Koteklema,[3][4][5]paus sperma (bahasa Inggris: sperm whale), atau paus kepala kotak (Physeter macrocephalus) adalah hewan terbesar dalam kelompok paus bergigi sekaligus hewan bergigi terbesar di dunia.
Paus ini dinamakan 'paus sperma' karena pada awalnya bahan putih susu spermaceti yang terdapat pada kepalanya dikira sebagai sperma. Kepala paus sperma yang besar dan bentuk keseluruhannya yang berbeda, ditambah lagi kemunculannya dalam novel Moby-Dick yang ditulis oleh Herman Mellville, membuatnya juga dikenal sebagai paus arketipe (archetype). Sebagian karena Melville, paus sperma sering dihubungkan dengan Leviathan semi-mistis dari cerita-cerita Alkitab. Paus sperma juga dulu dikenal sebagai Common Cachalot.
Deskripsi fisik
Ciri khas dari paus sperma adalah kepalanya yang besar, lebih-lebih untuk pejantannya, yang biasanya bisa mencapai sepertiga daripada panjang badannya. Nama spesiesnya sendiri Macrocephalus diambil dari bahasa Yunani untuk "kepala besar". Berbeda dengan kulit licin yang dimiliki oleh kebanyakan paus lain, kulit bagian belakang paus sperma biasanya berkedut. Mereka bewarna abu-abu walaupun kadang kelihatan berwarna cokelat di bawah cahaya matahari ("Great White Whale" dalam novel Melville, kalaupun ada, kemungkinan adalah albino). Tidak mengherankan kalau otak paus sperma adalah yang terbesar dan terberat bagi semua hewan (berat rata-ratanya 7 kg dalam paus jantan dewasa). Namun, otak paus sperma adalah tidak begitu besar jika dibandingkan dengan ukuran badannya.
Lubang pernapasan (blowhole) terletak berdekatan dengan bagian depan kepala dan condong ke kiri (jika dilihat dari arah yang sama dengan paus). Ini memberikan ciri-ciri embusan berkembang yang jelas ke arah depan. Sirip belakangnya terletak sekitar dua pertiga dari bawah tulang belakang dan biasanya pendek dan berbentuk segitiga sama kaki. Fluke-nya juga berbentuk segitiga dan amat tebal. Fluke-nya diangkat tinggi-tinggi dari air sebelum paus melakukan penyelaman dalam.
Paus Sperma mempunyai 20–26 pasang gigi kerucut pada rahang bawah mereka. Setiap gigi bisa mempunyai berat sampai satu kilogram. Asal bentuk gigi ini tidaklah diketahui dengan pasti. Dipercayai bahwa gigi-gigi tersebut tidak diperlukan untuk mengonsumsi sotong, malah ada paus sperma liar yang sehat dan cukup makan namun tidak bergigi. Konsensus para ilmuwan masa kini adalah gigi-gigi tersebut mungkin digunakan dalam pertengkaran antara paus jantan dalam spesies yang sama. Hipotesis ini konsisten dengan gigi yang berbentuk kerucut dan jarang-jarang. Gigi yang belum sempurna juga terdapat di bagian rahang atas, tetapi gigi tersebut jarang tumbuh dan terlihat di mulut.
Manfaat muntahan
Ikan paus, khususnya paus sperma, termasuk mamalia yang memiliki muntahan bernilai miliaran. Bentuk dan tekstur muntahan paus atau ambergris seperti bongkahan lilin, yang keluar dari saluran pembuangan kotoran paus yang terdapat pada kepala kotak ikan paus tersebut (Physeter macrocephalus). Saat muntahan ini keluar, akan muncul bau busuk dan berwarna hitam. Tapi, setelah didiamkan lama, bau busuk itu akan berubah menjadi bau harum seperti kesturi.[6]
Ada empat manfaat muntahan paus sperma, yaitu:
Bahan pembuat parfum
Ambergris paus ini sangat mahal dan biasanya digunakan oleh industri parfum. Namun, lambat laun industri parfum tak lagi menggunakan ambergris karena dilarang oleh International Fragrance Association (IFRA). Ambergris juga pernah digunakan oleh bangsa Arab dan Tiongkok sebagai parfum atau dibakar sebagai dupa.[6]
Bahan untuk pengobatan
Ambergris paus ini dapat digunakan untuk obat herbal dan sebagai afrodisiak, termasuk obat untuk menyembuhkan penyakit otak, jantung, dan pengindraan.[6]
Penambah rasa makanan
Ambergris paus tersebut juga dapat digunakan menjadi bahan penambah rasa makanan maupun minuman seperti anggur. Beberapa restoran menggunakan ambergris sebagai penambah rasa untuk koktail, kue khusus, maupun cokelat.[6]
Sanitasi udara
Manfaat dari ambergis paus ini digunakan pertama kali oleh bangsa Eropa pada abad ke-14. Saat itu, Eropa yang sedang mengalami wabah pencemaran udara mengunakan ambergris untuk menyanitasi udara.[6]