Peneleh, Genteng, Surabaya
Peneleh (bahasa Jawa: ꦥꦤꦺꦭꦺꦃ, translit. Panèlèh, [pənɛlɛh]) adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Kelurahan Peneleh dijuluki Kampung Bapak Bangsa[1] karena setidaknya ada tiga pahlawan yang tinggal, besar, dan lahir di kelurahan ini. Kampung Lawang Seketeng sebagai destinasi wisata sejarah juga berlokasi di Kelurahan Peneleh.[2][3][4] Gambaran umumKelurahan Peneleh merupakan kampung yang letaknya bisa dikatakan sangat strategi karena dekat dengan Balai Kota Surabaya dan Monumen Tugu Pahlawan yang menjadi salah satu pusat Kota Surabaya. Kelurahan Peneleh terbagi menjadi 5 perkampungan yaitu Peneleh, Plampitan¸ Jagalan, Lawang Seketeng dan Pandean. Jarak antara kampung satu dengan kampung lain saling berdekatan. Jarak Kampung Peneleh ke pusat pemerintahan Kecamatan Genteng kurang lebih 1,7 kilometer.[5] DemografiKelurahan Peneleh memiliki 16 rukun warga (RW) dan didalamnya terdapat 77 rukun tetangga (RT).[6] Penduduk Kelurahan Peneleh mayoritas masyarakat urban, hanya sebagian saja yang asli dari Surabaya. Masyarakat urban memilih tempat tinggal di Peneleh dikarenakan perkampungan ini berdekatan dengan pusat kota dan termasuk perkampungan yang tentram dan bersih.[5] SejarahKata Peneleh berasal dari lokasi yang dahulunya merupakan tempat tinggal Pangeran Pinilih, putra Wisnuwardhana dari Kerajaan Singasari yang dahulu di angkat menjadi pemimpin di Kampung pinggir Kalimas. Sunan Ampel atau Raden Rahmat pernah singgah di Kampung Peneleh waktu perjalanan menuju tanah di daerah Ampel yang merupakan hadiah dari Raja Majapahit. Saat singgah, Sunan Ampel mendirikan sebuah masjid yang belakangan menjadi Masjid Jami’ Peneleh.[7] Kelurahan Peneleh merupakan kawasan asli Kota Surabaya yang memiliki tempat-tempat bersejarah seperti Masjid Jami' Peneleh yang letaknya dipusat perkampungan, Makam Peneleh,[8] dan beberapa rumah yang menjadi kediaman pahlawan bangsa.[5] TokohRumah TjokroaminotoRaden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto atau H.O.S Tjokroaminoto sempat tinggal di Peneleh tepatnya di jalan Peneleh gang 7 no 29-31. Rumah tersebut dibeli oleh Tjokroaminoto pada 1902 dari seorang warga keturunan Arab. Rumah Tjokroaminoto memiliki luas 9x13. Adapun lantai pertama digunakan oleh Tjokroaminoto sebagai rumah bersama keluarga. Sedangkan lantai dua dibuat tempat kos. Beberapa tokoh yang pernah menghuni kos Tjokroaminoto adalah Soekarno, Semaoen, Alimin, Musso, dan Kartosoewirjo.[1] Rumah Kelahiran SoekarnoSoekarno dilahirkan pada 6 Juni 1901 di Surabaya, tepatnya jalan Peneleh Gang Pandean IV No. 40.[1][3][9] Pada rumah berstatus cagar budaya seluas 78 meter persegi ini terdapat prasasti yang ditandatangani mantan Wali Kota Surabaya Bambang D.H. bertuliskan: Di sini tempat kelahiran Bapak Bangsa Dr. Ir. Soekarno. Penyambung lidah rakyat, proklamator, presiden pertama RI, pemimpin besar revolusi.[9][10] Rumah Roeslan AbdulganiRoeslan Abdulgani, pejuang dan sekaligus menteri di era Soekarno berkediaman di Peneleh, tepatnya Jalan Plampitan Gang 7 No. 34-36.[1] Referensi
|