Pertempuran Baecula adalah medan pertempuran utama selama berlangsungnya Perang Punik II. Pasukan pendukung Romawi dan Iberia di bawah komando Scipio Africanus, berhasil mengalahkan pasukan Hasdrubal Barca dari Kartago.
Pendahuluan
Menurut Polibios,[3] setelah serangan mendadak Scipio dan pendudukan Romawi atas Kartago Baru (Kartago Nova), tentara Kartago di Iberia yang terdiri dari tiga pasukan, tetap terpisah dan jenderal-jenderalnya saling berselisih satu sama lain, sehingga memberi kesempatan kepada Romawi untuk menghadapi mereka satu per satu.[4]
Awal tahun 208SM, Scipio, dengan kekuatan 30.000 tentara Romawi dan Italia serta 10.000 pasukan pendukung dari Spanyol, bergerak untuk melawan Hasdrubal Barca dengan pasukannya yang berkekuatan 30.000 orang, tengah menghabiskan waktu musim dingin di Baecula, dekat hulu sungai Baetis (kini Guadalquivir).[5]
Saat mengetahui adanya pergerakan pasukan Romawi, Hasdrubal memindahkan kampnya ke posisi pertahanan yang lebih kuat di selatan Baecula yang merupakan wilayah dataran tinggi dan curam, terlindungi oleh jurang di sisi dan sungai yang ada di depan dan belakang.[4] Disamping itu, dataran tinggi tersebut terbentuk menjadi dua undakan, lalu Hasdrubal menempatkan pasukan ringannya di undakan bawah dan kamp utamanya di belakang.[4]
Setelah pasukan Scipio tiba di lokasi, ia tidak begitu yakin bagaimana dapat menyerang dengan posisi pertahanan yang begitu tangguh, ia juga khawatir akan dua tentara Kartago yang akan mengambil keuntungan dari kelambanannya. Akhirnya Scipio mengambil tindakan pada hari ketiga.[6]
Pertempuran
Sebelum melakukan serangan utamanya, Scipio mengerahkan satu detasemen pasukan untuk memblokir arah masuk ke lembah yang memisahkan kedua pasukan Kartago dan satu ke jalan menuju ke utara Baecula, sehingga memberikan keamanan bagi pasukan utamanya, sambil mengacaukan upaya Kartago untuk mundur.[2]
Setelah pengerahan pendahuluan tersebut dilakukan, pasukan ringan Romawi maju melawan pasukan Kartago pada langkah pertama.[2] Meskipun menghadapi curamnya lereng dan hujan serangan dari atas, pasukan Romawi agak kesulitan untuk mengusir kembali pasukan ringan Kartago ketika terlibat dalam pertempuran tangan kosong.[2]
Setelah memperkuat pasukan utamanya, Scipio melakukan serangan dengan mengapit sisi-sisi kamp utama Kartago dengan memerintahkan Gaius Laelius untuk memimpin setengah dari pasukan yang lain, bergerak cepat ke sebelah kanan posisi musuh, kemudian ia sendiri bergerak ke arah kiri.[2]
Sementara itu, Hasdrubal mendapat kesan bahwa serangan Romawi tersebut hanyalah pertempuran kecil (Scipio menyembunyikan pasukan utamanya di kamp hingga serangan terakhir) dan gagal mengerahkan pasukan utamanya dengan benar, sehingga pasukannya tidak dalam posisi yang bersiap, lalu disergap dari tiga sisi oleh pasukan Romawi.[2]
Meskipun dalam situasi yang terjepit, Hasdrubal mampu mengelak mundur tanpa gangguan berarti bersama gajah-gajahnya, kereta (gajah atau kuda) barang utama dan beberapa pasukan Kartagonya.[2] Tampaknya kerugian utama yang diderita Hasdrubal dalam pertempuran tersebut adalah sebagian besar pasukan ringan dan pasukan sekutu Iberianya. Hal ini umumnya disebabkan oleh pilihan sebagian para legiuner Romawi untuk menjarah kamp Kartago daripada mengejar Hasdrubal dengan sungguh-sungguh.
Akibat
Setelah pertempuran, Hasdrubal memimpin pasukannya yang sudah terkuras (terutama dibentuk oleh tentara bayaran Keltiberia dan prajurit Galia) melewati jalur barat Pyrenees ke Galia, kemudian ke Italia dalam upayanya untuk bergabung dengan saudaranya Hannibal.[2]
Senat Romawi mengkritik kegagalan Scipio yang tidak dapat menghentikan perjalanan Hasdrubal ke Italia. Scipio tidak memanfaatkan kemenangannya di Baecula untuk mengusir pasukan Kartago dari Iberia, melainkan memilih mundur ke markasnya di Tarraco.[7] Ia membuat aliansi dengan banyak suku Iberia, yang kemudian beralih pihak ke Romawi setelah keberhasilan pasukan Romawi di Kartago Baru dan Baecula.[7]
Referensi
^Atwood, Roger (2014), "An Epic Conflict", Archaeology, Archaeological Institute of America, no. January/February, hlm. 32