habisan.
Akibat
Kota Sirakusa kini berada di bawah pengaruh Roma kembali, yang menyatukan seluruh Sisilia sebagai provinsi Romawi. Pendudukan kota Sirakusa oleh Romawi memastikan bahwa Kartago tidak dapat menjejakkan kakinya di Sisilia yang dapat memberikan dukungan kepada Hannibal atas kampanye Italianya. Hal ini memungkinkan Romawi untuk berkonsentrasi untuk mengobarkan perang di Spanyol dan Italia. Pulau tersebut sebagai titik pertemuan penting kelak untuk kampanye kemenangan terakhir di Afrika 10 tahun kemudian dan terbukti menjadi langkah penting menuju Afrika dan Yunani dalam konflik Romawi pada masa yang akan datang.
Sirakusa kemudian dibangun kembali secara ekstensif dan dihuni kembali dan akan menjadi kota penting bagi kekaisaran Romawi hingga memasuki abad ke-5, memainkan peran militer dan ekonomi dalam pembentukan kekaisaran.
Dalam budaya populer
Archimedes dan pengepungan Sirakusa secara dramatis ditampilkan kembali dalam film bisu klasik Italia awal Cabiria (1914).[11]
Film tahun 1960 Siege of Syracuse mendramatisir peristiwa pengepungan tersebut.[12]
Peristiwa seputar pengepungan adalah dasar dari mangaHeureka karya Hitoshi Iwaaki.